Ayo mana yang kemarin pada minta bonchap?
***
"Jeno.."
"Jeno bangun sayang."
"Apa sih Bun, Jeno masih ngantuk." cowok yang tidur dalam keadaan telanjang dada itu menarik selimut putih tebalnya untuk menyelimuti seluruh tubuhnya.
Tiffany, si Bunda cantik itu tersenyum lalu duduk di tepi ranjang king size milik Jeno. Wanita itu menyibakan selimut yang menutupi tubuh anaknya membuat cowok itu menggeram kesal namun kembali menutup matanya.
"Bangun dong ini udah siang tau."
"Baru jam 7 Bun, please Jeno masih ngantuk banget." cowok itu memeluk guling membuat bundanya lagi-lagi mengulas segaris senyum manis.
"Ini udah jam 11 Lee Jeno. Itu di depan ada temen-temen kamu ayok cepetan bangun." Tiffany mengusap pundak Jeno namun sepertinya cowok itu masih betah memeluk gulingnya dan berpetualang di alam mimpi indahnya.
"Jeno ayok dong sayang kasian itu mereka udah nunggu lama."
"Iya-iya." cowok itu akhirnya membuka matanya dan membuka selimutnya serta melepaskan pelukannya dari guling kesayangannya itu.
Tiffany tersenyum melihat wajah anaknya yang seperti masih mengantuk. Wanita dengan long dress berwarna tosca itu berdiri.
"Mandi ya?" ujarnya seraya mengusap pipi Jeno sebelum ia benar-benar meninggalkan ruangan serba abu-abu itu.
Jeno mengangguk membuat Tiffany tersenyum dan berjalan keluar dengan anggunnya. Jeno menatap punggung ramping itu lalu beralih melirik jam di meja belajarnya. Setelah merenggangkan otot-otonya, Jeno berjalan ke kamar mandi dan segera mandi untuk bertemu teman-teman laknatnya yang berani mengganggu tidur sucinya.
***
"Eh bukan gitu bego, tapi gini-- Ek..ekhem.." Hyunjin berdeham. "Kalian itu belum resmi jadi mahasiswa, tapi kelakuan sudah membuat saya darah tinggi. Gimana nanti kalau sudah resmi? Ayan saya lama-lama menghadapi kalian." Hyunjin mempraktikan gaya bicara seorang dosen saat mereka melalukan daftar ulang membuat semua teman-temannya terbahak melihat ekspresi menjijikan milik si pemuda Hwang.
"Kualat anjir lo ngetawain orang tua terus." ujar Felix. Namun sedetik kemudian cowok itu ikut tertawa.
"Yee si anjir sama aja!" Guanlin melemparkan kacang membuat Felix membalas perbuatan sobatnya.
"Jadi kalian semua kuliah di Liberty?" tanya Mark. Cowok itu duduk di sofa panjang bersama Jaemin.
"Yoi bang, keren gak tuh?" Hyunjin menaikturunkan alisnya membuat Mark geleng-geleng.
"Lebih keren Jeno lah bego. Daftar di hari terakhir, di tes langsung lulus. Kurang pinter apa lagi coba tuh temen lu pada?"
"Apa lo bawa-bawa nama gue?"
Hyunjin dan yang lainnya secara bersamaan menoleh ke arah tangga.
"Woho ma bro Jeno!" Hyunjin bersorak girang. "Sini dong sob, ngapain lo berdiri disono terus."
Jeno dan yang lainnya menggelengkan kepala melihat tingkah Hyunjin. Mungkin sampai kapan pun kelakuan cowok itu tidak akan pernah bisa berubah.
"Seneng banget buset gua liat lu, Jen, Jen." ujar Hyunjin sok serius.
"Iye-iye seneng. Tapi itu tangan lo bisa gak, gak usah rangkul-rangkul cowok gue?"
Hyunjin menoleh ke samping kirinya lalu menyengir kuda. Renjun menahan tawanya melihat ekspresi Hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Fanfiction[NON BAKU] Huang Renjun tidak pernah merasakan kehidupan berwarna selain hitam, putih, dan abu-abu. Sampai akhirnya Lee Jeno datang memporak-porandakan kehidupan tenang miliknya Warning⚠️ BxB Jangan salah lapak. Walaupun udah selesai tapi tetep vote...