Seperti kelas Bu Kintan sebelumnya, gue bertahan lebih lama untuk ngobrol sama beliau. "Kamu yakin mau ngulang kelas sambil skripsian? Nggak masalah?"
Gue mengangguk. "Yakin, Bu. Saya tahu Ibu pasti concerned soal bahasa Indonesia saya. Tapi sampai sekarang juga saya akan..."
Wait, how do you say 'try my best' in Indonesian language again?
"...saya akan berusaha sebaik mungkin."
Bingo.
"Kalau Ibu merasa draft yang tadi saya presentasikan sudah memenuhi syarat, saya akan kembangkan draft itu lebih lanjut untuk diajukan jadi proposal," tutur gue.
Bu Kintan manggut-manggut. "Ya kalo saya liat arahnya udah bener kok, Rin. Permasalahan yang kamu propose juga sudah jelas. Saran saya, kamu tambah referensi untuk latar belakang, karena kalo cuma lima buku masih kurang," kata Bu Kintan sambil menuliskan sesuatu di kertas gue, sebelum menyerahkannya.
Ternyata sebuah nama asing. Kayaknya gue pernah denger, cuma lupa di mana.
"Saya lupa-lupa inget judul bukunya, tapi kamu coba cek namanya di perpustakaan. Dia sering bahas topik yang kamu ajukan," kata Bu Kintan.
"Oke, Bu," besok gue bakal langsung ke perpus sih buat ngecek.
"Satu lagi, Rin," gue mendongak. "Sebelumnya saya minta maaf, bukan bikin kamu minder soal bahasa Indonesia kamu..."
"Nggak masalah, Bu, saya paham," gue berkata cepat-cepat.
"Kamu bisa kan jalanin kuliah semester depan kalo proposal kamu di-approve? Apalagi kamu juga pasti masih bikin paper," katanya.
Gue mengangguk. "Saya ambil kelas tutorial Bahasa Indonesia Akademik di fakultas sebelah, Bu. Jam 2 ini kelas perdana," kata gue.
Setelah gue mengontak nomor di poster yang gue liat waktu itu, gue memutuskan datang, ngobrol sama tutornya, dan akhirnya daftar.
Tutornya masih alumni kampus kami, kok. Dosen muda baru selesai sekolah lagi, trus bikin tutorial karena banyak yang kesulitan di aspek bahasa.
Kayak gue gini.
Alis Bu Kintan terangkat. "Oh ya? Langsung mulai hari ini?"
"Iya, Bu. Seminggu dua kali, tapi fleksibel," jawab gue. "Oke kalo gitu. Sukses ya. Saya seneng kamu nggak jatuh mental dengerin omongan saya,"
"Kalo bukan denger omongan pedes Ibu, mungkin saya udah keluar pas semester tiga," gue tertawa kecil sebelum berpamitan.
***
Jordy
Rin
ga ke lapangan?Garin
oh iya, sparring futsal ya
skip deh. gue masih di sebelah nihJordy
yah.
ya sud.Garin
salamin ama anak-anak yaJordy
beres
besok mo ngerjain tugas di mana kita?Garin
perpus lah ya
see you bud!Setelah ikutan tutorial sama Mas Teguh yang buka kelas ini, gue lupa kalo jurusan gue ada sparring futsal. Emang gue nggak daftar untuk ikutan sih, tapi kalo untuk urusan gini-gini, yang nggak main pun most likely dateng buat nonton.
Plus, sekarang hujan. Jadilah gue terdampar di kantin fakultas tetangga sambil makan roti bakar cokelat dan teh manis hangat sambil ngecek ulang catatan gue di tutorial tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eyeless Pandora
Historia CortaLima laki-laki dan lima jalan hidup berbeda, dipertemukan dan saling menemukan dalam kelindan mimpi yang sama. Dengar mereka bercerita soal hidup, musik, cita-cita, cinta, luka, menerima, memaafkan, serta serangkaian perjalanan yang menempa untuk j...