THE BLACK ROSE - 49

5.7K 349 8
                                    

•●•


Anna menggerakan bola matanya kesepenjuru ruangan, infus masih terpasang pada hidungnya begitu pula dengan tangan kanan dan juga kirinya.

Alisnya bergerak heran tidak mengerti mengapa tangan kanan dan kirinya harus diinfus, ini membuat Anna sama sekali tidak bisah bergerak, jika dia salah bergerak sedikit saja maka kejadiannya akan sama seperti kemarin, infus tangan kanannya terlepas dan darah mengucur deras dari sana.

rasa nyeri menusuk nusuk pada bagian bawah perut dan punggungnya semakin terasa sangat nyata.

Deru nafas Anna sangat terdengar lemah, hingga harus dibantu dengan alat bantu pernapasan, padahal operasinya sudah berjalan dengan lancar, Anna harus dirawat sekaligus melakukan penyembuhan di rumah sakit dan itu membuatnya kerap kali tidak tenang.

Anna benci berlama lama disini.

Pintu ruangannya terbuka, disana terdapat dua orang suster tersenyum padanya. Selalu mereka dua orang yang sama datang keruangannya untuk memeriksa 

"Selamat pagi nona"

Anna hanya bisa membalasnya dengan senyuman kecil, mereka masuk untuk memeriksa keadaannya.

"Perutnya masih sakit?" Anna mengangguk kecil sebagai jawaban, terlihat mereka mengambil suntik dan menyuntikan beberapa vitamin pada botol infus.

"kapan bisa keluar?" Tanya Anna susah payah. Sang suster menggeleng kepalanya tangannya memperbaiki letak infus.

"Belum bisa nona!, luka pada perut anda belum kering total, ini baru 3 hari stelah operasi nona mungkin 3 atau 4 hari lagi, paling tidak anda dirawat satu minggu disini, sampai kami pihak rumah sakit benar benar yakin anda sembuh total baru bisa diperbolehkan untuk pulang"

Anna mendengus menyesal lalu mengangguk.

Banyak yang ingin sekali Anna tanyakan, namun dia tidak bisa, perutnya akan langsung kesakitan kalau dia berbicara terlalu banyak.

"Kalau begitu kami permisi dulu nona, siang ini baru kami akan datang lagi bersama dokter untuk kembali pengecekan!!" Pintu tertutup dengan pelan, lagi Anna sendirian didalam ruangan ini lagi.

Sudut bibir Anna sedikit terangkat membentuk lekungan senyuman manis selama kakaknya tetap baik baik saja, dia tidak apa apa akan semua ini sungguh.

***

Tifanny dengan wajah sembab di bangunkan oleh fanya sangat pagi entah ingin melakukan apa!, yang jelas gadis kecil itu tadi terus meronta ronta diatas tempat tidur agar tifanny kakanya segera bangun dan mengikutinya.

Hawa yang sangat dingin dan udara yang segar pada pagi hari membuat tifanny harus menutup wajahnya dengan kupluk, dengan derap langkah kakinya yang kecil dia mengikuti langkah kaki Fanya adiknya pada perkebunan sayur belakang rumah neneknya.

"Kak Fanny sinihh!!, ihh lambat bener jalannya sini buruan!" Fanya terus menarik narik tangan tifanny agar cepat berjalan menuju tempat tujuan yang ingin ditunjukan fanya entah itu apa.

"Pelan pelan Fanya!!, ahh ini becek gini" dengus tifa sebal. Fanya tak menghiraukannya makin menarik tangan Tifa,

"nahh udah sampai!!" Seru Fanya terpekik tiba tiba memandang kedepan. Tifanny ikut memandang kearah yang ditunjukan Fanya padanya.

Dan detik itu juga mata tifanny terbuka lebar saat melihat sunrise, yang sangat indah terbit dengan begitu cantik.

"Kak tifa Suka kan?" Tanya fanya tersenyum miring. Tifanny mengangguk angguk masih betah menatap pemandangan indah didepannya, tenggelam dalam keindahan didepan.

The Black Rose [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang