Hari ini semua guru SMA Wijaya sedang melakukan rapat besar sehingga semua siswanya di bebaskan dan tidak ada kegiatan belajar mengajar namun mereka tidak diperbolehkan pulang.
Sebagian siswa ada yang nongkrong di kantin, ada yang memilih bermain futsal atau basket, ada juga yang hanya di kelas untuk sekedar tidur dan ada beberapa yang memilih ke perpustakaan.
Namun itu semua tidak berlaku untuk cowok bernama Lee Jeno. Cowok berhidung mancung itu memilih rooftop lah tempat yang ia jadikan ketenangan disaat jam kosong ini.
Sudah hampir tiga puluh menit Jeno disana dan melihat pemandangan sekolahnya dari atas.
Entah kenapa cowok itu memilih rooftop disaat semua temannya yang lain memilih bermain futsal bersama anak kelas 11.
Setelah kejadian kemarin, hari ini Renjun kembali tidak masuk sekolah membuat Jeno gatal ingin menghubungi namun cowok itu selalu mengurungkan niatnya dan kembali memasukan ponselnya ke saku celana abu-abunya.
"Ngehindar hm?"
Jeno menoleh ke belakang. Di depan pintu penghubung rooftop terlihat Eric berdiri dengan satu tangan tenggelam di saku celana dan satu tangan yang lain terlihat memegang sepuntung rokok.
Jeno melihat baju dan wajah cowok itu basah. Mungkin tadi Eric ikut bermain futsal bersama yang lain sehingga membuatnya berkeringat namun itu malah membuatnya terlihat macho dengan rambut berantakan seperti itu.
Setelah membuang sisa rokoknya, cowok dengan baju putih di keluarkan itu terlihat berdiri tegak dan berjalan mendekati Jeno yang sedari tadi hanya diam berdiri.
"Tadi Jaemin nyariin lo," Eric melempar tubuhnya ke sofa yang sudah tak terpakai yang ada disana.
"Terus lo jawab apa?" akhirnya cowok tinggi itu mengeluarkan suara dan mengalihkan pandangannya ke Eric yang kembali mengambil bungkus rokok di saku celananya.
"Gue bilang lo lagi galauin Renjun di rooftop." Eric menjawab setelah mengeluarkan satu batang rokok dan membakarnya dengan korek gas dan jawaban itu sukses membuat bola basket melayang ke arahnya dan membuat si tampan tertawa terbahak-bahak.
"Canda elah, Jen. Ya kali gue bilang gitu." Eric mengambil bola basket yang baru saja di lempar sobatnya dan menyimpannya di bawah kakinya.
"Lagian lo ngapain sih masih mikirin Renjun? Bukannya sekarang lo pacaran sama Jaemin ya?" Lagi-lagi Eric berbicara dengan tangan yang masih memegang rokok.
"Gue gak tau," balas Jeno lalu cowok itu mendekat ke arah Eric dan menggeleng ketika Eric menawarkan rokok kepadanya.
"Lo sayang sama Jaemin?" tanya Eric membuat Jeno menoleh
"Atau sama Renjun?" lanjutnya
"Gak tau." balas Jeno lagi
"Jen, Jen, gue itu tau kalo lo suka nya sama Renjun. Terus kenapa lo nekat nembak Jaemin sih?"
"Gue gak bisa terus-terusan maksa Rajendra. Dia yang minta gue mundur karena dia udah punya pilihannya sendiri." cowok itu terlihat menyandarkan tubuhnya ke sofa dan membuat Eric menoleh
"Pilihan?" cowok tampan itu mengerutkan dahinya
Jeno ikut menoleh, "Lucas."
Jawaban Jeno sukses membuat Eric tertawa bahkan cowok itu terlihat kembali membuang rokoknya ke sembarang arah.
"Renjun milih Lucas?" Lagi-lagi pemuda Son tertawa dan kali ini sambil memegangi perutnya
"Haduh Jeno, Jeno. Katanya lo suka sama Renjun. Tapi lo gak tau apa-apa tentang dia. Ck, payah lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Fanfiction[NON BAKU] Huang Renjun tidak pernah merasakan kehidupan berwarna selain hitam, putih, dan abu-abu. Sampai akhirnya Lee Jeno datang memporak-porandakan kehidupan tenang miliknya Warning⚠️ BxB Jangan salah lapak. Walaupun udah selesai tapi tetep vote...