Bagian 9. Mark Lee

3.6K 529 38
                                        

Jeno memarkirkan motornya di depan garasi. Setelah itu si tampan berjalan santai masuk ke rumahnya. Jeno anak orang kaya bahkan orang tuanya mempunyai beberapa perusahaan yang sudah tersebar di luar kota bahkan kini membuka cabang di negara-negara Asia.

Namun entah kenapa Jeno selalu menyembunyikan jati dirinya di sekolah. Ia tidak pernah mengajak teman-temannya bermain ke rumahnya. Bahkan ke sekolah pun ia hanya memakai motor sport yang ia beli pakai uang tabungannya beberapa bulan yang lalu. Padahal di garasi ada Ducati Panigale yang dihadiahkan oleh David ketika ia berusia 17 tahun. Dan jangan lupakan mobil Bugatti La Voiture Noire yang lagi-lagi dihadiahkan oleh David ketika ia lulus ujian menyetir tahun lalu. Dan kedua kendaraan berharga fantastis itu hanya dijadikan pajangan garasi tanpa pernah Jeno menyentuhnya.

Cowok tinggi itu masuk ke dalam rumahnya yang sepi. Sebenarnya Jeno tidak kekurarangan kasih sanyang sedikit pun. Walaupun David sibuk di kantor dan Tiffany sibuk mengurus butik, namun keduanya selalu menyempatkan waktu mengobrol dengan anak semata wayangnya itu. Bahkan mereka tidak pernah absen setiap sarapan dan makan malam.

Setelah melepaskan sepatu dan dasi, Jeno melempar tubuhnya ke kasur. Cowok itu memijat pelipisnya karena rasa pusing karena tugas atau karena apapun. Ia langsung bangkit ketika melihat tasnya. Di buka tas berwarna hitam lalu ia mengeluarkan kotak makan berwarna biru.

Sudah hampir dua minggu Jeno selalu mendapatkan kiriman nasi goreng di setiap paginya. Dan sampai sekarang pun ia masih belum tau siapa orang yang rajin membuatkan nasi goreng untuknya. Namun entah kenapa nama Renjun lah yang selalu ada di benak pemuda Lee itu ketika melihat nasi gorengnya.

"Bengong aja mas."

"Astaga!"

"Bang Mark!" pekik Jeno dan langsung turun dari tempat tidurnya lalu menghampiri lelaki tinggi yang menyandarkan tubuhnya di pintu kamar Jeno.

Mark Lee. Kakak sepupu Jeno dari pihak David.

Mark adalah sosok cowok yang tampan. Selama ini ia tinggal di Kanada karena melanjutkan pendidikan photographinya disana.

Disana ia tinggal bersama orang tuanya. Dan sudah hampir dua tahun ini ia tidak menginjakan kaki di tahan air. Cowok itu berjalan lalu melakukan high five alanya dan Jeno.

Jeno masih percaya tidak percaya melihat sosok Mark di depannya. Pasalnya mereka sudah sangat lama tidak bertemu dan sekarang terasa begitu aneh bagi Jeno.

"Kenapa sih Jen? Kok kaya orang bingung gitu," Mark terkekeh lalu duduk di meja belajar Jeno

"Bang Mark ngapain disini?" Jeno yang masih tidak percaya ikut berjalan lalu duduk di bibir kasur.

"Liburan," jawab si pemuda blesteran itu.

"Katanya baru libur nanti Desember?" ujar Jeno

Mark tersenyum. Ia membuka ranselnya dan memberikan surat kepada Jeno.

Jeno membuka amplop itu dan membaca kata demi kata yang di ketik sangat rapi di atasnya.

"Surat kepindahan?" tanya Jeno

"Yap!"

"Lo pindah bang?" Lagi-lagi Jeno bertanya dengan nada yang tidak percaya.

"Disitu kan udah jelas." jawab Mark santai

"Terus kuliah lo disana gimana?" Jeno terus memberikan pertanyaan atas ketidakpercayaannya itu.

"Ya pindah juga lah."

"Tapi kan—"

"Jen,"

"Hah?"

"Bokap nyokap gue cerai."

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang