Onwards: An Epilogue

2.5K 279 51
                                    

Wigra

Segera setelah Pak Bambang meninggalkan ruangan kelas, Wigra dengan tergesa keluar sambil mencangklong ransel dan merogoh ponsel di saku.

Hampir saja dia menabrak seseorang kalau tidak berhati-hati.

"Eh sori," Wigra mengangkat pandangan dari layar ponsel dan tertegun sejenak saat melihat Astrid-lah orang yang nyaris ditabraknya. "Sori, Cit," gumamnya.

"Iya," jawab Astrid sambil melewati Wigra dan hendak meneruskan perjalanan. "Cit, tunggu," Wigra memanggilnya.

"Kenapa, Gra? Gue mau ketemu temen," kata Astrid singkat. Wigra menghela napas. "Sabtu gue ada gig," ujarnya, lalu menyebutkan nama tempat The Eyeless Pandora akan manggung.

"Oh gitu. Good luck ya. Salam buat kakak-kakak The Eyeless Pandora," jawab Astrid. "Bagus lah sekarang kalian udah rajin nge-gig lagi."

Enam bulan setelah Kandi "kembali" ke The Eyeless Pandora dan mereka muncul di Soundexplosion Fest, mereka berlima memang akhirnya aktif lagi untuk gig dan berbagai audisi.

"Lo dateng dong. Deket kan dari rumah lo?" kata Wigra. Kata-kata itu tidak dia maksudkan sebagai ajakan.Itu permintaan. Karena Wigra masih punya harapan yang sama: dia tidak perlu kehilangan Astrid.

"Liat nanti deh, Gra," jawab Astrid.

"Lo tuh marah ya sama gue?" tanya Wigra akhirnya.

"Nggak," Astrid menjawab cepat. "Emang kenapa?" tanyanya. Wigra tersenyum canggung.

"Abis lo sekarang sombong, nggak pernah negur. Padahal kan gue kangen ngeceng-cengin lo kalo curcol," ucapnya, berusaha bercanda.

"Gue biasa aja kok. Ya namanya sekarang beda kelas mau gimana," ucap Astrid.

"Beneran?"

"Wigra," Astrid menghela napas. "Gue nggak apa-apa. Cuma butuh waktu sendiri aja," jawabnya, merasa tidak ada gunanya berbohong.

"Emang gue sal..."

"Ini bukan soal salah atau nggak," potong Astrid buru-buru.

"Maaf ya kalo lo ngerasa gue jauh. Gue cuma butuh menjauh sedikit supaya gue bisa nerima kalau... kalau mungkin lo nggak ngerasain yang sama dengan gue," dia tersenyum. "Gue duluan,"

"Cit," Wigra menahan tangannya.

"Wigra..."

"Gue dulu," Wigra memotong, lalu menatap Astrid. "Kita masih bisa balik ke yang dulu nggak sih?" tanyanya. "Ketika gue minjem pulpen lo, lo nitip blackcurrant tea, atau gue nganterin lo, ngopi catetan lo...." tanpa sadar dia mengabsen semua kenangannya selama setahun bersama Astrid.

"Kita nggak bisa kayak gitu lagi?"

Astrid memandangi Wigra lama, sebelum tersenyum dan menggeleng. "Nggak sekarang, Gra,"

"Tapi kalo nggak ada yang mulai, kapan kita normal lagi?"

"Karena..."

"Wigra," Wigra dan Astrid sama-sama menengok dan mendapati Cakra sedang menghampiri Wigra, sebelum berhenti saat melihat pemandangan di depannya.

"Eh, sori, lanjut, lanjut," kata Cakra.

"Nggak apa-apa, Kak," potong Astrid cepat, lalu melirik Wigra sejenak. "Nanti gue kabarin," Astrid benar-benar bersiap pergi. "Good luck."

Mata Wigra masih memandangi punggung Astrid yang menjauh saat Cakra menghampirinya.
"Lo nggak apa-apa?"

"Eh, iya..." Wigra tergagap saat membetulkan letak tali tasnya di pundak. "Berangkat sekarang?"

The Eyeless PandoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang