Red Herring (part 1)

1.8K 277 53
                                    

Gue menelan potongan kedua martabak mie, sementara Kezia menyalakan sebatang rokok dan mengembuskannya.

"Eh, di sini tuh nggak boleh main kartu ya?" tanyanya.

"Kayaknya emang cuma fakultas kita yang masih bolehin main kartu deh, Key," jawab Adrian sambil menyeruput es kopinya.

Berhubung kelas dibatalin karena dosen gue sakit, jadilah gue, Iksan, Kezia, serta Adrian, Lyanna, dan Navilla melipir ke kantin fakultas tetangga.

Alibinya sih, cari suasana baru, mumpung belom jam makan siang jadi belom rame.

"Dri, bagi ya," gue menyeruput es teh Adrian sebelum bangkit. "Celamitan, anjir," jawab Adrian.

"Hahaha, lupa mesen gue," gue tertawa sebelum melewati Lyanna untuk menghampiri counter minuman. "Mas, es cappuccino satu ya. Esnya dikit aja," kata gue ke si mas-mas penjual minuman.

Sembari menunggu si mas-mas ngebikinin es cappuccino, gue nge-scroll chat WhatsApp. Selain chat sama Mama, ada obrolan di grup angkatan, japri sama Navilla ngebahas tugas, sampai obrolan di grup The Eyeless Pandora.

Berhubung gue, Garin, Irgi, Kandi, dan Wigra lagi sibuk sama kuis dan tugas, The Eyeless Pandora baru akan ngumpul latihan minggu depan.

Kebetulan jari gue udah gatel banget mainin senar bas. Kan bosen ya kalo cuma nulis atau ngetik doang.

"Cakra?" gue menoleh ketika mendengar suara familiar itu, lalu terbelalak saat melihat orang di depan gue. "Eh, Bayu! Apa kabar?"

Gue kok bisa-bisanya lupa Bayu ngampus di sini. Padahal, dia satu dari segelintir alumni SMA gue yang juga keterima di sini. Cuma kayaknya abis daftar ulang gue emang nggak pernah ketemu lagi sih sama dia.

"Apik, Cak," kami bersalaman. "Sampeyan gimana? Kok ya nggak pernah ketemu," jawabnya.

Gue tertawa. "Takut ganggu orang sibuk," ujar gue sekenanya. Berikutnya, gue akhirnya pindah untuk duduk bareng dia. Sekadar ngobrol dan catching up dengan hidup di kampus masing-masing.

"Nggak ada kelas apa gimana, Bay?" gue bertanya sambil menyeruput es cappuccino.

"Habis kuis, Cak. Eh masih ngekos tempat yang dulu?"

"Masih, Bay. Sampeyan masih di asrama?"

Dia menggeleng. "Wis pindah," jawabnya sambil menyebut kawasan di dekat gedung kampusnya yang memang identik dengan kos-kosan mahasiswa. "Gimana kuliah, Cak?"

"Ya gitulah, Bay. Alon-alon asal kelakon. Di sini gimana? Betah?"

"Alhamdulillah. Sing penting masih waras," obrolan gue dan Bayu terpotong ketika seorang cewek sebaya kami menghampiri Bayu.

"Bay, habis ini masih ada kelas?" tanyanya. "Masih, Ra, jam 1. Kena... oh, tugas Pak Joko ya? Nanti sore aku e-mail bisa?"

"Boleh kok. Tinggal disusun aja kan? Gue juga baru bisa ngegarap abis latian kok," selagi Bayu dan temennya ini ngebahas tugas, gue pun menengok ke ponsel.

Ternyata ada apdet di grup angkatan.

Aga
gaes, kelas Pak Rino batal ya. doi sakit.

Heh? Pak Rino bisa sakit juga? Angkatan gue segitu bandelnya sampe dosen-dosen hari ini males ngajar apa gimana?

"Ya udah, Bay, cabut dulu ya," perhatian gue kembali ke Bayu dan temannya saat gue mengambil tas. "Balik?" Cewek itu menggeleng. "Mau ke PKM aja, ngadem sambil nunggu latian," jawabnya.

Gue berdehem. "Eh, Bay, balik dulu ya. Dosenku ternyata nggak ada," berhubung gue nggak ada kelas lagi hari ini, mendingan gue balik aja, biar tidur puas-puas ya kan.

The Eyeless PandoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang