Chapter 6 - Harapan

839 75 0
                                    

"aku sedang serius, apa yang terjadi pada eunha?"

"heh, mengapa kau peduli? Bukankah katamu tadi kau tak peduli?" yerin tetap tak mau kalah. Yerin hendak melangkahkan kaki nya meninggalkan yoongi, namun yoongi langsung menarik tangannya keras.

Yoongi menatap tajam kearah yerin meminta penjelasan.
Yerin yang sebenarnya sejak tadi ketakutan pun menyerah.

"yah Min Yoongi kau tahu? Eunha akan menjauhi mu mulai sekarang! Seorang fans mu tadi pagi sudah manampar pipi kiri eunha! Mengancam eunha untuk menjauhi mu! Kau puas?! Kau puas eunha akan menjauhimu?!". Yerin emosi.

Yoongi melepaskan pegangan erat nya dari tangan yerin, membuat yerin segera meninggalkan dirinya dengan sebal.
Ia memasuki mobil nya dan pulang.

Yoongi pov

Entah kenapa aku merasa khawatir dengan eunha. Aku melajukan mobil ku dengan cepat. Berharap dapat segera menemukan eunha di rumah, memastikan kebenaran yerin.

Aku memarkirkan mobil. Memasuki rumah yang terlihat sepi. Ya, memang setiap hari sepi. Aku menyapu pandangan ke seluruh rumah mencari eunha namun tak ada.

Aku naik ke atas, memandang pintu kamarnya yang tertutup.
Aish! Mengapa juga aku harus peduli? Lama aku berdiri di depan kamar nya, memutuskan akan masuk atau tidak. Akhirnya aku memegang kenop pintu dan membukanya.

Aku mendapati eunha terduduk diatas kasur sambil memegang boneka. Ia tampak terkejut melihat ku. Aku melihat nya dengan tatapan datarku seperti biasanya. Aku mendekatinya. Ia menundukan wajahnya.

Aku berdiri disamping ranjang sambik menatapnya. Apakah benar yang yerin ucapkan padaku tadi? Haruskah aku bertanya?

"mengapa kau pulang deluan?" tanyaku datar membuka obrolan.

"ah a a ak akuu hanya........ Hanya ingin mencoba menaiki taksi" jawab eunha masih menunduk. Ah itu adalah jawaban paling bodoh yang pernah ku dengar. Aku tak menyangka bahwa eunha sampai sebodoh ini.

Aku mendekatinya dan memegang dagunya. Menarik nya keatas hingga kini wajah nya menghadapku. Kumiringkan wajah nya ke kanan dan ke kiri, mencoba mengecek wajah nya.

Benar saja, aku dapat melihat pipi kirinya yang merah dan agak bengkak. Aku melepaskan wajahnya.

"jadi apa yang akan kau lakukan sekarang? Menjauhi ku?" tanya ku datar dan tajam.

"bagaimana kau tahu?"

"kau pikir aku bodoh? Jawab pertanyaanku"

"a a ak akuu....." eunha tak dapat menjawab pertanyaan ku. Aku tau bahwa ia tak mau menjauhi ku.

"kau tak mau kan?" tanya ku masuh datar dan tajam dengan tangan di dalam saku celana. Eunha mengangguk mengiyakan.

"kalau kau tak mau ya tak usah. Mengapa mendengarkan perkataan orang yang bahkan bukan siapa siapa mu?" tanyaku pada gadis bodoh itu. Ia hanya diam.

"mulai sekarang acuhkan semua itu. Mengapa kau membuat hidup mu rumit, dasar bodoh" ujarku.

Aku membalikan badan berniat meninggalkan dia dikamar. Namun langkah ku terhenti, teringat sesuatu.

"ah ya, datanglah tonton pertandingan ku lusa, bawakan aku handuk dan minum. Ingat itu. Aku malas membawanya di tasku. Itu hanya memberatkan. Sekalian kau tunjukan pada orang yang menamparmu bahwa kau tak peduli dengan omongannya. Kalau kau tak mau tak apa" kataku padanya.

"aku mauuu" jawab eunha cepat dan semangat. Aku yang mendengar itu hanya tersenyum tipis.

"dan jangan lupa beri es pipi mu itu" kataku meninggalkan nya. Eunha mengangguk cepat. Dan itu sangat imut.

MY HOMEMATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang