THE BLACK ROSE - 25

7.3K 356 1
                                    


•●•

Tifanny baru saja mengantar Anna untuk menaiki angkot, bukannya pulang kerumahnya kembali gadis ini memilih untuk duduk bermain main disebuah Taman dekat dengan komplek rumah bukan apa namun beberapa hari ini dia merasa sedikit bosan dan jenuh karena adiknya Fanya tidak ada dirumah ditambah sekarang tifanny tidak memiliki Hp untuk bermain game, Tifanny menarik napasnya dalam lalu menghembuskan dengan matanya yang terus meneliti kesana kemari tanpa henti, mencoba mencari sebuah keasikan, namun bukan keasikan yang didapat malah petaka yang di dapatnya...

Didepannya didepan matanya sekarang berdiri seorang wanita parubaya dengan wajah rupawan1, berdiri dengan senyuman menakutkan yang terbit diwajahnya. Badan Tifanny bergetar dia tak berani berpindah tempat badannya lemas, tifanny ketakutan seharusnya dia tidak keluar malam malam seperti ini,

"long Time no see!! My pretty child" sapa Liyanda dengan senyuman yang menurut tifanny sangat menakutkan, napasnya sekarang sesak bahkan keringat dingin bercucuran terus menerus.
"I-i-ibu"  ujar Tifanny terbata bata. Dia tak sanggup.
"Ahhh ternyata kau masih mengingat Ibumu ini yaa!!" Ujar liyanda duduk disebelah Tifanny,
"A-apa yang kau lakukan disini bu?" Tanya Tifanny sambil berangsut mundur.
"Honey! Sebenarnya ibu yang bertanya pada mu apa yang dilakukan putri sulung ku malam malam begini di Taman ini!!" Liyanda tersenyum manis. dengan tanganya yang terus mengelus lembut pucuk kepala Tifanny, badanya bertambah gemetar untuk menoleh pun tifanny tak mampu, dia memilih menutub mata mengurangi rasa takutnya. Tapi ternyata tidak bisa, ketakutannya sekrang sangat mendominasi dalam dirinya.

tangan wanita parubaya itu terselip mengambil sesuatu dari dalam tasnya.. terus mencari cari dengan matanya yang masih tertuju pada Tifanny, dan benda yang dicarinya Dapat. Liyanda mengeluarkan sebungkus silet yang telah dibungkus rapi olehnya. Tifanny melirik sekilas, dia lemas.

"Kumohon Ibu jangan lakukan itu!" lirih Tifanny kecil, mencoba melepaskan cengkraman kuat dipergelangan tangannya.
"Kau terlalu nakal Honey!! Ibu mencarimu kemana mana beberapa hari terakhir ini? Kau membuatku capek dengan mencari keberadaan kalian berdua? Dimana anak bungsuku itu.. dimana kalian menyembunyikannya?? Sudah lama aku ingin membunuhnya melihat darahnya bercucuran sedikit demi sedikit sangat cepat mengurangi beban ku!" Ujar liyanda tersenyum kecil, seolah yang di omongnya barusan adalah hal sepeleh, Tifanny menggeleng kuat dan ketakutan.

"Tidak ibu.. jangan jangan Fanya bu dia masih kecil kenapa kau tega!! Kenapa kau terobsesi sekali membunuhnya? Biarkan dia hidup kumohon" lirih Tifanny dengan wajah pucat pasih dan badan bergetarnya.
"Tidak bisa sayang membunuhnya adalah salah satu cita citaku! dan menyiksa mu secara pelan pelan adalah hobby ku!" Ujar Lyanda kemudian mengguling jeket Tifanny, gadis itu terus memberontak ingin melarikan diri dari si wanita Pyschopat gila ini.

Tapi sayang cengkraman tangannya sangat erat, Liyanda dengan lincahnya menggores dengan dalam silet di pergelangan tangan tifanny dengan pelan pelan seakan dia menikmati apa yang dilakukannya pada tubuh anaknya, tetes demi tetes darah mulai bercucuran keluar, tak sampai disitu liyanda kembali membuat luka goresan baru yang lebih dalam dengan bentuk yang berbeda, menyayat pergelangan tangan Tifanny sesuka hati, sedangkan Tifanny dengan wajah menahan sakitnya menggigit bibir bawah mencoba menyalurkan rasa sakitnya.

"Ibu kumohon berhentilah!" Lirih Tifanny kecil sangat kecil.
"Belum sayang belum selesai! Sebenarnya aku juga masih ingin mencambuk mu namun ibu rasa tempatnya sekarang kurang cocok" Ujarnya kembali membuat goresan di pergelangan tangannya.

"Ibu s-s-s-sakit!!" Ringis Tifanny tak tahan karena daranya terus bercucuran tak henti.

"Tifanny??" Panggil seseorang dari arah samping, dengan cepat Liyanda langsung membuang siletnya, menarik pergelangan jeket Tifanny hingga tertutup seperti semula.

The Black Rose [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang