Chapter 8 - Kesempatan

693 69 3
                                    

BRUGH!!!

"Aaakk!!" rintih eunha.

Baru saja hera menabrak eunha dengan piring ditangannya. Isi dari piring itu di tumpah kan semua ke badan eunha. Semua mata di kantin kini memperhatikan eunha dengan tatapan kasihan namun tak ada yang bergerak.

"YAK!!! Apa yang kau lakukan?!" teriak yerin pada hera melihat eunha sudah terduduk dengan badan yang penuh dengan makanan hera.

"upss tidak sengaja" jawab hera santai bersamaan dengan memasang mukanya yang tak bersalah membuat semua orang ingin memukulnya.
Hera pergi dengan santai membiarkan eunha yang duduk dilantai dengan keadaan yang memprihatinkan.

"YAK KAU NENEK SIHIR! DASAR PEREMPUAN TIDAK TAHU MALU!!" teiak yerin yang tak di perdulikan oleh hera dan teman teman nya.

"gwenchana?" tanya yerin pada eunha.

"mmm na gwenchana. Yerin-a bawa aku pergi dari sini" pinta eunha dengan mata berkaca kaca menahan air mata.

"ne kajja" yerin membantu eunha berdiri dan membopong nya meninggalkan kantin. Ia tau bahwa sahabatnya ingin ke tempat yang sepi. Malu dan sedih pasti itu yang dirasakan eunha saat ini.
Yerin membawa eunha ke toilet yang saat itu sedang kosong.

"tunggu disini akan ku bawakan baju olahraga mu" yerin berlari meninggalkan eunha di toilet. Sepeninggal yerin eunha menangis di dalam toilet yang untung saat itu sepi.
Yerin berlari cepat menuju loker eunha. Ia ngos ngosan di depan loker eunha dan mengambil baju olahraganya. Ia kembali dengan berjalan biasa dan tak lagi berlari. Ia sudah cukup kehilangan tenaga.

Ia masuk toilet yang hanya ada eunha itu dan menemukan eunha yang sedang terduduk menangis. Ia mendrkati sahabatnya.

"eunha-yaa~ jangan menangis. Bukankah kau yang memilih untuk menjalani ini? Kau harus tanggung resiko bukan? Sana kau mandilah dan ganti baju oke?" yerin mencoba menguatkan dan menenangkan sahabatnya.

"mmm yerin-a gumawooo. A ak aku hanya merasa ma malu" yerin sulit benjawab karena sambil menangis.

"ne nee~ sana mandi"

Yerin mununggui sahabat nya yang masih mandi. Sebenarnya ia kasihan dan ingin eunha memutuskan hubungan pura pura itu namun ia tahu bahwa sahabatnya tak mudah goyah jika itu urusan yoongi.

Eunha selesai mandi dan kini yerin dan eunha sudah berjalan di joridor dengan menenteng plastik berisikan pakaian kotor. Orang orang di koridor pun sibuk berbisik bisik membicarakan kejadian eunha di kantin tadi

Yoongi pov

Aku kini berdiri di depan kelas eunha. Aku sudah mendapat berita dari teman teman sekelas ku yang sudah sibuk bergosip tentang kejadian eunha. Aku mendatangi kelas eunha dan tak menemukannya disana jadi aku memutuskan untuk menunggu nya di depan kelas.

Sudah cukup lama aku menunggu namun eunha belum juga nampak.
Taklama aku melihat sosok yang kucari kini berjalan dikoridor sambil menunduk, memakai baju olahraga dan menenteng plastik. Ia bersama yerin.

Ia melihat ku laku menunduk. Yerin masukvterlebih dahulu sambil mebatap ku tajam. Eunha mencoba melewatiku berpura pura tidak melihatku. Tapi aku menahan tangan nya.

"tunggu, kita bicara sebentar" kataku.

"mau bicara apa?" eunha bertanya masih sambil menunduk.
Aku memandang eunha lama, memperhatikan keadaannya. Sepertinya gosip itu benar.

"neo gwenchana?" tanya ku datar, sekedar memastikan.

"ne, na gwenchana" jawab eunha, namun aku tak percaya, karena eunha menjawab dengan suara bergetar menahan tangis.

"baiklah, kalau begitu aku akan menganggap kau baik baik saja" jawab ku pura pura cuek meninggalkannya di depan kelasnya. Padahal perasaan ku bercampur aduk saat ini sebagian kesal sebagian marah, namun yang paling besar adalah aku ingin sekali memeluk nya. Aneh.

Skip>>
Eunha pov

Aku berkutat di meja belajar. Mencoba memahami rumus rumus yang terlihat aneh. Ahhhh aku sangat pusing hanya dengan melihatnya saja.

"haruskah aku tanya yoongi?" batinku.

Ah tapi aku takut ia menolak ku :(
Aku putus asa. Lama aku menumbang nimbang haruskah aku minta tolong yoongi atau tidak. Sebagiannya ingin sebagiannya takut.

Akhirnya aku memutuskan untuk minta tolong pada yoongi. Bukankah yerin bilang aku tidak boleh membuang kesempatan? Dan bukankah inu kesempatan yang bagus?.
Oke! Mari kita ke kamar yoongi.
Aku membereskan buku dan membawanya ke kamar yoongi. Aku berdiri lama di depan kamarnya. Memperhatikan tampilanku.

Melihat apakah pantas memakai baju seperti ini. Aku hanya memakai jeans pendek yang tertutupi kaos putih yang panjang nya sama dengan jeans ku. Ah tak apa pikir ku, bukankah yoongi tak peduli sama sekali.
Aku mengetuk pintu kamar yoongi.

"yoongi ini aku eunhaa. Boleh kah aku masuk" kataku agak keras.
Tak ada jawaban. Aku mengetok lagi, namu lagi lagi tak ada jawaban.

Aku mendekat kan telingaku ke pintu, ingin memastikan ada orang atau tidak di dalam. Namun tiba tiba pintu kamar yoongi terbuka ketika aku masih dalam posisi mendekatkan telinga kepintu. Aku langsung kaget dan membenarkan posisiku. Yoongi menatap ku heran. Ah aku sangat malu.

"mau apa?" kata nya dingin.

"mmm aku mau minta ajari matematika, apa kau mau?" tanya ku ragu.

Yoongi terdiam sesaat, berpikir. Lalu ia mempersilahkan ku masuk. Untuk pertama kalinya setelah sebulan tinggal bersama aku memasuki kamar yoongi. Aku agak sedikit canggung, mengingat di dalam rumah ini hanya ada kami berdua.

"hmm kamar mu bagus, apa aku wanita pertama yang masuk kamar mu?" tanya ku basa basi, namun sebenarnya memancing.

"tentu saja bukan" jawab yoongi yang membuat ku merasa dis sambar petir. Ada gadis lain selain aku? Siapa? Apa nayeon si gadis pintar itu?
Jujur aku cemburu, sangat amat cemburu. Namun kutahan.

Yoongi mulai mengajariku. Di mengajari ku di lantai, kamar yoongi sangat bagus dan sangat luas.
Lama kami belajar, diajari yoongi lebih mudah dari pada di ajari guruku di sekolah.
Yah walaupun sesekali aku malah fokus ke wajah yoongi yang sangat tampan hehehee. Benar kata yerin ini adalah kesempatan emas.

"apa kau tidak kedinginan" kata yoongi melihat ku memakai celana pendek.

"ah tidak" jawab ku. Tiba tiba yoongi memegang lutut ku.

"ini kenapa" katanya bertanya mengenai lebam yang ada di lutut ku. Ya, lebam itu di sebabkan kejadian di kantin tadi.

"ah ini, ini bukan apa apa" kataku mencoba berbohong.

Yoongi beranjak ke meja nya dan membuka laci, mengambil kotak P3K. Ia menarik lutut ku yang lebam dan mengobatinya. Aku sungguh kaget campur senang campur tak percaya yoongi mengobatiku.

"ini yang kau bilang baik baik saja?" tanya nya tajam padaku membuatku hanya terdiam.
Tak lama yoongi selesai mengobati ku.

"kembali saja ke kamar mu dan tidurlah ini sudah malam" katanya.

"belajarnya?" tanyaku.

"sudah tidur saja sana"

"oh baik lah" ucap ku meninggalkan kamar yoongi. Aku menghempaskan badan ku kekasur. Aku masih memikirkan kata kata yoongi tadi. Siapa wanita yang pernah ke kamar yoongi? Ah aku bisa gila memikirkannya.

MY HOMEMATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang