49

4.6K 233 6
                                        

Gue masih dalam posisi yang sama dengan Raihan dan Aji, tetapi dengan kondisi/situasi yang berbeda.

"Assalamualaikum" ucap seseorang dari balik pintu dan langsung masuk dengan membuka pintu secara perlahan.

"Waalaikumsalam" balas kami bertiga yang tadinya sedang asik ngemil dan bercanda menjadi menoleh kepadanya.

Cewe tinggi berkulit putih itu bergandengan tangan dengan seorang cowok tinggi hitam dan senyumnya yang khas, terlihat sangat manis saat senyumnya dia keluarkan.

"Bil.. ini cowo yang lo maksud?" Tanya gue yang langsung dapat anggukan mantap dari Nabila. Mereka duduk di sofa tepat depan gue, Raihan dan Aji duduk.

"Kenalin ini Ka Biyu. Cadda Abbiyu." Jelas singkat dari Nabila.

"Hay" ucapnya dengan senyum yang tak pernah dilupa.

"Kalian udah jadian?"

"Paan si Un. Dah ya gue mau bikin minum"

"Kita sekalian dong. Susu coklat dingin sama roti tawar"

Nabila hanya berde-hm dan langsung menuju dapur. Gue mulai menatap ka Biyu, gue gamau sahabat gue yang ini terluka lagi hanya karna seorang cowo yang mementingkan cewe lain.

"Assalamualaikum. Hayyy, aku gabung yaa" belum sempat gue bertanya-tanya, tiba-tiba spesies baru memasuki rumah gue dengan tangan memegang novel, tanpa aba-aba dia langsung duduk di sofa yang diduduki oleh ka Biyu, jaraknya jauh kok.

Gue hanya mendengus kesal, gue ga jadi introgasi cowo sedikit hitam ini.

"Bil. Kok cuma satu si minumannya?" Protes gue saat melihat Nabila datang dengan membawa baki yang berisi satu gelas minuman dan beberapa cemilan.

"Kalo kalian semua mau, gue udah siapin di meja makan. Gue bikin di teko jadi sekalian deh, kalo mau nambah juga enak." Jelasnya.

"Jadi ada yang mau ngusir nih?" Ledek gue.

Nabila hanya mendengus kesal. Gue, Raihan, Aji, dan Kezia-tepatnya kak Kezia-langsung menuju ruang maka untuk melahap roti tawar dengan susu coklat dingin.

"Eh itu cowonya Nabila?" Tanya Kezia sambil menyeruput sedikit demi sedikit minumannya.

"Kaga tau. Mungkin bentar lagi" jawab gue dengan tangan yang berusaha mengambil roti tawar yang sedikit jauh dari hadapan gue.

"Nih. Tinggal bilang juga, anak kecil kan kaki sama tangannya pendek" ucap Raihan yang mendapat lirikan tajam setajam silet dari gue. Dia hanya nyengir kuda yang lebih mirip kambing.

Kita hanya sibuk dengan dunia masing-masing. Gue dunia khayalan, Kezia novel, sedangkan 2 cowo itu hanya menceritakan tentang game legend-nya dan apalah itu gue ga mudeng.

"Un, gue mau curhat. Kamar lo yuk" ajak Kezia seolah-olah dialah tuan rumahnya.

"Masa tega ninggalin kita" ucap Aji yang disetujui oleh Raihan.

"Eh mas. Kita ps-an aja lah kuy kamar gue" Raihan berwajah ceria mendapat teman main yang ga akan ngambek kalo dilawan.

"Mas mes mas mes. Kapan gue jadi kakak lo? Kapan gue nikah sama kakak lo? Sejak kapan gue itu tua, gue baby face." cerocos Aji tanpa henti.

"Gausah panggil-panggil gue mas" lanjutnya dengan muka sok ngedrama.

"Kakak gue cowo bego. Yuk lah mau main kaga?"

"Buruan" Aji sudah berjalan menuju pintu keluar dengan pd-nya. Kalian tau kan, kalo Raihan ga akan lewat jalan yang kelewat bener itu?

"Heh ga lewat situ. Jangan sok tau" Raihan menarik tangannya dan langsung menuju ke kamar gue, dia sudah membuat Aji diam karena tatapan malasnya.

Gue dan Kezia berjalan dibelakangnya sambil ketawa ngakak dan geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka.

"Un, gue berasa di tikung" ucap Kezia setelah kita duduk santai dikasur dengan kaki bersila.

"Loh kok gitu? Kenapa? Gimana maksudnya? Bukannya lo baik-baik aja dengan kecuekan dia yang ngalahin kedinginan Raihan" tanya gue tanpa jeda iklan.

"Ya, gimana ya. Gue pernah bilang kan gue udah ga deket sama dia" gue hanya mengangguk dan mengingatnya.

"Sekarang, temen gue bukannya jaga perasaan gue malah bikin gue jadi gimana yaa. Susah dijelasin"

"Udah si gausah di pikirin" saran gue yang bener-bener gak bermanfaat.

"Iya. Gue cuma mau ngeluarin uneg-uneg gue dan kekesalan gue ke lo"

"Sip kalo gitu. Lagian lo udah deket sama yang lain kan. Tapi menurut gue lo jangan taruh hati lo sepenuhnya buat dia karena yaa dia juga cuek walaupun gak kayak si curut satu itu"

"Iyaa. Gue juga kemaren main bareng sama dia, beli novel sekaligus jalan-jalan gitu"

"Cieee. Pantes hp gue sepi, yang suka ngramein lagi menikmati keramaian di mall ternyata" ucao gue dengan sedikit tertawa membuat pipi Kezia sedikit memerah dengan senyum yang ditahan.

"Eh, perasaan gue mainnya gak lama deh"

"Kan gak lamanya bagi lo" ledek gue dengan muka yang dibuat-buat sedang mengejek.

"Lo sama Raihan gimana?"

"Hah? Mm. Gapapa kok"

"Gausah disembunyiin gitu" ucapnya dengan menaruh novel yang tadi dia baca di meja kamar gue.

"Iyaa. Gue sebernya kecewa gitu si sama dia, dia berhubungan sama cewe lain tapi gak ada ngabarin gue, seenggaknys dia bisa bilang dia chat sama siapa dan ngapain juga ngeyakinin gue kalo mereka emang gak ada apa-apa. Sedangkan gue, kalo gue chat sama siapapun gue selalu bilang dia bshkan gue tunjukin itu chat dan gue ga sibuk sendiri kayak dia" jelas gue dengan hidung yang memanas tanda ingin meneteskan air liur, oke harusnya air mata.

"Lah kok dia gitu si. Trus gimana?"

"Ya kemaren gue diemin dia. Baru baikan tadi. Noh boneka dari dia" gue menujuk kearah sebuah sofa yang ada dikamar gue dengan boneka minion lucu diatasnya.

"Gila lo. Minion sebanyak itu mau lo apain?"

"Yaudah si. Mereka itu semangat gue. Kalo gue kesel, gue bisa kan mukul-mukul tu boneka dengan anggap dia Raihan" Kezia hanya ngakak dengan ketawa khasnya dan hampir guling-guling dilante.

"Lo lebay banget sungguh. Tapi gue setuju, gue mau coba ah" gue hanya mendengus kesal dan memukul lengannya pelan.

"Raihan sama Aji makin akur aja ya" ucapnya tiba-tiba membuat bibir gue tersungging ke atas. Senyum yang tidak disengaja.

"Iya juga yaa. Seneng ngeliat mereka akur gitu." Gue senyum-senyum melihat langit-langit kamar gue dengan corak awan sedikit membuat langit-langit itu seperti langit sungguhan, hanya kurang bintang, bulan, dan mataharinya, cahaya gitu, contohnya kamu yang selalu menyinari duniaku.

"Eh Jojo mana?" Lanjut gue dengan tatapan bingung. Kezia hanya fokus kepada novelnya dan mengangkat bahunya.

Gue mengambil hp gue dan mengetik nama yang akan gue telfon.

Halo, apaan.

Lo dimana?

Oiya lupa bilang. Ditaman, sepedaan bentar.

Sama siapa?

Adik-adiknya Kezia.

Oh gitu. Jangan kesorean.

Iyaa bentar lagi.

Tutt tutt tutt.

"Dimana?" Tanya Kezia dengan tatapan yang tetap tak lepas dari bacaannya.

"Taman sama adek lo"

"Bisa langsung akur gitu. Ngakak gue" ucapnya dengan sedikit tertawa dan membalikan lembaran novelnya.

Iyaa, langsung akur gitu kayak Aji sama Raihan.

Eh gue udah lama ga main ke rumah mereka berdua. Keluarga mereka apa kabar yaa..

Maafkan untuk segala kekurangannya.

Vote!

Adik kelas VS Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang