Bagian 6. Kotak Makan

3.5K 534 39
                                        

Senin.

Mungkin bagi sebagian siswa hari senin adalah hari keramat. Bayangkan saja, setelah hampir satu jam berdiri di lapangan untuk mengikuti upacara bendera, setelah itu langsung di sambut oleh pelajaran matematika dengan guru yang super killer. Lengkaplah sudah penderitaan mereka.

Namun itu semua tidak berlaku bagi Lee Jeno. Cowok ganteng berhidung mancung itu malah menyambut hari senin dengan suka cita. Ia berjalan di sekitar koridor dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya. Tersenyum dan menganggukan kepala ketika siswa lain menyapanya.

Walaupun belum genap satu bulan Jeno menginjakan kaki di SMA Wijaya, namun keberadaannya itu sudah menjadi sorotan. Maklum saja wajahnya yang diatas rata-rata membuat Jeno cepat di kenal oleh seluruh siswa Wijaya. Terutama siswi perempuan.

Dengan langkah santai dan ransel bertengger di bahu kanannya, Jeno masuk ke kelasnya yang masih sepi. Padahal jarum jam sudah hampir mendekati angka 7, namun kelas 12 C masih sangat sepi, hanya ada beberapa tas itu pun tidak ada pemiliknya.

Jeno tidak memperdulikan keadaan kelasnya yang sepi. Ia memilih melanjutkan langkahnya dan menyimpan tas nya di meja yang ia tempati bersama Hyunjin.

Baru saja Jeno menyimpan tasnya, tiba-tiba pandangannya beralih ke kotak makan di atas mejanya. Jeno mengambil kotak makan berwarna biru itu dan mengambil secarik kertas yang terselip disana. Ia membuka gulungan itu dan membacanya perlahan

Thanks

"Cie dapet kiriman dari fans,"

"Astaga."

"ANJIR! Nasi goreng ya itu."

"Kaget nyet! Bisa gak sih lo kalo teriak tau tempat?" Jeno memukul bahu Hyunjin dengan buku sedangkan yang di pukulnya malah tersenyum idiot.

"Eh itu dari siapa dah?" tanya Hyunjin tanpa menanggapi omongan Jeno yang sebelumnya.

Jeno mengangkat bahu, "Gak tau."

"Dari fans lo ya?"

"Ngaco lo."

"Halah, Jen. Lo tuh ya, gak liat apa itu cewek-cewek bahkan cowok-cowok manis yang suka ngelirik lo? Lonya malah sok-soan cuek." Hyunjin mengambil kertas kecil yang di pegang oleh Jeno lalu lompat duduk di atas meja

"Wow. Dari siapa nih?" Hyunjin menunjukkan tulisan di kertas itu. Sedangkan yang di tanyanya lagi-lagi mengangkat bahu

"Hidup lo basi tau gak Jen. Kali-kali kek lu respon itu cewek yang demen sama lo. Banyak Jen banyak, lo tinggal pilih." ucap Hyunjin.

"Heh! Gue tuh kesini buat sekolah, bukan buat nyari cewek atau cowok manis!"

"Yaelah, kan bisa sambil sekolah, sambil nyari jodoh. Yoi gak?" pemuda Hwang menaikturunkan alisnya

"Serah lo deh." Jeno mengambil topinya dan bergegas keluar kelas

"Eh Jen mau kemana lo?" teriak Hyunjin yang masih duduk di atas meja sembari membaca surat kecil dari si pengagum rahasia Jeno.

"Upacara lah bego, lo kaga denger pengumuman?" Jeno menjawab tanpa berbalik badan malah sambil meneruskan langkahnya.

"Lah iya sekarang hari senin." Hyunjin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Eh Jeno tungguin nyet." Hyunjin mengambil topinya dan bergegas menyusul Jeno yang sudah melewati deretan kelas 12 A

***

"Jeno,"

Suara teriakan di lorong membuat cowok tinggi itu menghentikan langkahnya dan langsung menengok ke belakang.

Terlihat Jaemin dengan senyum mengembang sedikit berlari menghampiri Jeno yang juga tersenyum ke arah cowok itu.

"Jangan lari-larian. Kalo jatoh kan gak lucu." ujar cowo yang tak henti menarik ujung bibirnya menampilkan senyum tipisnya

"Hehehe gapapa kok." ujar Jaemin.

"Kenapa, Na?" tanya Jeno

"Eum itu, lo gak ke kantin?" Jaemin balas bertanya.

"Engga sih. Kenapa gitu?"

"Eum gapapa sih hehe." Si sekretaris osis itu menyengir kuda.

"Udah makan, Jen?" tanya Jaemin lagi.

"Udah tadi. Lo udah makan? Kok gak ke kantin?"

"Gue juga udah makan tadi." jawab Jaemin yang hanya di balas anggukan oleh Jeno.

"Abis dari perpus?" tanya Jeno ketika melihat si lawan bicara memegang sebuah buku paket.

Jaemin melihat buku paket biologi yang sedang ia pegang lalu beralih menatap Jeno yang masih tersenyum.

"Abis minjem buku." Jaemin menunjukan buku biologinya dan Jeno hanya tersenyum dan mengangguk kecil.

"Eum, Jen."

"Iya?"

"Tadi lo makan apa?" tanya Jaemin.

Cowok tinggi itu lagi-lagi tersenyum lalu mendekat ke arah Jaemin sehingga membuat jarak keduanya menipis. Bibirnya mendekat dan mengucapkan sebaris kalimat yang mampu membuat bulu kuduk pemuda Na berdiri dengan jantung yang berkerja dua kali lipat dari biasanya.

"Dapet kiriman nasi goreng dari orang yang gue sayang."

Hanya satu kalimat itu. Membuat seorang Na Jaemin menelan ludahnya dan berdiri kaku di hadapan Lee Jeno.

Jeno mundur satu langkah sehingga Jaemin bisa bernapas dengan normal. Jantung nya masih berdetak dengan cepat. Jeno tersenyum.

"Gue duluan ya, Na."

"I..iiya"

Setelah mengacak halus rambut Jaemin, cowok berhidung mancung itu berbalik dan melanjutnya langkahnya. Jaemin masih memperhatikan punggung tegak itu sampai menghilang di balik lorong perpustakaan.

***

Jeno berjalan di sekitar lorong dengan kedua tangan tenggelam di celana abu-abunya.

Walaupun mudah berbaur dengan orang banyak, namun Jeno masih merupakan sosok yang sedikit tertutup dan tak banyak cerita kepada orang baru.

Cowok berkulit putih itu menyandarkan tubuhnya di depan pintu dan memperhatikan satu objek yang selalu menarik perhatiannya.

Dengan tangan yang masih tenggelam di saku, Jeno diam-diam memperhatian Renjun yang tengah asik bermain ponsel sambil mendengarkan lagu. Cowok itu tampak serius dan sesekali bersenandung kecil mengikuti lagu yang keluar dari earphone putihnya.

Dengan bibir yang sedikit terangkat, Jeno berdiri tegak dan berjalan masuk ke kelas. Namun sebelum duduk di bangkunya, cowok itu menyempatkan berhenti di meja Renjun.

Renjun masih terfokus kepada ponselnya sehingga belum menyadari jika si Lee sudah berdiri di sampingnya.

"Manis."

Satu kata yang di ucapkan Jeno sebelum ia meninggalkan meja Renjun.

Renjun melepaskan satu earphone-nya. Ia menoleh ke belakang dan ternyata Jeno sudah bergabung dengan teman-temannya yang lain.

Ia tidak budek. Ia mendengar ucapan Jeno walaupun cowok itu mengucapkannya dengan gumaman kecil.

Hanpir satu menit Renjun menoleh ke belakang sampai akhirnya maniknya bertemu dengan manik Jeno.

Jeno tersenyum dan Renjun langsung duduk tegak dan kembali menyumpal telinganya dengan earphone.

***



































Jangan lupa ramaikan💚

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang