Bagian 10. Yang Sebenarnya

3.3K 514 45
                                    

Kalo ada yang typo bilang ya 🤗

***

Hari ini hari senin. Dan seperti biasa setiap hari senin Jeno selalu datang pagi. Bahkan cowok tampan itu menjadi orang pertama yang menginjakan kaki nya di kelas. Entah apa yang membuat Jeno selalu datang pagi di hari senin. Padahal hari-hari biasanya cowok itu tidak pernah datang sepagi ini bahkan selalu datang ketika bel nyaris berbunyi.

Dengan tangan tenggelam di saku celana abu-abu dan tas bertengger di bahu kanannya, cowok berhidung mancung itu berjalan santai masuk ke kelasnya yang benar-benar sangat sepi.

Lagi lagi dan lagi.

Ini minggu kedua dan Jeno selalu mendapatkan kotak makan di atas mejanya. Cowok itu menghela napas kasar. Menyimpan tasnya lalu mengambil kotak makan berisi nasi goreng itu.

Ditatapnya nasi goreng itu dan ia nikmati aromanya. Jujur Jeno memang menyukai nasi goreng itu. Ia selalu memakannya ketika detik-detik bel masuk. Namun sampai sekarang ia tidak tau apakah memang Renjun yang memberikannya atau ada orang lain yang diam-diam masuk ke kelasnya dan menyimpan kotak makan biru muda di atas mejanya.

Langkah seseorang membuyarkan lamunan Jeno. Ia melihat ke arah pintu dan terlihat Renjun masuk dengan langkah santai seakan kelas itu tidak ada orang sama sekali.

Setelah menyimpan tasnya, cowok mungil yang hari ini menggunakan jaket army itu duduk dan sedikit mengalunkan lagu Paris milik The Chainsmokers.

Lagi-lagi Jeno selalu memperhatikan gerak gerik Renjun. Tak pernah sedikit pun cowok itu melepaskan pandangannya dari objek yang selalu manarik perhatiannya.

Jeno mengetuk-ngetuk kotak makan itu. Setiap hari ia selalu mengucapkan terima kasih kepada Renjun yang selalu di balas tatapan tidak mengerti oleh si mungil. Setelah menghela napas kasar, Jeno kembali menghampiri Renjun yang masih asik bernyanyi dengan suara rendah.

"Ra,"

Renjun menghentikan aktivitas bernyanyinya. Ia mendongkak dan melihat Jeno sudah berdiri di sampingnya. Cowok itu lagi-lagi tersenyum tipis sedangkan Renjun menatapnya dengan aneh.

"Thanks ya."

Renjun menghela napas. Ia membuka jaketnya lalu berdiri sejajar dengan Jeno. Kelas masih sepi, sehingga Renjun bisa dengan leluasa berbicara dengan cowok di depannya ini.

"Apa lagi?" Renjun melipat tangannya di depan dada. Ia sedikit mendongkak karena Jeno memang tinggi. Bahkan ia hanya sampai dagunya si Lee.

"Thanks aja. Harusnya lo gak usah ngelakuin ini." ujar Jeno. Nadanya santai dan Renjun mengalihkan pandangannya

"Gue suka nasi goreng buatan lo,"

Bruk

Suara penghapus papan tulis jatuh membuat Jeno dan Renjun menoleh. Terlihat Jaemin sedang berdiri disana dengan senyum yang entah ia sendiri tidak tau itu senyuman apa.

"Na,"

Jaemin kembali tersenyum. Setelah menghela napas, si manis itu menghampiri Jeno dan Renjun. Renjun langsung mengalihkan pandangannya begitu Jaemin mendekat.

"Sorry ganggu. Gue cuma mau balikin buku fisika lo, Jen." Jaemin memberikan buku bersampul cokelat itu dengan tangan bergetar. Jeno masih tidak mengerti atas sikap Jaemin hari ini.

"Na,"

"Gue permisi."

Setelah mengucapkan itu Jaemin langsung berlari keluar dari kelas itu dan Jeno menatap langkahnya dengan dahi berkerut

"Nana."

***

Ketika bel istirahat berbunyi, Jeno langsung bergegas keluar dan mendapatkan pandangan aneh dari Hyunjin dan yang lain. Tujuannya hanya satu. Ia harus ke kelas Jaemin dan menanyakan sikap aneh Jaemin tadi pagi.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang