81

2.2K 153 10
                                    

Mungkin kemarin bisa diartikan hari yang sangat beruntung atau menyedihkan karena penderitaan gue gak sampe kabarnya aja, melainkan gue bertemu mereka.

Iya, mereka, Raihan sama Ara. Raihan tampak menggandeng Ara yang sibuk dengan HP-nya, mereka berjalan bersebelahan tak lebih mesra dari saat mereka belum jadian.

"Emang gitu ya, pas deket mah romantis banget. Eh pas jadian pasti salah satunya udah gak sama lagi" celetuk Aji yang ternyata mengikuti pandabgan gue.

Gue sangat mengingat kata-kata Aji itu. Gue sebenernya merasa sedikit bersyukur juga. Karena bagaimanapun juga, Raihan yang nyakitin gue gak lebih bahagia dari gue.

Kalian boleh bilang gue egois, kejam, pendendam, atau apapun itu. Tapi, kalo kalian jadi gue, ada diposisi gue, kalian akan merasakan hal yang sama juga. Sedikit lega ternyata kalian gak akan dibikin iri ataupun cemburu melihat "mantan" kalian bersama cewek barunya.

Setelah melihat kejadian itu, gue akhirnya menyemangati diri sendiri untuk lebih tegar dan tidak berharap lagi kepada Raihan. Gue akan melupakannya jauh-jauh.

Pagi tadi, gue hanya dapat semburan dari guru BP gue yang dapat laporan dari Kak Tiara. Tapi setelah gue menjelaskannya dan ibu dari Kak Tiara juga tidak masalah, akhirnya gue bebas dan gue tidak bersalah, yang gue rasa begitu.

Siangnya gue hanya tersandung di depan rumah dan membuat anak kecil yang melewati rumah gue tertawa ngakak dan malah menyemprotkan air dengan pistol airnya itu.

Alhasil, seragam gue yang udah kotor jadi basah juga.

Sorenya gue hanya mengalami masalah gagal makan, dikarenakan saat sedang memasak gue malah sibuk Video Call sama si Nabila dan parahnya gue menggunakan headset yang membuat gue tidak tau apa yang terjadi. Penciuman gue juga rasa-rasanya sedang buruk.

Mungkin ini hari kesialan gue atau apalah. Tapi entah mengapa gue rasa ini lebih baik daripada gue mengurung diri di kamar seharian setelah mendengar berita Raihan dengan Ara.

Gue rasa ini tidak begitu buruk karena gue ternyata gak segalau dulu yang akan menangis dipojokan sampai Aji harus rela tengah malam menghampiri gue dengan senjata coklatnya.

"Una!"

"Eh? Apaaa?!" Teriak gue dari dalam kamar saat mendengar Jojo memanggil gue tanpa membuka pintu kamar gue.

"Ada Aji"

"Oke"

Gue berlari kecil menuruni satu persatu anak tangga setelah menggunakan kerudung simpel gue.

Bukannya ini hujan? Ngapain Aji kesini.

"Ji? Kok basah gini sih, buruan mandi gih terus ganti pake bajunya Jojo"

"Gamau ah, handuk aja sinih. Ga basah-basah banget kok"

"Oke. Bentar!" Gue berjalan cepat menuju kamar Jojo untuk mengambil salah satu handuknya yang disimpan di lemari.

Setelah mendapatkan handuk terhangat yang Jojo punya dan yang gue rasa. Gue langsung kembali menemui Aji yang kedinginan di ruang tamu.

"Nih. Buruan keringin badan abis itu langsung ke ruang tengah. Gue tinggal, gue mau bikinin..mmm...bikin apa yaa?"

"Susu coklat aja" jawabnya dengan sedikit menggigil.

"Oh okee. Buruan yaa" gue langsung gerak cepat menuju dapur dan cepat-cepat membuat susu coklat hangat untuk Aji.

"Un.. udah belum? Dingin nih. Brrr"

"Iya ini lagi diaduk" gue kembali ke ruang tebgah dengan membawa segelas susu coklat hangat untuk Aji.

"Lo ngapain?"

"Gue takut lo masih sedikit sedih, jadi gue kesini deh. Gue kangen lo juga, di sekolah gue gak ngeliat lo"

"Yaelah. Gue udah gak papa, terus lo mau pulang jam berapa? Gimana kalo ujannya berterusan"

"Nanti gue anterin naik mobil" sambar Jojo yang entah mengapa membuat hati gue tenang.

Gue meletakan handuk tadi ke atas pundak Aji dan menepuk-nepuknya lalu mengelusnya, berusaha membuat dia sedikit hangat.

"Lo gapapa kan?"

"Paan si. Gapapa gue, cuma kediginan aja soalnya gue jalan dan lupa gak bawa payung"

"Kenapa jalan?"

"Pengen jalan-jalan malem, eh malah tiba-tiba langsung diguyur ujan."

"Aneh-aneh si lo"

"Ini juga demi lo" ucapnya lalu menyenggol lengan gue "eh iyaa. Nih gue bawain coklat buat lo" sambungnya.

"Jangan coklat melulu kek Ji. Nanti Una sakit gigi gimana?" Celetuk Jojo.

"Iya lain kali gue bawain brownis atau apa deh"

"Yang coklat yaa" ucap gue penuh semangat.

"Yee, sama aja."

Iya tau kok lama, MAAF yaaa.

Memang lagi sibuk-sibuknya buat belajar(gadeng Una mah main hp mulu)

Bantu doanya yaaa. Koment sebanyak-banyaknya nanti aku usahain update lagi.

Makasih buat yang udah nunggu

Adik kelas VS Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang