Bagian 26. Perasaan

3.3K 478 43
                                        

Ceklek

"Njun?"

Seorang cowok mungil yang sedang duduk di pojok ruangan dengan menenggelamkan kepala nya di lipatan kaki yang ia tekuk mendongkak lalu menoleh ke arah sumber suara. Dengan mata yang masih sembab cowok itu bangkit dan berlari lalu berhambur ke pelukan cowok tinggi yang baru saja masuk ke dalam kamarnya setelah seharian ia tak keluar kamar dan duduk di pojok ruangan dengan air mata yang entah mengapa tak bisa berhenti keluar.

"Are you okay?"

Renjun masih bungkam. Ia tak bisa membendung air matanya sehingga cairan bening terus-menerus keluar tanpa henti membuat cowok itu mengangkat tangannya dan mengusap pelan punggung Renjun yang bergetar.

"Hei, lo kenapa Njun? Sini cerita sama gue." orang itu masih mengusap pelan punggung Renjun guna memberikan sedikit ketenangan kepada si mungil.

"Kenapa? Gue gak pernah ngeliat lo secengeng ini sebelumnya. Pas tadi gue gak liat lo di sekolah perasaan gue udah gak enak, di tambah tadi bokap lo nelpon katanya lo gak keluar kamar dari kemaren malem. Kalo ada masalah cerita Njun, lo gak bisa terus-terusan nyimpen masalah itu sendiri. Inget disini ada gue, gue akan dengan senang hati ngedengerin keluh kesah lo. Lo gak sendiri." cowok berseragam SMA dengan tambahan jaket jins itu terus mengusap punggung Renjun namun cowok mungil itu masih saja bungkam dan semakin mengeratkan pelukannya.

Sejak kejadian malam minggu bersama Jeno dan Jaemin, Renjun seolah mengurung diri di kamarnya. Di hari minggunya pun cowok itu sama sekali tidak keluar membuat Candra Khawatir dengan keadaan putra sulungnya. Ketika hari berganti senin pun Renjun masih betah di kamarnya. Beberapa kali Candra bahkan Yuna memintanya keluar namun cowok itu sama sekali tak peduli bahkan ia menutup rapat pintu dan jendelanya.

"Renjun hei,"

"Gue orang paling jahat di dunia ini ya, Cas?"

Dengan suara yang terdengar bergetar, Renjun bertanya sembari meremas jaket Lucas membuat cowok itu membuang napas kasar dan kembali mengusap punggung Renjun namun tak lama ia segera melepaskan pelukannya dan berganti memegang kedua tangan Renjun serta menatap dalam cowok mungil di hadapannya itu.

"Gue jahat banget ya Cas? Gue gak punya hati ya? Gue gak pernah bikin orang bahagia, gue selalu nyusahin, gue sumber masalah, gu—"

"Kata siapa?" Lucas memotong cepat membuat Renjun kembali menunduk

"Siapa yang bilang itu semua? Sini kasih tau gue." cowok itu kembali menatap Renjun dengan sorot marah

"Siapa yang bilang lo sumber masalah? Siapa yang bilang lo gak pernah bikin orang bahagia? Ini buktinya gue bahagia kalo lagi sama lo, gue selalu ketawa kalo lagi sama lo. Lo itu bukan sumber masalah, Renjun. Kalo lo dingin atau suka marah-marah ya karena itu emang sifat lo. Bukan berarti karena sifat lo itu semua bisa nilai lo kaya gitu. Gue jauh lebih mengenal lo dari pada mereka. Gue gak peduli mereka ngomong apapun tentang lo gue gak peduli. Yang gue tau lo itu orang baik, cuma lo emang sedikit nutup diri dari dunia luar. Gak semua orang tau lo yang sebenernya, Huang Renjun. Gak semua orang tau."

Lucas masih menggenggam kedua tangan Renjun dengan manik yang tak lepas menatap dalam Renjun. Cowok mungil itu masih menunduk dan menangis.

Lucas tau Renjun. Mereka sudah bersama sejak masih kecil jadi Lucas tau semua tentang Renjun. Bahkan Lucas tau di balik sikap galak Renjun itu ada kerapuhan disana namun Renjun menutupinya dengan sikap dingin sehingga orang-orang menganggapnya orang yang kejam dan tak punya hati. Namun itu semua hanya atas dasar menutupi agar dirinya tak dianggap lemah.

"Jadi sekarang cerita sebenernya lo kenapa?"

Renjun menggeleng kecil membuat Lucas maju selangkah dan mengangkat dagu cowok itu agar menatapnya lurus.

"Jeno?"

Renjun melepaskan tangan Lucas yang memegang dagunya kemudian cowok itu kembali menunduk memperhatikan lantai. Lucas terlihat membuang napas kasar lalu mundur dua langkah dan berbalik menatap jendela.

"Gue udah tau, Njun, jadi lo gak usah nutup-nutupin lagi." cowok itu melipat lengan jaketnya sehingga memperlihatkan jam yang bertengger manis di tangan kirinya serta beberapa gelang hitam di tangan kananya.

"Lo suka kan sama Jeno?" cowok itu menoleh namun tak berbalik membuat Renjun mendongkak dan seketika bertemu tatap dengan Lucas.

Dengan senyum tipis di bibirnya, Lucas membuka tasnya dan menyimpannya di atas kasur. Cowok itu masih memperhatikan Renjun yang diam berdiri sambil menunduk. Cowok berhidung mancung itu berjalan mendekat sehingga jaraknya kini dengan Renjun hanya tinggal satu langkah.

"Jatuh cinta itu gak salah Renjun. Lo berhak jatuh cinta kapanpun dan sama siapapun. Gak ada larangan kita gak boleh menjatuhkan hati kita kepada seseorang. Itu semua hak kita." Lucas berbicara dengan tatapan yang masih mengarah kepada Renjun

"Gue sebenernya udah ngerasain ini dari lama. Tapi gue mau liat sejauh mana lo bisa nutupin semuanya. Lo cuek pas Jeno berusaha deketin lo, lo masih cuek pas Jeno nembak lo di kolam, bahkan lo tetep cuek pas Jeno jadian sama Jaemin. Gue diem bukan berarti gue gak tau, Njun. Gue liat mata lo pas Jeno ikutan karate. Lo beda disana. Mungkin orang lain gak akan sadar tapi gue enggak, gue ngeliat semuanya. Gue tau gimana mood lo pas Jeno keluar dari ekskul dan milih ikutan futsal. Renjun, gue itu kenal lo udah hampir seumur hidup gue, jadi gue bisa ngerasain semuanya."

"Gue udah jahat Cas. Gue bikin Jeno sakit hati bahkan gue juga bikin Jaemin sakit hati. Gue udah hancurin hubungan mereka." Renjun menunduk, meremas ujung bajunya sehingga membuat itu kusut.

"Lo gak hancurin apa-apa Renjun. Gue kan udah bilang perasaan itu gak bisa di bohongin. Gue liat Jeno emang gak ada rasa sama Jaemin. Dan itu bukan salah lo. Jeno yang udah milih ngejatohin hatinya sama lo dan itu tuh gak ada yang bisa melarang."

"Inget Renjun. Rezeki, jodoh, maut, itu tuh udah ada yang ngatur. Kita gak bisa nolak itu semua. Sekeras apapun lo nolak, kalo Tuhan udah nakdirin gini ya berarti gini, lo gak bisa merubah apapun karena sebelum lo lahir lo udah bikin perjanjian sama Tuhan."

Renjun diam. Cowok mungil itu seakan bisu. Omongan Lucas bisa Renjun iyakan dalam hati.

Lucas sosok yang tertutup. Cowok berhidung mancung itu punya kemampuan yang tak di ketahui oleh semua orang. Orang-orang hanya mengenalnya sebagai Lucas Wong, seorang bad boy SMA Wijaya namun berprestasi di bidang bela diri dan berhasil menaklukan hati seorang ketua vokal bernama Kim Jungwoo namun hubungan keduanya sudah kandas setelah kejadian di kantin waktu itu.

Mereka hanya mengetahui seputar itu tanpa mengetahui jika Lucas bisa membaca pikiran dan bisa melihat kejadian yang akan terjadi setelah ini, alias cenayang.

"Gue harap lo bisa sadar Ren. Lo jangan ngebegoin diri lo terus. Kalo lo suka ya lo bilang. Jangan sampe kejadian kaya gini terulang lagi. Gue benci banget liat lo seberantakan ini. Bahkan lo lebih kacau dari empat tahun yang lalu pas tante Wendy meninggal. Lo bisa Ren, gue yakin." cowok itu mendekat dan memegang kedua pundak Renjun membuat pemiliknya mendongkak dan bertemu tatap.

Lucas tersenyum tulus membuat Renjun betah memandangnya. Ia bersyukur memiliki Lucas di hidupnya. Lucas selalu menjaganya layaknya seorang kakak. Dan Renjun menyayangi cowok itu.

Setelah mengusap pelan kepala Renjun, Lucas mundur dan berbalik lalu mengambil tasnya. Cowok itu berjalan ke arah pintu sebelum sebuah panggilan menghentikan gerakannya yang akan membuka pintu.

"Yukhei,"

Cowok yang hendak keluar itu berhenti dan menoleh. Terlihat Renjun tersenyum menatapnya.

"Lo bener, gue jatuh cinta sama dia."




































































To be continued

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang