Gue selalu suka kuliah hari ini. Gimana nggak seneng, orang gue kuliah cuma sampe jam 1, hahaha. Makanya gue langsung beres-beres begitu Pak Bambang, dosen kesayangan seangkatan, ngacir beberapa saat setelah bel di kampus bunyi.
Pulang? Nggak dong. Gue udah ada janjian sama The Eyeless Pandora di studio. Agendanya penting pula.
Butuh sekitar 10 menit buat gue untuk naik motor dari kampus sampe ke studio langganan kami. Dan langsung papasan pula sama Garin di halaman. "Oi, Gra. Baru nyampe juga lo?"
"Iya nih. Cakra sama Kandi kayaknya udah sampe kalo baca di grup," kami mengetuk pintu studio yang langsung dibuka oleh Irgi. "Nah, yang ditungguin dateng. Yuk lah, langsung," katanya.
Begitu masuk, gue dan Garin langsung disambut pemandangan Kandi yang lagi serius merhatiin buku catatannya dan Cakra yang...
"Buset pules bener tuh anak kayaknya tidurnya," Garin tertawa pelan melihat Cakra yang dengan santainya tidur di sofa.
"Hahaha, tadi begitu dateng langsung tidur, ternyata nyenyak banget. Gimana banguninnya ya," kata Irgi.
"Kelitikin kakinya?" tanya gue, yang langsung disambut tawa Kandi. "Anjir, kayak adek sepupu gue yang masih bayi dong? Tapi usulan lo gue akui juara sih," ujarnya.
"Mending mana, dikelitikin apa dicipratin air coba?" jangan salah, kakak gue, Mbak Rana, pernah nyipratin gue air saking gue susah dikasih bangun, hahahaha.
Garin manggut-manggut sambil mendekati Cakra. "Gue setuju usulan lo, Gra. Coba sini gue," katanya, sementara Irgi ketawa. "Awas ditendang, Rin," ujarnya, sementara Garin mulai ngelitikin telapak kakinya Cakra.
"Hmmmm..." kalo dari suara dan gerakan kakinya yang langsung menekuk, kayaknya sih Cakra ngerasa kalo dikelitikin. Tapi kenapa nggak bangun juga ya?
"Woy, Cak, lo mau ngomongin audisi nggak?" tanpa gue sangka-sangka, ucapan gue sukses bikin Cakra bangun dan langsung terduduk.
"Gila, Wigra, bisa-bisanya bangunin si pelor!" celetuk Garin seraya tertawa pelan, sementara Cakra mengucek-ucek wajahnya. "Hahahaha, siapa yang nggak bangun coba, kalo yang ngomong suaranya ngebas gitu?" celetuk Kandi.
Irgi mendekati Cakra sambil menyodorkan air mineral gelas. "Minum dulu, Cak, biar enakan,"
"Hmm? Thanks, Gi. Sori ya, gue tidurnya khilaf," jawab Cakra serak sebelum meneguk air pemberian Irgi, lalu bangkit menuju kamar mandi buat cuci muka.
Kandi berdehem. "Mau ngulik lagu yang mana nih? Kan kemarin ada tiga yang mau ditampilin," ujarnya, mengacu ke obrolan panjang lebar kami di grup WhatsApp dua hari lalu.
"Ya kalo menurut gue sih kita kulik yang lagunya The Script aja dulu kali ya? Kayaknya kita belom pernah bawain live juga kan," Garin mengusulkan.
"Abis itu baru bahas lagu yang kemarin ya? Kan udah dikulik dikit-dikit tuh," ujar Kandi.
Gue mengangguk. "Gue juga baru mau bahas itu. Kepikiran mau ganti dikit beat drumnya. Dikit doang," kata gue , sementara Cakra yang baru kembali dari kamar mandi langsung duduk di sebelah Kandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eyeless Pandora
Historia CortaLima laki-laki dan lima jalan hidup berbeda, dipertemukan dan saling menemukan dalam kelindan mimpi yang sama. Dengar mereka bercerita soal hidup, musik, cita-cita, cinta, luka, menerima, memaafkan, serta serangkaian perjalanan yang menempa untuk j...