Jangan lupa vote dan komen ya🤗💚
***
Sudah tiga hari sejak kepergian Yuna namun rumah itu tidak pernah sepi. Entah saudara dari luar kota bahkan luar negeri yang menginap, rekan-rekan bisnis Candra yang selalu berkunjung hanya untuk mengucapkan bela sungkawa, ataupun keluarga dari pihak Yuna yang menjenguk Jaemin. Memastikan keadaan pemuda itu baik-baik pasca kehilangan Ibunya. Karena percayalah, tidak ada yang baik-baik saja setelah ditinggalkan oleh orang tersayang apalagi untuk selamanya.
Dan setiap habis maghrib Jeno cs juga selalu datang untuk menemani Renjun dan Jaemin walaupun keduanya lebih sering diam di kamar. Namun mereka semua tetap berkumpul di ruang tengah.
Candra pun senang melihat kedatangan mereka, maka dari itu pria empat puluhan itu selalu menyiapkan banyak makanan dan cemilan untuk mereka. Bangchan juga selalu ada disana, Mark pun sama. Kemarin Mark sudah berbicara dengan Jaemin walaupun tidak ada pembicaraan disana, hanya Jaemin yang kembali menangis dan Mark berusaha menenangkannya. Sesekali memeluknya.
Sahabat-sahabat Jaemin seperti Haechan dan Jungwoo juga pun selalu menemani Jaemin, bahkan mereka sesekali menginap disana.
Hanya Renjun yang betah sendirian. Cowok mungil itu lebih sering berdiam diri di kamar dari pada berkumpul di bawah bersama teman-temannya. Namun sesekali Jeno atau Lucas yang menghampirinya ke kamar dan kadang Jeno mengajaknya berkeliling taman dengan berjalan kaki. Katanya sekalian olahraga.
"Terus jadinya dimana nih?" Guanlin bertanya setelah hampir sejam ini mereka membahas acara malam tahun baruan namun sampai sekarang tak tentu mau di adakan dimana.
"Kalo kata gue sih mending disini deh. Kan biar ini rumah gak sepi banget sekalian ngehibur Renjun sama Jaemin." Bangchan mengeluarkan pendapatnya.
"Iya bener. Gue yakin om Candra juga ngizinin kalo kita bikin acara disini. Lagian halaman belakang kan luas, cukup lah buat acaranya." tambah Lucas.
"Boleh sih. Tapi Renjun sama Jaemin mau gak? Gue gak yakin mereka mau join." ujar Felix.
"Rajendra pasti mau, nanti biar gue yang ngomong sama dia." kini Jeno bersuara setelah sedari tadi hanya diam memperhatikan teman-temannya yang berdebat.
"Jaemin biar urusan gue." tambah Mark.
"Wes ada apa nih antara bang Mark sama Nana?" Hyunjin keponya kumat. Cowok itu menaikturunkan alisnya menatap Mark dengan senyum jahil.
"Muka lo minta di giling banget sih, Jin." cibir Eric sebal.
"Ah moso? Sirik aja nih mas Eric." Hyunjin kembali memberi tatapan sok imut kepada Eric membuat si tampan bergidik ngeri.
"Jijik bego."
"Eh Chan bukannya kelas lo bikin acara tahun baruan ya?" kata Lucas setelah membuang rokoknya di asbak. Lucas memang pecandu rokok, namun ia merokok masih tau tempat. Mumpung om Candra di atas, kata Lucas.
"Iya di Puncak. Tapi gue males. Lagian yang ikut juga gak setengahnya." Bangchan menjawab setelah menyimpan minuman kalengnya di atas meja
"Gak kerasa ya, bentar lagi udah mau tahun baru aja." Eric menyimpan ponselnya lalu menyandarkan tubuhnya di sofa.
"Banyak dosa lu, Ric, tahun ini." ujar Guanlin.
"Ngaca orang mah nyet." Eric membalas membuat cowok tinggi itu terkekeh. Seketika ia mengingat dosa-dosa yang pernah ia perbuat di sepanjang tahun.
"Eh Chan gue gedek banget dah sama ketua osis yang sekarang. Masa gue di omelin gara-gara kagak pake dasi. Songong baru kelas 11 juga." ujar Hyunjin heboh membuat mereka semua menoleh ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Fanfiction[NON BAKU] Huang Renjun tidak pernah merasakan kehidupan berwarna selain hitam, putih, dan abu-abu. Sampai akhirnya Lee Jeno datang memporak-porandakan kehidupan tenang miliknya Warning⚠️ BxB Jangan salah lapak. Walaupun udah selesai tapi tetep vote...