Bab 14

3.9K 138 0
                                    

    SETELAH tiba di hadapan apartment, Putri terus membuka pintu kereta, tapi belum sempat Putri keluar dari kereta, Putri kembali memandang Amar di sebelah.

    "Amar, pasal tadi tu awak lupakan je erk? Dan saya minta maaf sebab gunakan awak tadi." kata Putri.

   "Saya tak kisah pon Putri... Kalau awak nak saya betul-betul jadi boyfriend awak pon saya tak kisah. Lagi saya suka!" kata Amar sambil berjenaka.

    "Ish, Sudah lah! Malas nak layan awak!" kata Putri dan dia terus keluar dari kereta.

    Amar pula cepat-cepat keluar dari kereta dan mengejar langkah Putri. Apabila sampai di sisi Putri, dia memaut lengan Putri untuk membantu Putri berjalan.

   "Amar, It's okay... Saya boleh jalan sendiri." kata Putri dan cuba untuk meleraikan pegangan Amar.

   "Kaki awak kan sakit? Please, dengar cakap saya. Let me help you okay?" kata Amar dengan nada yang lembut.

    Putri diam sejenak,  dia mengangguk setuju. Amar terus memaut lengan Putri dan menuju ke lift. Sesudah sampai di tingkat yang dituju, kami berdua menuju ke rumah Putri. Apabila sampai di depan pintu, Putri terus meleraikan pegangan Amar.

  "Ermm... Thank you la sebab tolong saya tadi. And thanks sebab bayarkan ubat saya tadi." kata Putri.

  "Most welcome... Anything for you my dear..." kata Amar sambil senyum sumbing.

   Erk? My dear? Euww!

   Putri mengukir senyuman terpaksa. "Ermm... Okaylah, saya masuk dulu ye?" kata Putri.

  "Hmm.. Yelah... Jangan lupa makan ubat tu." pesan Amar.

  "Ye, baiklah doktor." kata Putri separuh sindir. Amar hanya tersenyum.

Putri membuka pintu rumah dan terus masuk. Fuh!

  "Aii Putri... Lambat balik? Kau joging ke kau dating?" soal Nabilah.

  "Eh? Ni apasal kaki kau berbungkus ni?" soalnya lagi apabila dia terperasan kaki Putri yang berbalut.

  "Hmm... Aku pergi joging la. Tadi aku terjatuh masa tengah joging. Tu yang berbungkus tu..." kata Putri.

 
  "Laaa... Macam mana boleh terjatuh ni?" soal Nabilah.

  Putri terus menceritakan insiden yang berlaku pagi tadi.

  "Haaa... Tulah kau! Siapa suruh lari dari dia, kan Allah dah bagi cash!" kata Nabilah.

"Aku bukan nak lari, aku just nak ngelak dari jumpa dia je." kata Putri.

  "Sama lah tu!"

  "Eh, tapi kan, bila aku dengar kau cita yang dia tolong papah kau, tolong bayar ubat kau... Aku rasa dia ni mamat jenis sweet lah! And romantik!" kata Nabilah.

  "Eee... Gatalnye kau ni, sweet apa ke bendanya... Kalau setakat tolong papah aku and tolong bayarkan ubat, semua orang boleh buat!" kata Putri.

  "Ahh!! Itu kata kau. Tapi, bagi aku, dialah yang sweet, yang caring, romantik and sweet talker!" kata Nabilah separuh menjerit.

   "Eh, kau dah kenapa ni? Meroyan tak tentu pasal." soal Putri sambil mengangkat sebelah kening.

Nabilah mencebik meluat.

  "Cik Putri... Aku tau kening kau tebal and lawa, tapi jangan la menunjuk dekat aku! Jeles tau!" kata Nabilah.

   "Kau terasa ke? Aku tak menunjuk kat kau pon. Btw... Thanks sebab puji kening aku lawa." kata Putri sambil senyum mengejek.

  "Hhmm! Masuk bakul angkat sendiri... Dah lah, malas nak layan kau!" kata Nabilah dan dia ingin ke bilik.

  "Eh! Kau ada masak apa-apa tak?" soal Putri.

   "Ada tu ha! Nasi goreng... Kau makan lah." kata Nabilah sambil menunjukkan ke arah meja makan.

  "Kau dengan Zarra dah makan ke?"

   "Dah." kata Nabilah lalu masuk ke dalam bilik.

  Putri menuju ke meja makan, dan duduk di kerusi. Mmm... Nampak sedap! Ish memang lah sedap, tengok lah siapa buat! Chef Nabilah!



<<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>>>

#To be continue...

EH? MAMAT NI LAGI!Where stories live. Discover now