•●•Tifanny melambaikan tangannya dengan semangat menatap Anna juga yang terlihat menjulurkan lidahnya mengejek dari dalam angkot, gadis itu mendengus kesal, lantas segera berjalan masuk kedalan cafe tempatnya berkerja selama dua tahun terakhir ini.
Tringgg..
Suara lonceng pada pintu berbunyi menunjukan sosok Tifanny yang masih terbalut dengan seragam sekolahnya memakai jeket kulit berwarna hitam dengan senyuman menawan miliknya "Siangg!!" Sapa Tifanny ramah pada para perkerja yang lain.
salah seorang gadis bercelemek dengan masker dimulutnya menoleh "Siang!! ehh.. Tiff udah datang aja gih kamu tukar baju dulu, bantuin kak caca di belakang beresin gelas kotor! Kalo udah selesai kamu bersihin meja no 8 ya... Tiff " Perintah Tari dengan senyum manisnya selaku pemilik cafe.
Tifanny mengangguk paham "Siap kak Tari !" Serunya dan berjalan kearah loker menaruh barangnya dan segera mengambil celemek dan peralatan lain membantu caca.
•••
Tifanny gadis itu terlihat masih dengan seragam lengkapnya dilapisi celemek hitam khas pelayan dengan name tag pada pojok kanan celemeknya, tangan kirinya memeggang nampan dan tangan kanannya memegang serbet.
setelah selesai membantu kak caca menyuci piring, ia bergegas ke meja no 8 untuk membersihkan piring dan gelas yang sudah kosong.
Ia mengangkat gelas-gelas dan piring kotor yang tertinggal diatas meja menaruhnya diatas nampan, kemudian ia mengangkat serbet dan melap meja dengan bersih, rambut Tifa ia cepol secara asal sampai anak rambut Tifa terurai keluar dari ikatan rambutnya.
Trinngg...
Suara lonceng pintu cafe terdengar beberapa pengunjung yang bermayoritas anak SMA dari beberapa tempat itu terlihat masuk mencari tempat duduk. dua orang diantaranya siswa dengan seragam SMA IVY yang tidak lain tidak bukan Vanno dan lufti terlihat berjalan dengan santai menyisir sepenjuru cafe mencari meja yang kosong sembari Vanno sibuk tebar pesona dengan tersenyum tipis pada pengunjung siswi lainnya layaknya orang bodoh, berbeda dengan lutfi yang tampak sibuk menatap menu yang dia liat pada ponselnya.
Lutfi cowo dengan seragam yang dilapisi jacket kulit itu mendongak menatap vanno aneh "udah van tebar pesonanya, kek ganteng-ganteng aja lu!" tegur lutfi terlihat muak, vanno menoleh mencebik bibirnya kesal "napa lo! iri?" timpal vanno sewot sembari berjalan kearah meja pojok dekat jendela kaca.
dilain sisi Tifanny berjalan masuk kedalam dapur dengan memenggang nampan berisi gelas dan piring kotor, ia menaruhnya didalam wastafel hendak dia cuci, tetapi baru saja ia mengambil sabun, terdengar suara pintu terbuka menampilkan wajah kak Tari.
"Ada apa kak ?" tanya Tifanny
"Tiff kamu tolong layani meja no 5, 7, 11 sama 13 ya!! Meja no 5 udah nunggu lama katanya!! kak cacanya lagi ketoilet kebelet katanya, nanti piringnya biar gantian sama kak caca aja yang cuci, kamu tangani depan lantai satu, kak Tari nanganin yang dilantai dua ya! Thankyou!" Pinta Ka Tari, Tifanny mengangguk.
Ia membersihkan tangan kotornya, lalu berjalan membawa Menu dan tablet yang diataruh diatas nampan.
"Hallo selamat siang kak mau pesan apa?" Tanya Tifa dengan suara ramah sembari memberikan buku menu, gadis itu menunduk membuka tablet.
"eum menu rekomendasi disini ap—Lahhh Tifanny??" ucap Vanno kaget.
Lutfi yang sedari tadi menatap jendela luar saat mendengar nama Tifanny pun menoleh kilat dan mendapati gadis itu masih dengan baju sekolah berlengan panjang dan memakai celemek pelayan cafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Black Rose [COMPLETED]
Novela Juvenil(19/9/2017) DALAM TAHAP REVISI #2 Teenfication