ENAMBELAS

7.1K 341 12
                                    

Follow yakkk

Awas baper di chapter ini

Bener sedih deh

Makasih yaa buat yang udah mau baca crita aku😊

Aji POV

   Sebenernya gua pengen ngomong ke dia kalo gua harus ninggalin dia, dan gua gatau sampe kapan. Tapi gua gamau bikin dia sedih terus, jadi seharian ini gua ajak dia pergi terus dan ga lupa dengan foto-foto bahagia kita. Gua juga udah izin sama orang tuanya sekaligus pamit untuk pergi dari Indonesia.

   Gua melihat raut wajahnya yang mulai khawatir gua usap lembut kepalanya lalu menyenderkannya ke pundak gua. Gua gatau apakah ini bakal jadi yang terakhir atau akan ada lagi suatu saat tetapi entah berapa tahun lagi lamanya.

   Gua mulai mencoba berbicara serius dengannya. Gua menatap lembut wajahnya.

UNA POV

   Gua menegakkan kepala gue yang tadinya enak nyender di pundak Aji. Tiba-tiba dia menatap lembut ke gue.

"Unaa" ucapnya pelan dan sangat halus. Membuat gue sangat nyaman dan tenang bersamanya.

"Aku mau ngomong serius sama kamu" lanjutnya.

"Ada apa?" Ucap gue lemas. Karena perasaan gua yang mulai tidak enak.

"Kita akhiri sampai sini yaa"

"Tapi kenapa Ji. Kenapaaa" tess. Air mata gua mulai turun, gue lemas, gue menunduk, gue gabrani natap dia.

   Dia memegang dagu gue dan menaikan kepala gue agar tegak menghadap ke arahnya.

"Aku bisa jelasin sayang. Aku harus pergi. Aku mau lanjutin sekolah aku di Jerman. Seluruh keluarga aku juga pindah kesana. Aku gatau kapan harus kembali kesini. Aku sayang banget sama kamu, cuma kamu yang aku cinta. Jadi aku mohon jangan pernah mencoba menjauh dari aku. Aku bakal terus menghubungi kamu"

"Ajii" gua langsung memeluknya dengan erat. Dengan cepat dia juga membalas pelukan gue. Gua merasakan isak nya, apakah dia juga menangis?

   Dia melepas pelukan. Ya, benar saja dia menangis tapi ga sederas gua yang udah banjir bandang dimana mana.

"Aku minta maaf. Tapi kamu mau kan tetep ngejalin hubungan sama aku. Jarak kita jauh, tapi tenanglah. Hatiku selalu bersamamu." Gua hanya mengangguk lemah. Gua harus kuat menerima semua ini. Dia memeluk gua dengan eratnya, gua pun membalasnya. Gua masih gamau pisah sama dia. Kembali terdengar isaknya dan air mata gua yang berenti mengir layaknya sungai serayu ataupun danau toba.

"Kalo kamu udah menemukan tambatan hati baru, cerita sama aku. Aku gamau kamu salah milih orang. Aku sayang kamu"

~~~

   Kita sudah sampai di rumah Aji. Karna orang tuanya meminta menemui gua dan berpamitan ke menantu kesayangannya ini.

"Tanteee" gua berlari memeluk seorang wanita lemah lembut tersebut dan memeluknya, dia pun membalas pelukan gua. semakin erat dan semakin deras air mata kita. Lalu ka Mutia mendekatkan diri ke gua. Gua pun melepas pelukan dengan tante Mia lalu memeluk ka Mutia dan Ka Anji yang keduanya adalah memang merupakan fail kaka ipar. Om Toni juga mengelus lembuat kepala gua.

"Kamu baik-baik disini yaa. Jarak kita yabg jauh bukan berarti hubungan kita berakhir. Om akan usahakan kami akan kembali ke Indonesia, sayang" ucap om Toni lembut.

"Aji kamu antar Una ke rumahnya yaa" tante Mia meminta Aji mengantar gua pulang. Mungkin karna dia takut air mata kita semua kembali deras.

~~~

"Aku langsung pulang yaa. Kamu baik-baik disini. Aku bakal tetep berusaha ngehubungin kamu" ucap Aji lalu mendaratkan satu ciumannya di kening gua. Dia mengusap lembut pipi gua yang deras air mata itu.

"Aku masuk yaa" ucap gua masih terisak. Aji mengangguk.

   Gua langsung masuk ke rumah, Aji masih menunggu gua masuk. Dengan sabar nya dia menunggu gua yang langkahnya sangat lemas ini.

"Unaa. Lo kenapa? Lo diapain Aji, Un?"

   Oh ternyata Nabila belum tau berita ini. Apakah Aji udah pamitan sama orang tua gua.

"Aji, Bil. Ajii" gua memeluknya dan tangis gua mulai deras kembali

"Lo cerita sama gua. Ada apa"

"Dia mutusin gua"

"Hah? Berani-berani nya dia mutusin inces kecil gua? Ga bisa di biarin ayo kita ke rumahnya" matanya melotot dan raut wajahnya yang sedang murka membuat semua orang akan kejang-kejang saat menemuinya.

"Bukan gitu Bil. Dia mau pindah ke Jerman, semua keluarganya mau pindah kesana dan gatau sampe kapan, Bil"

   Nabila mengusap lembut kepala dan pipi gua. Dia memeluk kembali, gua merasa seakan ini adalah pelukan Aji versi 99+.

"Lo yang sabar yaa. Lo harusnya doain dia biar selamat. Lo ga boleh nyerah. Gua yakin pasti dia juga bilang kalo kalian bakal tetep berhubungan bukan?" Gua mengangguk lemah dan pasrah.

   Terdengar salam dari luar sana. Nabila langsung membukakan pintu.

"Yaa?"

"Apakah benar ini rumah nona Una?" Tanya lelaki itu.

"Iya benar. Saya sahabatnya, ada apa?"

"Ada titipan dari seseorang" dia menyerahkan kotak kecil ke Nabila dan berlangsung pergi.

   Nabila udah naik ke kamar gua.

"Nih ada titipan buat lo"

"Apaan?" Gua membuka nya dan ternyata isinya adalah obat tetes mata. Dan melihat satu pesan di hp gua.

Aji💕
   Sayang, itu obat mata buat kamu😘. Jangan lupa di pake yaa. Besok kan kamu balik ke sekolah masa mau matanya bengkak.

   Gua tersenyum membacanya. Gua ga siap buat di tinggal sama diaa.

Bunga hpn
   Makasih😘😊

"Dari Aji?"

"Iyaa. Buat ngatasin mata gua" gua tersenyum kecil.

   Nabila terlihat senang, melihat senyum gua muncul lagi.

"Oiya. Tadi orang tua lo balik buat ambil barang. Lo udah tau kan?"

"Iya udah tau. Jadi kita cuma tinggal berdua"

   Iya orang tua gua juga mau pegi keluar kota dan balik ke sini paling tidak 3 bulan sekali. Di tambah pembantu gua yang masih ada libur satu minggu. Gua sama Nabila bingung harus berbuat apa. Untungnya juga Nabila masih bisa masak nasi goreng yang keahliannya di turunkan langsung oleh mamah tercintanya.
  
Voment ya gaesss:v makasih.

Adik kelas VS Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang