tabula rasa: An absence of preconceived ideas or predetermined goals; a clean slate.
Kalo dosen belom dateng, biasanya lo ngapain? Kalo temen-temen gue biasanya ngumpul di kelas, duduk sambil ngobrol. Ada yang sibuk main game di ponsel. Ada yang tidur. Ada yang ngelanjutin makan.
Sementara gue, dengan kurang kerjaannya, nyender di balkon lantai dua ngeliatin orang lalu lalang. Nggak kenapa-kenapa sih, cuma mati gaya aja, hahaha...
And then I saw her. Kayaknya baru nyampe lantai dua dengan beberapa orang temannya. Dia juga ternyata ngeliat gue dan langsung melambaikan tangan.
"Hei, Cak," sapanya. "Eh, Sekar," gue menjawab, refleks tersenyum. "Denger-denger ada yang mau nyanyi nih di Petang Syahdu," celetuk gue, iseng.
Sejak The Eyeless Pandora jadi bintang tamu program radio Sekar, ditambah gue sama dia sempat kejebak hujan beberapa waktu lalu, gue selalu negur dia setiap kali papasan.
Sesekali kalo lagi sama-sama nunggu kelas juga kami suka ngobrol basa-basi. Nanya ada kuis atau nggak. Kabar dia di radio gimana. Atau The Eyeless Pandora mau manggung di mana.
Nggak salah kan ya kalo mau akrab sama dia.
Kata-kata gue barusan rupanya bisa membuat langkah Sekar masuk ke ruangan kelasnya terhenti.
Dia menatap gue sejenak sebelum mendekat. "Cak, dosen lo belom dateng kan?" tanyanya. "Belom, masih setengah jam lagi," gue melirik arloji gue. "Kenapa?"
"Gini, soal Petang Syahdu. The Eyeless Pandora kalo nggak salah tuker jadwal jadi paling akhir kan?" tanyanya.
"Iya, Garin jam 4 ada kelas soalnya, ganti jadwal apa gimana gue nggak ngerti," sahut gue.
Petang Syahdu tuh semacam pentas akustik di kampus gue yang diadakan sebulan sekali di kantin kampus kami, mulai jam 4 sampe kira-kira jam 7, dipotong adzan Maghrib.
Biasanya sih ada 3-4 performer tiap bulan. Kebetulan, The Eyeless Pandora diajak untuk Petang Syahdu yang akan berlangsung pekan depan.
Sekar juga masuk jadi pengisi line-up. Dari percakapan kami waktu kejebak hujan tempo hari, gue baru tahu kalo dia hobi nyanyi di Soundcloud juga.
And, boy, she can sing. She surely can.
Tapi dari raut wajahnya saat ini, kayaknya ada sesuatu yang mengganjal.
"Nah, itu dia. Gue kan tampil pertama. Awalnya gue tuh mau ngajak Kak Garin duet. Dia juga udah oke sama rencana itu, udah sempet latian juga. Tapi..."
"Dia mendadak nggak bisa karena ada kelas itu ya?" tebak gue. Dia mengangguk. "Dia sih nyaranin ngajak elo, atau Irgi, atau Kandi. Tapi..." dia berhenti sejenak. "Kalo sama lo aja boleh nggak?" tanyanya akhirnya.
Wow, serius nih? Sekar ngajak gue duet? "Nggak salah, Kar?" gue tertegun.
"Iya. Masalahnya kan gue jarang ketemu ya sama Irgi atau Kandi, jadi kayaknya nggak enak kalo langsung ngajak mereka... eh tapi kalo lo-nya sibuk juga nggak apa-apa kok," dia menambahkan cepat-cepat.
Entah mata gue yang salah liat, kok muka Sekar semacam memerah. Tapi gue telanjur penasaran dengan perkataannya untuk menelaah paras ayunya lebih jauh.
"Bentar. Emang lo sama Garin rencananya mau nyanyi apaan?"
Sekar menyebutkan lagunya. "Wow," cetus gue. "Nggak main-main, tapi bisa gue usahain sih," kata gue. Matanya melebar.
"Serius, Cak?"
"Iya. Tapi gue belum pernah nyanyi duet, apalagi sama cewek. Kapan kita bisa latihan?" tanya gue.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eyeless Pandora
Cerita PendekLima laki-laki dan lima jalan hidup berbeda, dipertemukan dan saling menemukan dalam kelindan mimpi yang sama. Dengar mereka bercerita soal hidup, musik, cita-cita, cinta, luka, menerima, memaafkan, serta serangkaian perjalanan yang menempa untuk j...