Kalo ada typo bilang ya🤗
***
Renjun mengerjapkan matanya. Sinar mentari pagi masuk melalui jendela kaca kamarnya dan membuat si mungil itu terpaksa menyudahi petualangan di alam mimpinya.
Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, Renjun bangkit dan memakai sandal tidur lalu berjalan ke arah pintu dan turun ke bawah untuk meminum susu, kebiasaan pagi nya.
"Morning, Ra."
"Astaga." Renjun menyimpan gelas berisi susu yang tinggal setengah itu dengan kesal. Ia memutar tubuhnya tiga puluh derajat sehingga berhadapan dengan seseorang yang bisa-bisanya mengganggu acara paginya.
Dengan tatapan penuh kekesalan, Renjun mendengus dan melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap orang yang sedang tersenyum idiot ke arahnya.
"Gak usah kaget gitu ketemu orang ganteng." Jeno masih tersenyum lebar sambil menaikturunkan alisnya.
Renjun berusaha tidak memperdulikan kehadiran sosok tampan yang sedang berdiri di sampingnya itu. Ia pun tak ambil pusing mengapa Jeno bisa ada di rumahnya pagi-pagi begini. Si mungil itu kembali mengambil gelasnya dan meminum susu yang tinggal setengah.
"Baru bangun ya, Ra?" Jeno duduk di kursi bar dan menatap Renjun yang masih asik meminum susu putihnya.
"Manis deh." ujar Jeno tersenyum.
Renjun diam. Entah kenapa ia sudah tidak menikmati susu itu. Namun pemuda itu tetap berusaha cuek dan menghiraukan kehadiran Jeno disana.
"Mau sarapan bareng gue?" Jeno memutar kursinya agar berhadapan dengan Renjun
Renjun menarik ponselnya kasar lalu segera pergi dari dapur "Gak!"
"Kamu kenapa sayang?" tanya Yuna ketika melihat Renjun tergesa-gesa naik ke tangga. Namun seperti biasa, Renjun tidak pernah mengindahkan panggilan Mamanya.
***
"Mobil kamu mogok ya?"
"Eh astaga Papa." Renjun membenarkan posisi duduknya lalu sedikit menggeser agar ada tempat untuk apanya.
Candra tersenyum lalu segera duduk di samping putra sulungnya yang sedang asik menonton kartun minggu pagi.
"Tadi pagi Jeno yang nganterin mobil kamu. Katanya mogok, terus dia benerin." Candra mengambil alih remote TV itu dan memindahkan channel.
Renjun mengambil ponselnya dan sibuk membuka akun instagramnya dari pada harus mendengarkan cerita Papanya tentang cowok bernama Lee Jeno itu.
"Tadi pagi dia nanyain kamu lho sayang, katanya izin mau ngajak jalan. Tapi karena Nana hari ini ada les dance jadi Papa suruh dia nganterin Nana aja, kamu gak keberatan kan?" tanya lelaki empat puluhan itu.
"Kalo Papa kesini cuma mau cerita tentang cowok itu, mending Papa keluar aja dari kamar aku. Aku mau mandi." Renjun memakai sandalnya dan bergegas masuk ke kamar mandi
"Gimana caranya Papa bisa bikin kamu seperti dulu, Rajendra?" Candra menatap punggung Renjun. Setelah itu lelaki yang sudah berkepala empat itu keluar dari kamar putra sulungnya.
***
"Btw, thanks ya, Jen."
"Hah?" Jeno yang sedang fokus menyetir tiba-tiba menoleh ke samping kirinya dan matanya bertemu langsung bertemu dengan mata Jaemin yang kini sedang menatapnya
"Thanks." Jaemin mengulangi kalimatnya dan tak henti memberi senyum kepada sosok cowok tampan di sampingnya.
"Eh, iya santai aja, Na." Jeno tersenyum, menggaruk tengkuknya lalu kembali fokus ke jalanan di depannya
"Gara-gara lo ke rumah, bokap jadi nyuruh lo buat nganterin les. Sorry ya." ucap Jaemin
"Gapapa kali, Na. Gak tiap hari ini kan?" Jeno menoleh sedikit ke samping kirinya .
"Iya sih. Tapi kan ngrepotin lo." Jaemin menunduk lalu membenarkan posisi duduknya.
"Santai aja sih. Gue juga lagi gak sibuk." ucap Jeno
"Eum, Jen."
"Iya?"
"Kok lo bisa nganterin mobil Renjun?" tanya Jaemin dan kembali memberikan tatapannya kepada cowok di sampingnya itu
"Oh itu," Jeno berdeham, "Kemaren pas gue abis nganterin lo, gue neduh dulu di gudang gitu. Terus disana gak sengaja ketemu Rajendra. Gue pikir dia emang lagi nongkrong, eh taunya kejebak juga karena mobilnya mogok."
"Sampe malem ya?"
Jeno menyengir, "Kalo itu bener-bener gak tau gue. Awalnya Rajendra ketiduran, dan gue gak tega bangunin. Eh gue juga malah ikut ketiduran. Jadi kita disana sampe malem deh."
Jaemin mengangguk, "Oh gitu."
"Iya. Terus gue paksa aja dia pulang sama gue. Awalnya dia gak mau sih, tapi gue gak akan ngebiarin dia balik sendiri malem-malem." Jeno menginjak remnya dan berhenti di lampu merah
"Eum, Jen."
Jeno menoleh, "Iya kenapa?"
Jaemin berdeham lalu memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman, "Gue boleh nanya sesuatu?"
Dan pemuda Lee itu terkekeh, "Kenapa harus izin segala sih. Tanya aja kali, Na. Biasanya juga lu dulu asal nanya aja."
"Eum, lo kenapa manggil Renjun dengan sebutan Rajendra?" Jaemin kembali menatap Jeno yang sedang memperhatikan lampu merah
Cowok berhidung mancung itu kembali menoleh, "Oh itu,"
Jaemin tersenyum, Jeno ikut tersenyum dan segera menjalankan mobilnya sebelum di protes kendaraan di belakangnya karena lampu sudah hijau.
"Gapapa. Bukannya selama ini dia dipanggil Rajendra?" Jeno menaikkan kaca jendela mobilnya lalu tersenyum diam-diam "Gue pengen dia bangkit dan melupakan keterpurukannya. Makanya gue coba hal kecil dengan kembali manggil nama kecil dia."
Jaemin kembali membenarkan posisi duduknya. Ia beberapa kali menatap cowok yang tengah fokus menyetir itu. Dan baru saja pemuda manis itu menyadari sesuatu. Jeno baru saja tersenyum setelah menyebutkan nama saudara tirinya itu.
***
-TBC-
![](https://img.wattpad.com/cover/115225763-288-k422778.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Fanfiction[NON BAKU] Huang Renjun tidak pernah merasakan kehidupan berwarna selain hitam, putih, dan abu-abu. Sampai akhirnya Lee Jeno datang memporak-porandakan kehidupan tenang miliknya Warning⚠️ BxB Jangan salah lapak. Walaupun udah selesai tapi tetep vote...