59.3 - Irgi

3K 249 16
                                    

Gue memarkir mobil di depan gedung toko buku Pages & Bookmarks. Di tengah liburan begini, dosen gue, Bu Cinthya, meminta para mahasiswa aktif untuk datang ke kampus untuk penjelasan soal program kuliah semester depan.

Kayak angkatan gue, misalnya, butuh pencerahan soal mata kuliah jurusan yang wajib diambil dan mana yang nggak.

Berhubung Haikal, ketua himpunan mahasiswa jurusan gue yang juga ngajak ngebahas soal rencana penyambutan dan inisiasi maba, mendingan gue dateng deh.

Sekalian jemput Lyanna juga. Kalo liat jam di ponsel gue, bentar lagi sih shift-nya Lyanna selesai.

Oh, setelah enam bulan harus bolak-balik kampus-rumah-kerja dan kurang tidur karena bagi waktu, hari ini jadi hari terakhirnya dia part time di situ.

Padahal katanya sih dia sempet takut nggak sanggup tahan sampe enam bulan, ternyata kesampaian juga.

Gue turun dari mobil, dan dari jendela, gue bisa melihat dia di balik meja kasir, nggak tau lagi nulis-nulis apaan.

Irgi
L, aku udah sampe nih.
Aku masuk aja ya. Di deket majalah

Gue langsung menuju rak majalah yang letaknya memang paling dekat dengan pintu setelah masuk.

Lyanna
Aku baru selesai. Bentar ya pamitan dulu

Irgi
Iya, santai.

Di tengah alunan lagu The National yang mengalun dari pengeras suara di toko, gue bisa mendengar obrolan Lyanna dan teman-temannya. "Mas, aku pamit ya. Makasih banyak udah banyak diajarin enam bulan ini," kata Lyanna ke seseorang.

Iseng, gue melihat dari balik rak dan menemukan Lyanna sedang bicara dengan seorang mas-mas berkemeja denim yang mungkin seumur Mbak Ayas dengan tato di lengannya.

"Sama-sama, Lyanna, makasih juga ya. Lo jangan lupa main-main ke sini walau udah resign juga,"

"Beres, Mas," jawab Lyanna sambil berpamitan dengan beberapa orang lagi sambil berpelukan dan ber-cipika cipiki. "Ya udah, kalo gitu, cabut dulu ya, guys. Sukses semua!"

"Eh, Lyanna naik apa?"

"Dijemput sama..." mata Lyanna mencari ke sekeliling dan mendapati gue. "Tuh, sama cowok gue," katanya, lalu melambaikan tangan.

"Yuk, duluan ya, guys. See you really soon!" Lyanna melambaikan tangan dan mencangklong tasnya sebelum menghampiri gue.

"Udah?" tanya gue, otomatis menggenggam tangannya. "Udah. Yuk," katanya sambil mengajak gue keluar dari toko.

"Kita mau ke mana?" tanya Lyanna saat kami sudah di mobil. Gue tidak langsung menjawab, tapi mengelus kepala dan rambutnya. "Kenapa sih?" tanyanya.

"Nggak apa-apa. You did well with your job, L," jawab gue.

"Makasih lho. Pengalamannya sebanding sama capeknya dan hal-hal nyebelinnya," dia ganti mengelus pundak gue.

"Keliatan kok, L," jawab gue sambil menstarter mobil. "Makanya aku kaget kamu nolak tawaran kontrak enam bulan lagi."

Lyanna menghela napas. "Ya gimana, Gi, kalo aku nekat, aku nggak yakin bisa survive di kampus semester depan," kata dia. "Eh kita mau ke mana ngomong-ngomong?"

"Kamu udah makan belom?"

***

Gue membuka botol minuman air mineral yang baru diantarkan oleh mas-mas penjaga restoran ini. "Kamu jadi sisa liburan bakal ngapain, L?" tanya gue.

The Eyeless PandoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang