Bagian 53. Rumit

2.2K 299 35
                                    

Koreksi jika ada yang salah ya. Happy reading💚💚

***

"Terus sekarang mau lo gimana?" Lucas bertanya seraya meluruskan kakinya di sofa dan melirik Renjun yang duduk di bawah sofa.

Cowok dengan celana selutut dan hoodie coklat itu menoleh ke belakang dan menatap Lucas yang sedang tiduran di belakangnya.

"Renjun, Renjun," Lucas menjadikan tangannya sebagai bantalan lalu ia menatap langit-langit kamar Renjun.

"Jangan suka ngambil keputusan sendiri kalau lo gak tau kejadiannya sebenernya itu seperti apa."

"Gue liat pake mata kepala gue sendiri, Cas." sela Renjun cepat membuat cowok di belakangnya mengangguk lalu menatap punggung sempit Renjun.

"Gue ngerti," ujar Lucas tenang. "Tapi bisa aja kan mereka itu gak sengaja ketemu di jalan terus Jeno ngajak pulang bareng."

Renjun kembali menoleh ke belakang membuat Lucas menarik kedua ujung bibirnya.

"Nanti nyesel, lho."

"Terus maksud lo, gue harus minta maaf gitu ke Jeno karena udah nuduh dia yang macem-macem?"

"Why not?"

***

"Jeno maaf ya."

Suara bernada rendah membuat Jeno yang sedang memetik gitar sontak menghentikan permainannya dan mendongkak menatap cowok yang berdiri di depannya dengan tatapan sendu.

Cowok dengan jins selutut dan kaos berwarna hitam itu tersenyum lalu berdiri sejajar dengan seseorang yang baru saja mengganggu konsentrasinya.

"Minta maaf buat apa, Na?" Jeno bertanya dengan alis terangkat. Sedangkan Jaemin masih berdiri di tempatnya.

"Semalem," jawabnya pelan. "Gue gak sengaja liat lo sama Renjun. Renjun pasti marah ya?"

"Kenapa lo bisa nyimpulin kalo Renjun marah?" Jeno menyimpan gitarnya di sofa lalu berdiri dan berjalan mendekat ke Jaemin.

"Ya kali aja gitu, soalnya gue liat Renjun masuk kamar kayak lagi kesel gitu." ujar Jaemin membuat cowok di depannya itu tersenyum.

"Nggak apa-apa," kata Jeno. "Lagian wajar kan kalo di setiap hubungan itu ada salah paham sedikit. Nanti gue bakal jelasin kok kalau Rajendra udah mulai tenang." lanjutnya.

Jaemin tersenyum lalu mengangguk.

"Lo ke rumah gue cuma mau minta maaf doang?" tanya Jeno.

"Ah nggak," kata Jaemin. "Ini tadi abis masak menu baru. Kali aja lo mau cobain, hehe."

"Wah tau aja lo kalo gue lagi laper." Jeno terkekeh membuat Jaemin berjalan maju lalu menyimpan rantang kecil itu di atas meja.

"Ini spesial buat sahabat gue yang paling jelek dan nyebelin." Jaemin membuka rantangnya lalu duduk bersila di bawah sofa.

"Enak aja lo. Gue ganteng tau." Jeno berjalan ke arah Jaemin lalu duduk di samping cowok itu.

"Iya-iya ganteng," Jaemin mengalah. "Kayak yang di kebun binatang kan ya?" lanjutnya sedikit terkekeh.

"Heran susah banget ngakuin gue ganteng." Jeno memperhatikan gerak-gerik Jaemin yang sedang membuka rantang-rantangnya membuat cowok itu mendongkak.

"Bukan susah," kata Jaemin lalu merapikan makanannya. "Lo emang kurang ganteng, Jen. Terima nasib aja sih."

"Gini-gini lo juga pernah suka, Na." ujar Jeno membuat Jaemin menoleh ke arahnya.

"Canda elah serius banget muka lo." Jeno melempar kacang yang ada di toples membuat Jaemin tersadar seraya tersenyum kecil.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang