Garin
Gi
Lo jadi ke tempat Kandi?Irgi
Oi, Rin. Jadi kok.Garin
Trus?Gue menatap tulisan "Irgi is typing..." di layar ponsel sambil mendengar suara James Bay dari speaker laptop gue.
Kalo Irgi typing-nya lama begini, kok perasaan gue nggak enak ya.
Irgi
Hmmm
Ini nggak bisa dibahas di WhatsApp. Lo sibuk nggak?Uh-oh.
Garin
No. Please hit me up.Irgi benar-benar menelepon gue nggak sampe satu menit kemudian. "Ya?" gue langsung mengangkatnya.
"Hai, Rin. Di rumah?"
"Iya nih. 'Sup?" tanya gue. "Soal pertanyaan lo. Gue udah ketemu Kandi," jawab Irgi.
Gue langsung menegakkan posisi duduk gue di kasur setelah mendengar respons Irgi. "Trus?"
"Ya, trus gue udah ngobrol sama dia."
Gue tercengang mendengarnya. "Wait, kalian ngobrol?"
"Iya,"
I sighed, perhaps a little bit too loud. "Kenapa?" tanya Irgi.
"Well, you know what I'm talking about, Irgi. We've talked about this,"
"Dan gue udah ngasih tahu kan alasannya. Kita udah ngebahas ini. Kalo kita dateng rame-rame..."
"He will freak out and we'll get nothing. Yeah, I get it," gue menyelesaikan kalimatnya. Irgi terdiam, sementara gue menghela napas. "Sori, Gi, sori. Gue bukan mau protes atau apapun," ujar gue.
"Lo berdua ngobrol apa aja?" tanya gue akhirnya. Irgi berdehem, lalu mulai bercerita.
"Good God..." bisik gue setelah Irgi bercerita. "I never knew,"
"Nggak ada yang tau, Rin. Gue dateng untuk jenguk dia, nanya keadaannya gimana, mungkin kalo ada yang mau dia omongin soal The Eyeless Pandora..." gue bisa mendengar Irgi berdecak.
"Tapi setelah ngobrol sama Kandi, liat bokapnya... ternyata nggak semudah itu," lanjutnya.
"Cakra sama Wigra udah tau?"
"Ya paling abis ini gue hubungin mereka," Irgi menghela napas. "Tadinya gue pengen kita berlima ketemuan pas udah ngampus. Minimal bisa bahas ini bareng deh, mumpung udah agak tenang," ujarnya.
"Ya tapi kalo situasinya gini apa yang bisa dibahas..." Irgi melanjutkan, setengah bergumam.
"Sori ya, Rin, gue nelpon lo gini. Karena sejujurnya gue takut kalo gue malah bikin sa..."
"Oh, come on, Gi. Ini bukan tanggung jawab lo doang. We carry this band. Together," kata gue cepat-cepat. "Sekarang ya emang kita tunggu aja dulu,"
"Oke..." kata Irgi. "Kalo deket-deket masuk kampus kita jadwalin latian lo bisa nggak?"
"I was born ready, bud,"
"Bukannya angkatan lo lagi pada ngajuin proposal ya?" tanya Irgi.
"Tau dari mana lo?"
"Ya kan senior gue yang seangkatan lo udah pada bolak-balik kampus, Rin,"
"Don't worry. I got this," jawab gue.
"Oke. Gue percaya kok,"
"Thanks," gue bergumam. "Anyway, Gi, thanks for doing this too,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eyeless Pandora
Short StoryLima laki-laki dan lima jalan hidup berbeda, dipertemukan dan saling menemukan dalam kelindan mimpi yang sama. Dengar mereka bercerita soal hidup, musik, cita-cita, cinta, luka, menerima, memaafkan, serta serangkaian perjalanan yang menempa untuk j...