Bagian 48. Sakit

2.7K 321 12
                                    

Koreksi kalo ada kesalahan nama ya, jangan lupa vote dan komen💚

***

Renjun membereskan buku beserta alat tulisnya dengan tergesa-gesa. Bahkan cowok itu mendapat pandangan aneh dari Hwall, teman sebangkunya. Tidak biasanya Renjun kelihatan buru-buru setiap pulang sekolah, biasanya cowok itu menanggapi bel pulang dengan santai bahkan sering kali baru keluar kelas saat orang-orang sudah terlebih dahulu keluar.

Jujur Renjun tidak menyukai berdesakan.

"Lo mau kemana Jun?" Hwall bertanya pelan, walaupun sudah dua tahun berbagi meja yang sama, namun Hwall sering kali masih sedikit takut jika berbicara dengan si pemuda Huang itu.

"Ke rumah Jeno." balas Renjun. Cowok itu masih terlihat membereskan buku paket lalu ia masukan ke dalam tasnya.

Hwall mengangguk lalu menoleh ke belakang. Hyunjin duduk sendiri berarti Jeno memang tidak masuk. Bagaimana bisa ia tidak menyadari jika cowok itu tidak masuk? Bahkan ia lupa kebiasaan Jeno yang setiap hari mendatangi meja mereka hanya untuk mengajak Renjun ke kantin atau sekedar menyapa cowok mungil itu.

"Jeno gak masuk?" Lagi Hwall bertanya masih dengan suara pelan. Renjun menoleh ke arahnya lalu kembali memasukan buku terakhirnya ke dalam tas sebelum sebuah anggukan kecil ia perlihatkan.

"Sakit." jawabnya singkat lalu meresleting tasnya.

"Gue duluan, Hwall." ujar Renjun setelah memakai tasnya.

"Ah iya. Hati-hati, Jun." ujar Hwall setengah berteriak. Renjun mengangguk lalu segera keluar dari kelas dengan bersenandung kecil.

Renjun berjalan menuju parkiran dengan santai. Tatapan cowok itu seperti biasa dingin. Walaupun di kenal dengan sikap ketus dan dinginnya, Renjun termasuk orang yang ramah jika kalian sudah mengenalnya. Hanya saja cowok itu selalu menampilkan wajah menyebalkan membuat orang-orang takut ingin berteman dengannya.

Setelah sampai di parkiran, Renjun langsung masuk ke dalam mobil merahnya. Cowok itu berhenti sejenak ketika mendengar suara gaduh di lapangan lalu menoleh.

"Norak." respons Renjun ketika mengetahui seorang cowok kelas 11 menembak kakak kelasnya di tengah lapangan dengan di saksikan banyak siswa. Cowok itu segera masuk ke dalam mobilnya lalu langsung melajukannya meninggalkan perkarangan sekolah.

***

Renjun memarkirkan mobilnya di depan rumah mewah milik keluarga Lee. Cowok itu keluar tanpa membawa tasnya. Setelah merapikan seragamnya, Renjun berjalan santai memasuki halaman rumah itu dan mengetuk pintu besar berwarna hitam di depannya.

"Ah Renjunnie..." Tiffany membuka pintu dan langsung memeluk Renjun yang berdiri di depannya dengan tangan memegang keranjang buah-buahan membuat si mungil terkekeh lalu keduanya melepaskan pelukan hangat itu.

"Selamat siang tante." sapa Renjun sopan.

"Siang sayang. Yuk masuk Jeno ada di dalam kok." Tiffany merangkul Renjun lalu keduanya berjalan masuk dengan beriringan.

"Jeno sakit apa Tan?" tanya Renjun saat mereka menaiki tangga menuju kamar Jeno yang berada di lantai dua.

"Cuma demam. Kebiasaan anak itu berenang malem-malem abis itu masuk angin." jawab Tiffany membuat Renjun mengangguk. Ia tidak bertanya lagi dan memilih melanjutkan langkahnya dengan diam.

"Kamu mau masuk sendiri atau tante temenin?" tanya Tiffany ketika mereka sudah berada di depan kamar Jeno.

Renjun menatap pintu itu dengan dahi berkerut, pintu berwarna putih dan ada tulisan Dangerous Area yang menggantung di tengah.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang