•●•
Ara menggandeng erat tangan Anna berjalan masuk kedalam area sekolah. Ara mendapat kabar dari tifanny saat pagi hari, makanya gadis itu langsung meluncur tepat pada jam 5 pagi kerumah sahabatnya.Anna tampak berbeda, bibirnya pucat pasih, dan saat dia berjalan sedikit sempoyongan sebenarnya Tifanny dan Ara sudah melarangnya agar tidak usah pergi kesekolah, tifanny bahkan sampai mengunci Anna dalam kamar dan bersih kuku agar Anna tak pergi, namun Anna tetap lah Anna si gadis keras kepala, dia mati matian tetap pergi kesekolah mengikuti Karantina dengan Alasan bahwa ajang olimpiade tinggal menghitung hari saja.
Tifanny berjalan dari belakang dengan mulutnya yang penuh dengan permen karet, kedua tangannya ditaruh di dalam saku rok terus mengamati gerak gerik anna dan Ara dari belakang, mata Tifanny bahkan tak lepas dari punggung Anna, banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada gadis itu, tapi Tifanny tahu diri karena ini bukan saatnya.
Baru saja dia menginjakan kakinya pada Anak tangga pertama menuju ruang karantina,Tifanny kembali mengerang kesal yang kesekian ribu kalinya, dia menoleh kebelakang dan benar saja seperti dugaannya. Para pria mungkin 5 orang yang berjas hitam lengkap itu masih saja mengikutinya.
Dan para satpam bodoh itu bahkan membiarkan mereka masuk!! What the hell.
Badannya berbalik, tifanny menatap malas, mungkin sangat malas. "Ngapain ngikut sampe atas?"
"Itu tugas kami, mengikuti Anda kemana saja Nona!!" Jawab salah satu diantara mereka sambil menunduk serempak.
'Sumpah lebay lebay taik ayam!!'
Tifanny menghentakan kakinya kesal, "kasih tahu sama Oma, kalau cucuk kesayangannya yang paling imut cetar membahana badai ulala syarini nge hitz!, ini bisa jaga diri sendiri!! Saya sehat walafiat tanpa kekurangan apapun" Tukas tifanny garang.
"kondisi kejiwaan Ibu anda sekarang sedang tidak terkendali, dalam artian dia rela melakukan apapun untuk bisa membunuh Nona fanya dan anda sendiri Nona!!" Jelas pria itu yang sekarang sedang berdiri tegak menatap Tifanny agar gadis itu mengerti akan keadaan.
Gadis itu terdiam lama, dia tahu kalau semakin hari, dirinya merasa seperti dipantau gerak geriknya, bukan! Bukan oleh para pengawal milik oma-nya melainkan orang lain, Dan tifanny yakin itu pasti ulah ibunya.
"Apa fanya baik baik?" Tanya Tifanny setelah lama terdiam. "tidak Nona!!, ibu anda baru baru saja tertangkap menyewa seorang penculik, untuk mengambil Fanya!!, tapi tenang saja Nona kami bisa mengatasinya"
"Setelah Olimpiade selesai kita keLembang!" Tukas Tifanny, berjalan mendekat kearah salah satu pengawal yang memikul 3 tas belakang miliknya, Ara dan Anna.
"Biar saya saja Nona!!" Tifanny menggeleng
"please, gue bukan nenek bangkotan yang umurnya tinggal itung jari buat mikul gini doang gak bisa!!- santai mah kalau sama gue!!" Tifanny menepuk pundak sang pengawal sambil tersenyum mengambil semua tas dan memikulnya berbalik naik keatas tangga.
Tifanny berjalan sambil bersiul, tetapi siulannya terhenti seketika akibat Ketiga tas yang dia bawa berpindah tangan. Gadis itu menatap kesamping, Lutfi berdiri sambil tersenyum manis menatap tifanny. Tifanny tersentak kaget langsung mundur, dia ingin mengambil tasnya kembali aissh tapi malu.
Apa lagi mengingat baru baru saja, Lutfi menciumnya. Dan dia menerima lutfi Anjinngg bener bangsat malu gue!! Babi!! Jadi nyesel gini kan!
Tifanny langsung kembali berjalan meninggalkan lutfi yang membawa tiga tas itu. Lutfi terkekeh geli dia tahu pasti tifanny masih malu dengannya, padahal waktu lutfi mengatakan perasaannya dan mengajak Tifanny menjadi pacarnya, gadis itu dengan terbatah batah bilang 'iya' Tifanny mau jadi pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Black Rose [COMPLETED]
Novela Juvenil(19/9/2017) DALAM TAHAP REVISI #2 Teenfication