Kalo ada typo bilang ya🤗
***
Jeno menepikan motornya di depan sebuah gudang penyimpanan kosong. Ia membuka helmnya dan segera meneduh di bagunan itu.
"Yah ujan kan." Pemuda berhidung mancung itu menatap langit yang begitu gelap dan juga gemercik air yang jatuh ke bumi.
Jano membersihkan jaketnya yang terkena tetesan air. Pemuda itu pun melirik jam tangan hitam yang setia melingkar di tangan kirinya. Ia tidak menyalahkan Jaemin yang tadi memintanya menemani ke toko buku sehingga sekarang ia terlambat dan harus terjebak di tempat kosong ini.
Jeno mengamati bangunan ini lamat-lamat. Bangunan yang sepertinya sudah lama tidak di pakai. Dahi cowok bermata sipit itu pun berkerut ketika melihat sebuah pintu berwarna coklat terbuka.
"Ada orang?"
Dengan santainya, cowok yang masih menggunakan seragam sekolah dan jaket hitam itu mendekati pintu yang terbuka. Perlahan Jeno memasuki bangunan bertingkat satu itu.
Kotor
Satu kata yang ada di benak Jeno ketika menginjakan kakinya di dalam. Ia menatap sekelilingnya. Banyak dus-dus tersusun dan juga beberapa balok kaca yang di dalamnya terdapat kupu-kupu.
Jeno semakin jauh melangkah, langit-langinnya pun terlihat sangat kotor. Tiba-tiba pandangannya tertuju kepada seorang pemuda yang sedang duduk selonjoran di ujung ruangan. Pemuda yang menggenakan seragam sama seperti dirinya. Dengan mata terpejam dan terpasang earphone di kedua telinga.
Jeno berjalan perlahan ke tempat pemuda itu. Ia memberanikan duduk di sampingnya. Perlahan agar ketenangan si pemuda mungil di sampingnya tidak terganggu.
Namun tetap saja, sepelan apapun Jeno mendekatinya, pemuda itu membuka matanya dan menatap aneh ke arah Jeno. Dengan senyum yang canggung, Jeno menyapa si pemuda berseragam SMA itu.
"Hai,"
Tanpa memperdulikan kehadiran Jeno yang tiba-tiba, si mungil kembali memejamkan matanya menikmati alunan lagu yang terdengar lewat earphone putihnya itu. Jeno masih memperhatikan pemuda di sampingnya itu, dan entah kenapa cowok berhidung mancung itu menarik kedua ujung bibirnya.
"Gue udah pernah bilang belum kalo gue gak suka diliatin kaya gitu?" tanpa membuka mata, Renjun mengucapkan kalimat dingin yang membuat bulu kuduk Jeno berdiri
Lebih serem dari pada setan di film-film Thailand. Batin si pemuda Lee.
Jeno menggaruk tengkuknya dan tersenyum canggung seraya menjawab, "Belum."
"Berarti sekarang lo tau. Jadi stop ngeliatin gue kaya anjing yang lagi liat tulang."
"Lo kenapa bisa ada disini?" tanya Jeno menghilangkan canggung di antara mereka
"Lo kenapa mau tau?"
"Eum karna gue bingung aja, ngapain lo disini. Tempat ini kan serem." Jeno masih tersenyum paksa
"Banci." satu sata yang di ucapkan pemuda berseragam SMA itu sebelum akhirnya ia merubah posisi duduknya
"Ra,"
"Nama gue Renjun."
"Tapikan ada Rajendranya." ujar Jeno keukeuh.
"Terserah deh." Renjun kembali menyumpal telinga dengan earphone dari pada harus mendengar ocehan cowok di sampingnya.
Jeno ikut diam dan meluruskan kakinya sama seperti yang Renjun lalukan. Cowok itu pun menyandarkan tubuhnya di tumpukan kardus sambil sesekali melirik ke sampingnya. Renjun sepertinya masih menikmati lagunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Fanfic[NON BAKU] Huang Renjun tidak pernah merasakan kehidupan berwarna selain hitam, putih, dan abu-abu. Sampai akhirnya Lee Jeno datang memporak-porandakan kehidupan tenang miliknya Warning⚠️ BxB Jangan salah lapak. Walaupun udah selesai tapi tetep vote...