Present day Garin
Do you wanna know the best part of band practice? When it's all done and you get to have a nice meal afterwards. I mean, latihan nge-band tuh asik, asik banget malahan, but, damn, it takes a huge chunk of your energy, man.
Dan siapa sih yang nggak seneng kalo lagi laper trus makan nasi pecel Bu Rum deket stasiun? Enak, murah, porsinya bersahabat pula buat mahasiswa. Gue baru aja mengambil kerupuk ketika Irgi menunjukkan layar ponselnya.
"Geng, gue dapet undangan dari panitia ospek. Kita diajak tampil di hari terakhir ospek," kata Irgi. Biar udah nggak aktif di organisasi kampus, channel Irgi masih lumayan kuat juga buat ngisi acara kampus.
Mendengar kata-kata Irgi, mata Cakra langsung berbinar. "Wuih, bisa liat dedek-dedek maba cakep dong?" tanyanya. I rolled my eyes.
"Fokus lo ya, bener-bener," kata gue. "Lho tapi bener kan? Emang lo nggak mau liat?" tanya Cakra lagi. Truth be told, I would, actually, hahaha... tapi somehow kata-kata Irgi bikin penasaran.
"Emang kapan sih?" tanya Wigra setelah meneguk habis es teh manisnya.
"Bentar, gue forward ke grup aja deh," tanya Irgi. "Gimana?" tanyanya setelah kami semua membaca isi WhatsApp yang dikirim Irgi.
"Gimana apanya?" tanya Kandi. "Ya itu kan libur semester, siapa tahu lo semua udah punya rencana sendiri, ya ikut SP, liburan, yang LDR ketemu pacar," kata Irgi.
"Gue sih rencananya cuma mau nge-game sama ngurusin kucing gue aja selama liburan. Tapi kalo ada agenda lebih berfaedah sih hayuk aja," jawab Wigra, sementara kami berempat tertawa.
Gue, Cakra, dan Kandi juga tidak butuh waktu lama untuk menyatakan kesediaan.
"Ya udah, nih berarti gue bilang ke panitia kalo The Eyeless Pandora bisa ya ngisi acara penutupan ospeknya?" tanya Irgi. "Hajar, Gi," jawab Cakra seraya mencomot kerupuk di piring Kandi.
Then I got reminded of something and it made me laugh. "Kenapa lo?" Kandi memandang gue seolah habis ngeliat ayam bisa ngomong.
"Nggak, gara-gara agenda nyanyi di acara ospek, gue jadi inget jaman ospek gue dulu," kata gue.
***
Freshman year Garin
"What the hell is this?" mungkin adalah kata-kata yang paling sering gue ucapkan beberapa menit ini, baik di dalam maupun luar hati.
I've been into orientation day waktu masuk SMA, tapi kayaknya nggak gini-gini amat. We didn't wear ridiculous name tag and towel on our head in LA.
We didn't even have to wear this dress sort of dress code apaan tau kemeja putih sama jins hitam. Ternyata orientasi di Indonesia tuh... kayak gini?
"Rugi kalo kamu hanya menghabiskan seluruh hidup kamu tanpa kenal tanah kelahiran. Give it a try, Rin," demikian kata Papa saat meyakinkan gue untuk ikut beliau dan Mama balik ke Indonesia.
I never knew this country, except from pictures and stories. Dulu sih gue pernah ke Jakarta, but it was years ago, back when I was 3 or 4.
Ditambah Mama yang nggak rela kalo gue dan kakak gue sama-sama menetap di LA, gue nggak bisa menentang keinginan mereka berdua.
Apalagi Papa meyakinkan gue bahwa: 1) senior year gue akan diteruskan di sekolah yang kurikulumnya sama, sehingga gue nggak perlu ngulang, 2) kalo gue nggak betah di kampus, gue boleh balik ke LA.
So, I listened to them and followed them. Lalu ternyata gue lulus tes masuk uni negeri di sini, di jurusan favorit pula. Dan gue terjebak di acara orientasi entah apaan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eyeless Pandora
Short StoryLima laki-laki dan lima jalan hidup berbeda, dipertemukan dan saling menemukan dalam kelindan mimpi yang sama. Dengar mereka bercerita soal hidup, musik, cita-cita, cinta, luka, menerima, memaafkan, serta serangkaian perjalanan yang menempa untuk j...