53

4.4K 245 13
                                    

Sore ini Nabila, Fahri dan ketiga teman kita sudah berkumpul di rumah gue, jelas saja untuk mengerjakan tugas kemarin itu.

Dari tadi gue sudah mencoba untuk menghubungi Raihan, siapa tau dia akan memunculkan diri lagi karena adanya Fahri, yang termasuk teman dekatnya.

Tapi kenyataannya, tidak ada jawaban satupun yang dia berikan ke gue. Akhir-akhir ini dia jarang kelihatan dan jarang main lagi ke rumah gue.

Kata Jojo, di kelas pun dia menjadi sedikit diam. Gak ada yang tau alasannya diantara kita.

"Woy. Jangan ngalamun terus, kerjain!"

"Bego lo. Ngagetin gue aja." Gue memukul pelan lengan Fahri.

"Un, ini caranya gimana" teriak salah satu anggota. Bukan Nabila, karena dia malah asik menggambar dan berfikir akan dijadikan apa tugasnya nanti.


Waktu pun berjalan cukup lama sampai tugas gue sudah kelar termasuk semua yang pulang, kecuali Fahri. Dia menunggu Innas yang katanya mau nyusulin dia ke sini sekalian jalan-jalan mungkin.

Gue menunggu di sudut kota, maksud gue di ruang tengah dengan menonton TV, atau malah TV yang menonton gue.

"Assalamualaikum" terdengar suara cewe dan cowo di depan pintu gerbang istana gue, pintu rumah gue maksudnya.

"Waalaikumsalam" kami berempat pun menjawab dan menengok ke sumber suara.

Nabila dan Jojo hanya melirik sebentar karena mereka sibuk sendiri, Fahri pun begitu dia kembali pada tontonan anime-nya.

"Haii. Maaf ya lama" ucap cewe beralis tebal itu.

"Gapapa kok, Nas" jawab gue.

"Eh, kok kalian bareng?" Tanya Fahri yang sudah kembali pada dunia warasnya.

"Mm i..iya tadi ketemu" jawab Raihan, terlihat sedikit gugup sepertinya.

"Gue ke kamar ya, baru inget ada tugas Inggris" gue berdiri dan bersiap melangkahkan kaki gue.

"Aku bantuin ya?" Ucap cowo berkacamata tersebut.

"Gausah. Bisa sendiri kok" gue berjalan ke kamar. Yaa, walaupun gak ada tugas sama sekali kecuali tugas kelompok tadi, kalaupun ada juga gue ga berniat ngerjain.

Entah kenapa gue merasa sedikit curiga sama Raihan, tapi yaudahlah mungkin dia hanya ingin sedikit istirahat dan tidak ingin gue ganggu.

Gue membuka hp, membuka aplikasi instagram.

dan....

Jeng jeng jenggggg 🎉

Terpampang jelas di snap Ara dan Innas, mereka bermain bersama.

Ga masalah dong kalo mereka main bareng?

Masalahnya bukan itu, melainkan mereka itu bertiga dengan Raihan.

Seolah ditusuk pedang, foto itulah pedangnya.

Gue memandang foto itu, ekspresi yang sulit dijelaskan. Pastinya, kecewa, sedih, sakit, marah.

Tapi, gue cuma bisa pura-pura gatau dengan semua ini.

Gue meletakkan hp gue di nakas, menuju kamar mandi dan mencuci muka gue.

Gue turun ke bawah, berniat menghampiri mereka lagi. Gue duduk di sebelah Nabila yang asik dengan lukisannya, Jojo yang sibuk dengan game online-nya, selebihnya kalian tau kan, mereka ngobrol bersama.

Gue gak ada niatan untuk bergabung dengan salah satu dari aktifitas yang mereka lakukan.

Yang harus gue inget adalah tersenyum seolah semuanya baik-baik saja.

Mungkin saja salah satu dari cewe tadi menyadari bahwa gue melihat snap mereka, saat ini tidak ada yang menyadari betapa perihnya hidung gue.

Gue pengen guling-guling sambil berteriak, memberitahu mereka bahwa gue sudah terlalu tersakiti.

Tapi gue gamau segila itu. Masa depan gue masih panjang dan gue gak mau ngabisin waktu-waktu itu dengan kebodohan diri gue sendiri.

Gimana jadinya kalo gue gila. Nabila gak punya anak kecil lagi, Jojo gak punya pacar boongan lagi, Aji gak punya mantan yang bikin nyesel abis karena udah dia tinggalin, Fahri gak punya anak bully-an lagi, Kezia gak ada temen ketawa heboh lagi, terutama Raihan yang akan bingung harus menyakiti siapa lagi.

Waw.

Waw.

Waw.

Apakah kalian menyesal telah membacanya? Jawab saja.

Gue hanya mengutak atik remote, meminum susu coklat dingin yang tadi gue buat sendiri, seolah ketawa padahal gue nontonin iklan, hanya 2 detik saja mungkin.

"Un, lo kenapa?" Gue melirik Nabila, lukisannya telah selesai.

Seorang wanita yang terlihat sedang tersenyum, berjarak tidak begitu jauh dengan pasangan didepannya.

Apakah itu seperti gue?

Ga ah. Gue kepedean.

Tapi iya, itu kayak gue.

Nabila lo sungguh menggambarkan perasaan gue.

"Woy" teriak Nabila mengagetkan gue.

"Hah? Eh? Gada apa-apa."

"Gimana? Gambaran gue bagus kan?" Ucapnya dengan wajah berbinar kayak di kartun gitu.

"Iya bagus. Ngegambarin suasana hati seseorang" Nabila mengernyitkan keningnya, alisnya seperti ulet bulu jika tebal lagi. Bibir merah mudanya mengerut, bingung atau oon?

"Lo lagi kenapa?" Ucapnya sedikit pelan.

"Gak ada apa-apa Nabila ku"

"Yakin? Makan yuk biar lo lebih strong" ucapnys dengan mengangkat tangannya, seperti berkata "merdeka atau mati"

"Yaudah yuk" kita berdua berjalan ke arah dapur, meninggalkan mereka yang masih asik bahkan seperti tidak sadar bahwa gue lah tuan rumahnya.

Nggosipin apa si mereka? Uang arisan yang gak dibagi sama rata?


Bila pergi keinginanmu.
Katakan sebelum aku terlalu egois untuk melepasmu.
Bila pisah yang kau mau.
Sampaikan padaku agar aku tidak terlalu berharap lagi kepadamu.

Vote!

Adik kelas VS Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang