Bagian 31. Milik Jeno

3.1K 413 24
                                    

"Jadi udah resmi nih?"

"Lucas apaan sih lo? Bawel banget!"

"Cie masih malu aja lo, Njun." Lucas mencolek pipi Renjun membuat pemiliknya langsung menepisnya dengan kasar dan di gantikan oleh melintir tangan si tinggi.

"Sakit bego!"

"Rasain!" Renjun melepaskan tangan itu dan memeletkan lidahnya membuat Lucas dengan gemas mencubit pipi itu.

"Lucas sakit bego!"

"Heh lo pikir tadi gak sakit apa pas lo melintir tangan gue?"

"Jahat lo. Gue bilang bokap tau rasa." ujar Renjun sambil mengusap-usap pipinya yang tampak merah akibat cubitan maut dari Lucas.

"Maennya aduan ya sekarang. Gak sekalian aja ngadu ke Jeno?" Lucas tersenyum jahil membuat Renjun lagi-lagi bersiap menghajar cowok tampan itu namun kali ini langsung bisa di cegah oleh Lucas.

"Jangan banyak gerak bego itu infus lo bisa berdarah." Lucas memegang tangan Renjun yang sudah ancang-ancang akan menghajarnya.

"Tunggu gue keluar rumah sakit. Awas lo!" desis Renjun namun hal itu malah membuat Lucas tertawa.

"Iya-iya juara karate se-Jakarta." Lucas membungkukan tubuhnya sebagai tanda penghormatan.

"Bosen, Cas." Renjun menyandarkan tubuhnya di brankar membuat Lucas memajukan kursinya guna membuatnya lebih dekat dengan Renjun.

Cowok berhidung mancung itu tersenyum seraya mengusap pelan puncak kepala si mungil.

"Sabar dong. Lo kan kuat macam samurai, masa cuma nahan sakit sebentar aja ngeluh?" Lagi Lucas tersenyum sambil terus mengusap lembut rambut Renjun.

Renjun ikut tersenyum, walaupun sangat tipis. Cowok mungil itu selalu berusaha terlihat kuat di depan semua orang tanpa seorangpun tau kalau sebenarnya ia sangat rapuh dan gampang menangis.

"Sekarang kan udah ada Jeno. Ada penyemangat baru." Lagi-lagi Lucas tersenyum jahil membuat Renjun langsung melepaskan tangan cowok itu yang berada di kepalanya.

"Udah aku-kamuan kan? Berarti udah resmi dong?"

"Sekali lagi lo ngomong gitu bener-bener gue hajar lo, Cas." Renjun bangkit dan memajukan tubuhnya namun dengan sigap cowok di sampingnya itu menahan pergerakannya.

"Diem gila itu nanti berdarah lagi kayak semalem."

"Bodo amat!"

"Rajendra Huang!"

Renjun diam. Jika Lucas sudah memanggilnya seperti itu berarti cowok itu benar-benar lagi serius dan Renjun harus mengalah. Si mungil itu kembali duduk dengan benar dan memperbaiki selang infusnya yang hampir saja terlepas.

"Diem jangan banyak gerak. Lo bikin orang khawatir terus heran."

"Iya maaf."

"Sakit nggak itu tangannya, gak berdarah kan?" Lucas bertanya dengan nada kesal bercampur khawatir. Renjun hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Ya udah diem."

"Tapi bosen,"

"Sabar, Njun,"

"Sampe kapan?" Renjun bertanya cepat membuat Lucas terdiam. Cowok itu kembali tersenyum dan mengangkat tangannya namun segera di tepis oleh si mungil.

"Lo gak ngerasain, Cas. Lo gak akan tau rasanya di posisi gue." Renjun menatap dalam Lucas sedangkan cowok itu masih betah terdiam hanya menghembuskan napas kasar.

"Lo gak tau gimana sakitnya pengobatan ini, lo gak tau, Lucas."

"Renjun," Lucas mendongkak dan mengusap puncak kepala Renjun membuat si mungil menunduk dan lagi-lagi cairan bening itu kembali keluar.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang