[NON BAKU]
Huang Renjun tidak pernah merasakan kehidupan berwarna selain hitam, putih, dan abu-abu. Sampai akhirnya Lee Jeno datang memporak-porandakan kehidupan tenang miliknya
Warning⚠️
BxB
Jangan salah lapak.
Walaupun udah selesai tapi tetep vote...
Triple up untuk menemani weekend kalian yang dirumah aja🤗🤗
***
Jeno membuka pintu ruang rawat Renjun dan kembali menutupnya dengan perlahan.
Si tampan Lee itu berjalan dengan langkah pelan mendekati Renjun yang masih berada dalam pengaruh obat bius pasca operasi pengangkatan sel kankernya beberapa jam yang lalu.
Jeno mengusap halus puncak kepala si mungil lalu mencondongkan tubuhnya untuk mencium dahi sang kekasih.
Ditatapnya wajah pucat itu lalu ia menarik kursi untuk duduk di samping blankar. Jeno meraih tangan dingin Renjun lalu ia usap pelan. Tidak ada hal Jeno syukuri ketika dokter menyatakan operasi itu berhasil dan kekasihnya hanya tinggal menjalani rawat jalan untuk penyembuhan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeno tahu Jeno bukan orang yang taat. Jeno tau dirinya masih jauh dari kata sempurna dan dia tau jika dirinya berdosa. Namun beberapa jam yang lalu, saat Renjun memasuki ruang operasi, Jeno tidak pernah merasa setakut itu akan kehilangan seseorang. Tidak ada kalimat lain yang ia ucapkan selain meminta agar pemuda Huang itu dapat melewati semuanya dan kembali sembuh seperti semula.
"Terima kasih." ucapnya lalu mencium lembut tangan Renjun.
Ceklek
Jeno menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka. Si tampan Lee itu tersenyum ketika melihat Yuna berdiri disana dengan tatapan hangatnya. Wanita itu mendekat ke arah brankar lalu mengecup lembut dahi Renjun.
"Tante kira kamu ikut makan sama Lucas." Ujar Yuna setelah menyimpan tasnya di atas sofa. Wanita cantik itu kembali mendekat ke tempat Jeno duduk lalu mengusap pundaknya.
"Makan, Jen, kamu belum makan kan dari pagi?"
"Iya nanti Tante." Jeno tersenyum lalu kembali pada aktivitas awalnya, mengusap lembut punggung tangan Renjun.
"Makan dulu, tante gamau lho kalo nanti Renjun sembuh, malah kamu yang sakit. Tante juga gak mau kena omel Tiffany karena dianggap gak bisa jagain kamu disini." Wanita cantik itu bersedekap dada. Pura-pura sebal namun tetap dengan senyum hangat di wajahnya.
"Iya tante, nanti Jeno makan." Ujarnya.
"Sekarang. Di kantin ada om Candra sama Lucas. Gih kamu susulin mereka, biar Renjun Tante yang jaga."
"Tapi,"
"Jen," tangan putih Yuna mendarat di pundak Jeno membuat si tampan menoleh. "Kamu boleh khawatir sama Renjun. Bahkan tante, om, Lucas juga sama khawatirnya. Tapi kamu gak bisa kaya gini terus. Tubuh kamu juga butuh istirahat, tubuh kamu butuh asupan. Udah beberapa hari ini kamu selalu nungguin Renjun dan ngelewatin waktu makan kamu. Tante gak mau kamu sakit, Jen. Coba bayangin kalo kamu sakit pasti Renjun sedih. Kalo dia drop lagi gimana? Kamu mau?"
Dan Jeno otomatis menggeleng.
"Makan ya? Tante bakal disini jagain Renjun. Nanti kalo ada apa-apa, tante pasti hubungin kamu. Tante janji." Yuna kembali tersenyum seraya mengusap pundak Jeno dengan lembut membuat si tampan itu mengangguk.