Wigra menoleh ke sekeliling kamar Kandi, lalu ke Garin, Irgi, dan Cakra. Gue nggak bakal dikerjain kayak Cakra atau Irgi kan ya, batinnya. Garin menangkap tatapan mata Wigra, lalu tertawa kecil.
"Kenapa lo? Takut dikerjain ya? Hahahaha," Garin tidak sanggup menahan tawanya.
Cakra ikut nyengir. "Tenang, Gra. Tenang. Lo nggak bakal dikerjain, walau gue sebenernya gue pengen banget bales dendam," tukasnya.
"Justru itu gue serem. Entar gue diiket di tiang listrik kayak elo, atau diceburin kolam kayak Irgi, kan berabe. Gue masih mau hidup, Cak," jawab Wigra.
Irgi mencibir. "Jadi lo pikir gue sama Cakra ini apaan? Dedemit?" tanyanya.
"Berhubung kita mau manggung besok, jadi posisi lo aman, Gra. Tenang," dia melanjutkan, lalu duduk di tepi tempat tidur Kandi.
Karena besok The Eyeless Pandora mau manggung, mereka sepakat menginap di rumah Kandi. Soalnya, lokasi rumah Kandi-lah yang paling dekat ke Bloody Mary, tempat mereka akan manggung.
Untungnya, kedua orangtua dan kakaknya Kandi juga nggak keberatan menerima Garin, Irgi, Cakra, dan Wigra. Walau ya akhirnya mereka berempat harus rela tidur bertumpukan di kamar Kandi, hahaha...
"Rin! Garin! Sini dong," suara Kandi terdengar dari lantai bawah. "Wah, tuan rumah kenapa tuh. Bentar ya," Garin langsung menyusul.
"Cak, lo kenapa? Nungguin tukang nasi goreng?" tanya Wigra saat melihat Cakra menatap ke arah jendela.
"Nungguin hujan duit," sahut Cakra seenaknya. "Eh mana, mana? Emang kata BMKG kapan hujannya?" Irgi langsung berdiri bersemangat.
"Orang gila," Wigra cuma bisa geleng-geleng kepala. Pintu kamar kembali terbuka dan Garin muncul dengan cengiran di wajahnya. Lalu...
"Happy birthday, Wigra! Happy birthday, Wigra! Happy birthday, happy birthday! Happy birthday, Wigra!" Wigra masih terpana menatap Garin, Irgi, dan Cakra yang sibuk bernyanyi sambil bertepuk tangan ketika Kandi menyusul Garin.
Kedua tangannya memegang kue ulang tahun dengan lilin menyala tertancap di tengah. "Selamat ulang tahun, Wigra!" serunya sambil meletakkan kue di meja belajar.
"Tiup dong lilinnya," kata Cakra seraya mendorong Wigra mendekati kue tersebut.
"Make a wish, Gra, jangan lupa," celetuk Garin sambil menutup pintu kamar Kandi. Jangan sampai surprise kecil-kecilan buat personel paling bungsu The Eyeless Pandora itu malah mengganggu ketentraman rumah Kandi.
"Heh? Make a wish ya? Hmmm...." Wigra menunduk sejenak sambil memejamkan mata, sebelum mengusap wajahnya lalu meniup lilinnya.
Dan tentu saja, personel The Eyeless Pandora harus berteriak dan bertepuk tangan saat semua lilinnya sudah padam kena tiupan Wigra.
"Ini kalian kapan ngerencanain ini?" tanya Wigra. "Kemarin, pas Irgi ngingetin kalo lo bakal ultah," jawab Kandi. "Oh gitu," kata Wigra. "Makasih ya, guys. Makasih juga nggak pake ngerjain gue, hahaha..." lanjutnya.
"Kata siapa?" Garin mengangkat alis. "Elo mungkin nggak bakal dikerjain kayak Cakra atau Irgi. Tapi bukan berarti elo bebas, Saudara Wigra Dwi Setya," cowok berkacamata itu menatapnya sambil tersenyum iblis.
Wigra melirik Irgi, Cakra, dan Kandi. Tadi katanya nggak bakal dikerjain?
Mendadak, Wigra menyesal percaya dengan omongan teman-temannya.
"Udah, sekarang gini aja. Pilihannya dua: elo kita peperin ini kue, atau lo hibur kita semua?" tanya Irgi sambil melipat tangannya dan tersenyum-senyum creepy.
"Nggak usah muluk-muluk deh, Gra. Lo joget-joget aja," kata Kandi, tangannya menutup mulut menahan tawa.
"Ah, sialan. Udah gue duga," Wigra menggaruk-garuk kepalanya. "Udah, buruan, makin cepat makin baik. Wigra, Wigra, Wigra, Wigra..." Cakra mulai bertepuk tangan menyemangati.
