Bagian 44. Mina Alexandria

2.3K 282 5
                                    

Koreksi kalo ada kesalahan nama ya. Jangan lupa vote dan komen💚

***

Jam berganti hari, hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Ini sudah bulan ketiga sejak pertemuan mereka di taman dan mereka jadi semakin dekat.

Ternyata pertemuan kedua di minimarket itu adalah awal mereka menjalin pertemanan yang semakin mengenal satu sama lain.

Menurut Mark, Jaemin adalah pemuda yang cerdas dan ceria. Sedangkan menurut Jaemin, Mark adalah sosok laki-laki yang dewasa dan bertanggung jawab.

Sejak kepergian Yuna, Mark dan Jaemin memang lebih sering menghabiskan waktu bersama. Bahkan Mark terlihat beberapa kali mengantar jemput Jaemin ke sekolah. Itu bukan kemauan Jaemin, namun si blesteran Indo-Kanada itu sendiri yang selalu meluangkan waktunya untuk cowok berambut coklat itu.

Entah apa penyebabnya, Jaemin kini menjadi alasan Mark tersenyum. Jaemin yang ceria mampu merubah sifat Mark yang sedikit dingin. Jaemin pun yang selalu memberikan semangat kepada Mark ketika masalah orang tuanya yang tak kunjung berhenti.

Mark memang menceritakan masalah yang menimpa keluarganya. Dan saat mengetahui hal itu, Jaemin sama sekali tidak menjauhi Mark. Bahkan cowok itu selalu berada di sampingnya.

Mark nyaman berada di samping Jaemin. Dan saat ini keinginan dia hanyalah menjaga dan membuat pemuda Na selalu tersenyum.

Namun di balik kedekatan itu, hubungan keduanya sangat tidak jelas. Di bilang pacaran tapi emang kenyataannya tidak pacaran, di bilang tidak pacaran tapi sering menghabiskan waktu bersama. Mereka juga saling menjaga dan saling menyayangi. Dan itu yang membuat Jaemin bingung, sebenarnya hubungan mereka itu apa?

"Terus jadinya kamu lanjut kemana?" tanya Mark setelah menjauhkan lemon teanya dan menatap Jaemin yang masih asik dengan kentang goreng di depannya.

"Pengennya sih Liberty, tapi gak tau deh." Cowok itu terlihat mengangkat bahu lalu kembali memasukan kentang goreng ke dalam mulutnya.

"Gak tau kenapa?" Mark kembali bertanya. Jaemin meliriknya sekilas lalu menyeruput Americano pesanannya.

"Kamu kan tau, masuk sana itu gak gampang. Pasti banyak banget saingannya. Aku gak yakin tau gak." ujar Jaemin lalu menumpu tangannya dengan dagu. Hal itu membuat cowok di depannya tersenyum.

"Masa belum di coba udah nyerah sih. Lagian aku yakin kamu pasti bisa masuk sana." ujar Mark

"Kenapa yakin banget kalo aku bisa masuk?" tanya Jaemin lalu kembali duduk tegak. Dan pertanyaan itu lagi-lagi membuat si tampan tersenyum.

"Kamu itu pinter dan pekerja keras. Semua yang kamu mau pasti bisa kamu dapetin, termasuk bisa kuliah di Liberty."

"Gak semua yang aku mau bisa aku dapetin, Mark." ujar Jaemin sambil memainkan sedotan di Americano-nya.

Mark mengerutkan dahi bingung dan Jaemin tersenyum.

"Belum move on?" tanya Mark.

Jaemin kembali tersenyum, "Udah." jawabnya. "Gak ada alasan lagi buat aku stay sama dia." lanjutnya.

Mark tersenyum mendengar jawaban Jaemin. Jaemin memang menceritakan hubungannya dengan Jeno. Awalnya Mark tidak percaya kalau Jeno dan Jaemin pernah menjalin hubungan. Tapi setelah bertanya langsung kepada Jeno, akhirnya cowok berhidung mancung itu percaya dan sempat ingin mundur karena hanya Jeno cowok yang Jaemin inginkan. Tapi mengingat Jeno hanya masa lalu, cowok itu kembali pada tekadnya.  Dia emang masa lalu kamu, tapi masa lalu tetaplah masa lalu. Dan masa lalu akan kalah dengan masa kini.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang