Kandi memasuki halaman parkir studio langganan The Eyeless Pandora dan mendapati mobil Irgi dan motor milik Wigra sudah ada di parkiran.
"Langsung masuk aja, Mas, baru Bang Irgi sama Bang Wigra yang dateng," kata Bang Japra, tukang parkir studio. "Oh iya, Bang," jawab Kandi sambil tersenyum.
"Ada siapa aja?"
"Udah lama kayaknya nggak mampir ke sini nih mas-masnya," jawab Bang Japra.
"Hahaha, ini kan makanya kita udah dateng lagi. Masuk dulu ya, Mas," Kandi melangkah masuk ke dalam studio saat sebuah tepukan mendarat di pundaknya.
"Eh, elo," Kandi tersenyum canggung saat melihat pemilik tangan tersebut.
***
Di dalam studio
"Liburan di Bogor doang, Gi?" tanya Wigra.
"Iya, Gra, nggak enak juga gue kalo sering-sering main. Paling kalo ketemu sama L doang baru gue main," jawab Irgi. "Jurusan lo mau ada acara ya?"
"He-eh. Paling pas minggu pertama semester baru. Sama angkatan gue harus ngurusin maba juga,"
"Termasuk lo juga?" Irgi nyengir. Di matanya, Wigra nggak ada potongan untuk galak ke mahasiswa baru. Jangankan ke manusia, ke kucing pun Wigra sepertinya selalu jaga sopan-santun.
"Ya abis disuruh, gimana, Gi," Wigra mengangkat bahu. Pintu studio terbuka memutus obrolan mereka. Irgi dan Wigra berdiri menyambut Kandi dan Cakra di sebelahnya.
"Belom telat kan?" Cakra langsung masuk. "Belum kok, Cak. Masuk, Ndi," ajak Irgi. Kandi masuk ragu-ragu, sementara Wigra berdecak.
"Yaelah, Ndi masih malu-malu aja. Sini," panggilnya. Kandi tertawa pelan sebelum akhirnya masuk. "Hai, semua," sapanya.
"Oi, Ndi. Duduk lah," kata Irgi, lalu beralih ke Cakra. "Gimana perjalanan balik? Lancar?"
"Lancar, Pak, syukurnya gitu," Cakra mengangguk. "Lo gimana? Wigra?"
"Sehat," jawab Wigra.
"Aman," Irgi menyambung sambil mengeluarkan gitarnya. Dia melirik sejenak ketiga temannya.
Untuk pertama kali sejak mereka semua sepakat bergabung di The Eyeless Pandora, obrolan mereka terasa rikuh. Terlalu banyak hal yang ingin disampaikan terkadang memang malah membuat lidah jadi kelu.
Irgi berdehem pelan, tanpa sadar menyibak poninya yang dibiarkannya panjang selama libur semester. "Kita nunggu Garin dulu aja ya, gengs, sebelum mulai ngomongin setlist," ucapnya.
"Tadi dia bilang udah keluar tol kan? Mestinya nggak macet lah ya ke Depok," lanjut Irgi, lalu mengecek ponselnya.
Garin datang 5 menit kemudian. "Sori, sori, telat dikit. Belum pada mulai kan?" tanyanya agak tergesa.
"Nggak, Rin. Sini lah," panggil Cakra. "Lo lagi nggak sakit kan, Rin?" Kandi mengernyit melihat raut wajah lelah Garin.
"Nah, I'm good. Ini karena kemarin ngetik sampe malem makanya begini. Kalian gima..." mendadak Garin berhenti saat menatap Kandi, seperti baru sadar bahwa Kandi ada di ruangan ini. Lalu....
"Woy, woy, woy, Rin, anak orang lo apain?" Cakra terlonjak ke belakang saat Garin menghambur dan mengacak-acak rambut Kandi.
"Yo, dude, where have you been? You owe me this, Arkandi Nugroho Ardi!" seru Garin tanpa mengacuhkan ketiga teman mereka yang lain.
"Iya, iya, Rin, ampun, Rin! Buset rambut gue mau lo apain?" jawab Kandi tergagap. Irgi, Cakra, dan Wigra yang tadinya berusaha memisahkan mau nggak mau akhirnya tertawa melihat Tom and Jerry-nya The Eyeless Pandora ini bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eyeless Pandora
Historia CortaLima laki-laki dan lima jalan hidup berbeda, dipertemukan dan saling menemukan dalam kelindan mimpi yang sama. Dengar mereka bercerita soal hidup, musik, cita-cita, cinta, luka, menerima, memaafkan, serta serangkaian perjalanan yang menempa untuk j...