Wigra menatap keempat temannya dengan tatapan dengki, lalu...
"Woy, anjir, ini taun berapa lo masih shuffle dance?" Garin tidak sanggup menahan tawanya dan langsung bersandar di dinding kamar sembari memegang pinggangnya.
Lalu Wigra-nya? Cuek dan terus menari, padahal Garin, Irgi, Cakra, dan Kandi sudah sibuk tertawa.
"Puas kalian semua, hah?" tanya Wigra, telinganya merah. "Luar biasa, Wigra, baru kali ini gue liat lo nari. Tolong jangan lagi ya?" bahu Cakra berguncang menahan tawa.
"Eh, kayak lo pada bisa semua aja," Wigra tidak mau kalah. "Udah, ah, bocah lo berdua. Ayo potong kuenya, Gra," Kandi buru-buru menengahi.
"Nah, bener. Yes, makan kue, hihiy..." Irgi mengangguk bersemangat dan mendadak menggoyangkan pinggangnya.
Iya, kayak orang dangdutan.
"Tarik, Mang.... Ihiiiiy...." Cakra tidak mau kalah dan mulai bergoyang mengikuti Irgi. Dan kalau Cakra sudah bergoyang, otomatis Garin dan Kandi akan ikut. Persis seperti gerombolan penonton dangdutan di RT setempat.
Untunglah sesi dangdutan dadakan di kamar Kandi segera berakhir setelah Wigra memotong kue ulang tahunnya dan mereka semua duduk menikmati kue tersebut.
"Ngomong-ngomong, kita besok jadi soundcheck jam 2 kan ya?" tanya Kandi. Garin mengangguk. "Dari email yang gue dapet sih gitu. Berarti kita berangkat jam berapa?"
"Jam 1 kali ya. Sekalian ngehindarin macet," jawab Kandi. "Ya udah. Open gate juga baru jam 7 kan," ujar Irgi.
"Yep yep. Barang-barang udah aman kan ya,"
"Iya. Gue sama lo nanti bareng Kandi ke sana, Wigra di mobil Irgi," kata Cakra. "Eh gue lupa deh, masuk sana HTM-nya berapa sih?" tanyanya. "Kalo gak salah 75 ribu per pax, dapet first drink," jawab Irgi sambil mengelap bibirnya yang belepotan krim cokelat.
"Eh, gak terlalu mahal dong. Bisa lah ya, anak-anak kampus kalo ada yang mau merapat,"
"Emang lo ngarep siapa?" tanya Wigra. "Ya, temen-temen gue lah. Kalo Lyanna kan udah jelas jadi suporter Irgi, trus Kandi ada Langit. Lah gue suporternya siapa?"
"Apa perlu gue nelpon angkatan bawah gue buat dateng, Cak?" tanya Garin sambil nyengir, lupa kalo di giginya masih ada cokelat menempel. "Masih?" Kandi menatap Cakra tidak percaya.
"Ya masih lah!" seru Garin yang dibalas timpukan tisu oleh Cakra. "Ya elah, Cak. Lo kayak anak latian baris berbaris aja. Jalan di tempat," gumam Irgi.
"Bangke lo ah, Gi," Cakra malah tertawa mendengar ucapan Irgi.
"Eh, saudara-saudara sekalian, kalo udah pada selesai makan, piringnya sini kasih ke gue, biar gue cuci," kata Kandi seraya bangkit. "Mau gue bantuin nggak?" tanya Cakra.
Kandi menggeleng. "Nggak usah. Udah, lo pada tidur aja. Besok kudu seger kan. Udah, buru sana," si tuan rumah mengibaskan tangan mengomando para tamunya untuk tidur.
"Siap, ndoro,"
"Berisik."
a small note from the ink-slinger:
Heyho! Apa kabar? Yang habis ikut hajatan #Day6inJKT, apa udah move-on atau malah masih nyariin separuh dirinya yang kebawa sampe Korea? #apaan
Anyway, I'm still finishing the gig part as we speak here. Semoga nggak butuh waktu lama buat chapter tersebut bertemu dengan kalian ya.
I can't emphasize enough how happy and grateful I am upon finding out how you can enjoy the journey of these five men the way I enjoy writing about them.
Toodles and have a nice day!
(a.)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eyeless Pandora
Cerita PendekLima laki-laki dan lima jalan hidup berbeda, dipertemukan dan saling menemukan dalam kelindan mimpi yang sama. Dengar mereka bercerita soal hidup, musik, cita-cita, cinta, luka, menerima, memaafkan, serta serangkaian perjalanan yang menempa untuk j...