Jangan lupa vote dan komen💚
***
Hari ini adalah hari yang sudah Renjun nantikan. Akhirnya ia bisa menghirup udara bebas setelah hampir dua minggu ini bergulat dengan alat-alat medis dan juga bau obat yang sebenarnya membuatnya ingin muntah namun cowok itu berusaha menahannya dan menerima itu semua dengan ikhlas.
Setelah kemarin dokter mengizinkannya pulang, Renjun minta ke Candra untuk langsung pulang ke Jakarta walau sebenarnya masih ada beberapa urusan yang harus Candra selesaikan namun mau tak mau pria berkepala empat itu meng-iyakan keinginan putra kesayangannya itu.
Pagi ini mereka semua akan langsung pulang ke Jakarta dengan mengambil penerbangan jam 9 pagi. Jeno dan Lucas pun sudah berada di depan rumah yang menjadi tempat tinggal keluarga Huang selama mereka berada di Singapura.
Hanya Lucas yang memilih tetap berada di dalam taksi sedangkan Jeno memilih keluar untuk menemui Renjun yang sudah berdiri di depan pintu dengan sebuah koper di sampingnya.
"Pa aku duluan ya," Renjun berkata kepada Candra yang hanya di balas anggukan dan usapan di kepalanya. Cowok mungil itu tersenyum lalu menghampiri Jeno yang masih berdiri di belakang taksi.
"Ngapain lo senyum-senyum?" Renjun berkata ketus membuat Jeno malah semakin tersenyum melihat tingkah kekasihnya ini.
"Jelek ih gak usah senyum gitu!" Renjun mencubit perut Jeno membuat si tampan meringis namun tetap tersenyum jahil.
"Apaan sih, Ra, ya Allah cuma senyum doang."
"Bodo. Awas gue mau masuk!" Renjun mendorong Jeno namun tidak ada pergerakan dari si tampan membuat Renjun mendengus kesal.
"Gak usah manyun. Ayok!" Jeno menarik tangan Renjun dan membukakan pintu taksi sebelum suara panggilan menghentikan pergerakannya.
"Injunnie.."
Baik Renjun maupun Jeno keduanya sama-sama menoleh ke arah sumber suara. Renjun mengerutkan dahinya bingung lalu bertanya kepada Jeno melalui isyarat mata namun cowok itu hanya mengangkat bahu.
"Sini dulu sayang," panggil Candra membuat Renjun langsung menoleh ke arah Jeno.
"Udah kesana dulu." ujar Jeno yang langsung di balas anggukan oleh si mungil lalu ia segera menghampiri Candra dan Yuna yang masih berdiri di depan rumah.
"Ada apa?" tanyanya
"Mama Yuna mau ngomong sama kamu." Candra tersenyum seraya mengusap puncak kepala Renjun.
Renjun hanya diam menatap Papanya lalu beralih menatap Yuna di samping Candra. Yuna ikut tersenyum lalu berjalan mendekat ke arah Renjun membuat Candra sedikit mundur.
"Injunnie," suara lembut Yuna mampu membuat Renjun terdiam beberapa saat sebelum kembali memberikan ekspresi datarnya.
"Jaga kesehatan ya sayang? Kata dokter kan kamu tinggal meneruskan perawatan di Jakarta, dan setelah itu kamu pasti sembuh lagi." Yuna tersenyum seraya mengusap pundak Renjun. Ingin rasanya Renjun menepis tangan itu namun entah mengapa rasanya sangat sulit sehingga ia memilih diam.
"Mama gak mau liat Renjunnie sakit lagi. Renjunnie harus sehat karena kalau Renjunnie sakit, pasti Papa sedih." kini wanita itu beralih menatap Candra sambil tersenyum lalu kembali pada Renjun di depannya.
"Mama sayang
sekali dengan Renjunnie. Renjunnie jaga kesehatan ya sayang?" Yuna mengangkat tangannya lalu mengusap lembut pipi Renjun membuat si mungil memejamkan matanya menikmati usapan itu."Mama boleh peluk Renjunnie?" Yuna bertanya pelan membuat Renjun membuka matanya lalu menoleh kepada Candra. Candra tersenyum lalu mengangguk.
"Boleh?" tanya Yuna lagi. Renjun sempat terdiam sebelum anggukan kecil ia perlihatkan membuat wanita itu tersenyum lebar lalu maju selangkah dan segera merengkuh tubuh Renjun.
"Mama sayang sama Renjun." bisik Yuna di sela pelukannya. Renjun diam. Ia tidak menolak namun juga tidak membalas pelukan itu. Tetapi entah mengapa ada kehangatan saat Yuna mengusap rambutnya. Renjun tidak tau itu perasaan apa yang jelas ia seperti pernah merasakan itu ketika bersama Wendy.
Hanya satu menit sebelum Yuna menarik mundur tubuhnya lalu beralih membenarkan tataan rambut Renjun lalu kembali mengusapnya.
"Ya sudah sekarang Renjun masuk ke taksi. Nanti telat ke bandaranya." ucap Yuna yang tak melepaskan senyuman itu dari bibirnya.
"Nanti Papa nyusul." Candra tersenyum seraya mengusap puncak kepala Renjun membuat si mungil mengangguk dan berbalik lalu berjalan menghampiri Jeno yang masih setia berdiri di samping taksi.
Cowok itu tersenyum begitu Renjun mendekat dan segera membukakan pintu untuk si mungil. Renjun langsung masuk dan duduk di samping Lucas.
"Lo kenapa?" Renjun bertanya setelah melepaskan topi yang menutupi wajah Lucas membuat si tampan langsung duduk tegak.
"Lo sakit Cas? Kok muka lo pucet gitu?" Renjun menggeser duduknya setelah Jeno masuk ke dalam taksi dan duduk di samping kirinya lalu tangannya menyentuh dahi Lucas.
"Eh tapi gak panas."
"Kenapa?" tanya Jeno
"Gak tau tuh si Lucas,"
"Apa sih, Jun." Lucas melepaskan tangan Renjun yang menyentuh keningnya lalu cowok itu kembali menyandarkan kepalanya di kursi.
"Aneh banget lo." cibir Renjun lalu menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Jeno.
Sedangkan keadaan di luar Candra sedang memasukan barang-barang Renjun ke dalam bagasi dengan di bantu oleh supir taksi. Setelah semuanya selesai, pria dengan kemeja biru muda itu berjalan menghampiri Yuna yang berdiri di depan rumah.
"Kamu yakin gak mau aku temenin ketemu sama Jessica?" Candra bertanya setelah menggulung lengan kemejanya sampai siku.
"Gak usah mas. Renjun masih belum pulih benar jadi lebih baik kamu ikut pulang. Aku disini gak pa-pa kok. Lagiankan ada banyak saudara juga." Yuna tersenyum lalu merapikan letak kerah kemeja suaminya.
"Nanti pulangnya berani sendiri? Atau mau aku jemput?" Lagi Candra bertanya dengan nada khawatir.
"Kamu jemput di bandara aja. Gak usah nyusul kesini lagi. Aku janji setelah urusanku dengan Jessica selesai aku langsung pulang ke Jakarta pake penerbangan pertama."
"Ya sudah kalau itu mau kamu."
"Aku nitip anak-anak ya mas." Yuna berkata pelan membuat Candra tersenyum lalu mengusap puncak kepalanya.
"Cepet pulang makanya. Jaemin pasti udah kangen banget sama kamu."
"Iya semalem aku udah telponan sama dia. Aku juga udah bilang gak akan ikut pulang hari ini."
"Kalo urusannya udah selesai segera telpon aku terus cepet pulang."
"Iya mas ya ampun."
"Ya sudah jaga diri baik-baik." Candra kembali mengusap puncak kepala Yuna membuat wanita itu mengangguk.
"Hati-hati. Jangan lupa jagain anak-anak. Jangan lupa makan terus perhatiin kesehatan Renjun."
"Iya sayang." Candra mencubit gemas pipi Yuna.
"Aku pamit ya. Kalo ada apa-apa kabarin. Aku sayang kamu." setelah mencium singkat kening Yuna, kini Candra memeluknya.
"Udah ah itu anak-anak udah nungguin." Yuna melepaskan pelukan itu.
"Jangan lupa kabarin." Candra berbalik lalu berjalan menuju taksi kemudian melambaikan tangan kepada Yuna sebelum ia masuk dan duduk di depan.
"Seneng mau pulang?" Candra menoleh ke belakang membuat Renjun mendongkak dan tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi.
"Om kenapa tante Yuna gak ikut sama kita?" tanya Lucas membuat Candra beralih menoleh ke samping kanan.
"Masih ada urusan sama temennya. Tapi besok atau lusa tante pulang kok. Kenapa Cas?"
Lucas hanya tersenyum lalu menggeleng dan kembali menutup wajahnya dengan topi.
Tibisi
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
أدب الهواة[NON BAKU] Huang Renjun tidak pernah merasakan kehidupan berwarna selain hitam, putih, dan abu-abu. Sampai akhirnya Lee Jeno datang memporak-porandakan kehidupan tenang miliknya Warning⚠️ BxB Jangan salah lapak. Walaupun udah selesai tapi tetep vote...