Gemercik air hujan yang jatuh dari langit membuat Seungmin mau tidak mau berteduh di sebuah halte yang tak jauh dari rumahnya.
Sebenarnya bisa saja Seungmin menerobos hujan karena memang tinggal sedikit lagi ia sampai rumah namun kali ini cowok berambut coklat madu itu enggan membuat tubuhnya basah kuyup jadi pilihan paling tepat adalah berteduh menunggu kebaikan Tuhan menghentikan hujannya.
Cowok itu memang sengaja jalan-jalan sore bersama Jihoon dan Jeongin sahabatnya karena selama libur semester mereka tak pernah bertemu, paling-paling mengobrol lewat videocall itu pun tidak pernah lama. Jadilah hari ini mereka bertiga memutuskan bertemu sekaligus bermain. Dan ketika Jihoon menawarinya pulang bersama, Seungmin justru menolak lalu memilih mampir ke minimarket untuk membeli minuman favoritnya.
Seungmin berdiri di pinggir halte dengan tangan terulur membiarkan air hujan membasahinya.
Seungmin suka hujan. Karena hujan pernah menjadi alasannya tersenyum. Namun hujan pun pernah membuatnya menangis, tapi itu semua tak merubah kecintaannya terhadap hujan. Cowok itu selalu menyukai hujan.
"Lupa bawa payung?"
Suara yang tiba-tiba itu membuyarkan lamunan Seungmin lalu beralih menoleh ke samping kirinya.
"Ceroboh gak ilang-ilang."
Seungmin memilih diam lalu kembali mengulurkan tangannya ke tetesan air hujan.
"Main ujan-ujanan yuk, Min?"
Lagi-lagi Seungmin menoleh. Orang di sampingnya tersenyum tipis sedangkan Seungmin menatapnya bingung sebelum cipratan air mengenai wajahnya dan membuat si pemuda Kim tersadar.
"Bangchan!!"
Bangchan tertawa, "Bengong aja lo."
"Apaan sih lo. Basah kan jadinya!" Cowok itu membuka tasnya dan mengeluarkan tisu namun dengan cepat Bangchan menahannya dan kembali menutup tas Seungmin.
"Udah basah kan? Ya udah sekalian." cowok itu menggulung lengat jaketnya sampai ke siku membuat Seungmin lagi-lagi menatapnya bingung.
"Gue anter lo pulang." Bangchan menoleh dan seketika bertemu tatap dengan Seungmin. Seungmin menggelengkan kepalanya lalu kembali manatap lurus jalanan di depannya.
"Gue bisa pulang sendiri."
"Temen?" Bangchan berkata pelan membuat Seungmin menoleh.
"It's okay lo belum bisa terima gue lagi. Tapi yang harus lo tau kalo gue bakal tetep jadi orang yang akan dan selalu peduli sama lo." Bangchan tersenyum di ujung kalimatnya.
"Lo gak seharusnya ngelakuin itu, Chan." Seungmin menggosok-gosok kedua tangannya lalu meniupnya membuat cowok di sampingnya menoleh dan melakukan hal yang sama. Namun bedanya setelah itu bangchan langsung menempelkan tangannya ke tangan Seungmin.
"Lo kenapa sih gak mau temenan sama gue?" Bangchan bertanya di sela-sela ia menggosok tangannya.
"Emang lo gak malu kalo temenan sama gue?" Seungmin balas bertanya membuat cowok blesteran itu mendongkak lalu menarik ujung bibirnya.
"Pacaran sama lo aja gue gak malu."
Blush.
Seungmin memilih diam dan memutar tubuhnya untuk kembali menatap jalan dari pada berhadapan dengan Bangchan yang selalu membuat pipinya merah karena ucapannya.
"Kayaknya ujannya bakal lama. Lo kalo mau diem disini terus bisa sampe malem, bentar lagi juga maghrib." Bangchan menatap jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan kirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/115225763-288-k422778.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Fanfiction[NON BAKU] Huang Renjun tidak pernah merasakan kehidupan berwarna selain hitam, putih, dan abu-abu. Sampai akhirnya Lee Jeno datang memporak-porandakan kehidupan tenang miliknya Warning⚠️ BxB Jangan salah lapak. Walaupun udah selesai tapi tetep vote...