"Jeno,"
Suara panggilan membuat cowok dengan baju putih di keluarkan itu menghentikan langkahnya dan berbalik melihat Jaemin yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Hai," cowok itu terlihat tersenyum namun tidak dengan Jaemin. Cowok itu menghampiri Jeno dengan wajah yang terkekuk
"Kenapa, Na?" Jeno masih tersenyum dengan wajah tak berdosa sama sekali.
Sudah hampir dua minggu ini Jaemin merasa ada yang aneh dari cowok itu. Tidak biasanya Jeno bersikap seolah keduanya tidak memiliki hubungan. Cowok itu sudah tidak pernah menemui Jaemin di rumah, tidak juga mengantar jemputnya ke sekolah. Bahkan terkadang Jeno tidak membalas pesan dari Jaemin padahal cowok itu selalu mengaktifkan ponselnya.
"Kamu kenapa?" Jaemin bertanya membuat cowok berhidung mancung itu mengerutkan dahinya
"Kenapa apanya?" alih-alih menjawab, Jeno justru balik bertanya membuat Jaemin menghela napas.
"Aku ada salah sama kamu?" lagi-lagi Jaemin bertanya dengan pertanyaan yang sama sekali tidak di mengerti oleh Jeno. Atau justru cowok itu hanya pura-pura tidak mengerti
"Aku enggak ngerti, Na."
"Kenapa setiap aku chat enggak pernah kamu bales, Jen?" Jaemin sedikit mendongkak agar wajahnya sejajar dengan Jeno
Ah Jeno paham sekarang. Cowok berhidung mancung itu tampak menggaruk tengkuknya dan tersenyum hambar.
"Maaf,"
"Aku gak nyuruh kamu buat minta maaf, Jeno."
"Terus kamu mau apa?" Jeno tersenyum dan maju selangkah agar jaraknya dengan Jaemin semakin dekat
"Malam minggu besok ke rumah ya? Temenin aku." Jaemin tersenyum menatap cowok tampan di depannya itu
"Maaf aku gak bisa, Na," satu kalimat yang di ucapkan Jeno mampu membuat senyum Jaemin pudar berganti dengan sorot mata kecewa
"Tapi gimana kalo pulang sekolah ini aku temenin kamu latihan dance?" Jeno cepat meralat kata-katanya ketika melihat ekspresi Jaemin
"Kenapa kamu enggak bisa, Jen?" Jaemin bertanya dengan suara yang hampir bergetar. Jeno tampak menggigit bibir bagian bawahnya.
"Aku ada acara." Jeno menjawab pelan dan mengambil kedua tangan Jaemin membuat pemuda Na itu mengangguk.
"Yaudah nanti siang aku tunggu kamu." Kata Jaemin membuat Jeno tersenyum dan satu tangannya mengusap halus rambut Jaemin.
"Gak usah nunggu biar nanti aku yang jemput kamu ke kelas ya?" ucap Jeno pelan dan kembali membuat Jaemin tersenyum lalu mengangguk.
***
"Disini senang disana senang dimana-mana hatiku senang lalalalalalala lalalalalala lalalalalala lalalala..."
"Berisik bego!" Felix menjitak kepala Hyunjin membuat si tampan meringis lalu membalas perbuatan sobatnya
Kini mereka sedang duduk di bangku panjang di depan kelasnya. Sudah hampir setengah jam Hyunjin dan Guanlin membuat konser dadakan dengan hanya menggunakan ember dan sapu. Bernyanyi dengan tidak tau nada membuat ketiga temannya hanya menghela napas lelah.
Kelas 12 C memang sedang jam kosong, dan dari pada mereka kembali bermain remi yang sebenarnya di larang di sekolah, jadi kelima cowok tampan itu memilih berdiam diri di depan kelas memperhatikan siswa-siswi yang lewat dan sesekali menggodanya. Namun percayalah itu hanya kerjaan Hyunjin.
"Etdah ni sekolah sepi banget ya." Hyunjin menyimpan sapunya dan beralih mengambil stik drum di tangan Eric.
"Bukan sepi bego. Tapi yang lain emang lagi belajar." Eric berkata dengan mata yang tetap fokus ke game di ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Фанфик[NON BAKU] Huang Renjun tidak pernah merasakan kehidupan berwarna selain hitam, putih, dan abu-abu. Sampai akhirnya Lee Jeno datang memporak-porandakan kehidupan tenang miliknya Warning⚠️ BxB Jangan salah lapak. Walaupun udah selesai tapi tetep vote...