54

4K 290 25
                                        

Malam ini hanya tinggal kenangan yang ada, mm..maksud gue tinggal gue sama Jojo diruang tengah.

Tadi Kezia sempat kesini, tetapi dia harus meninggalkan kita berdua karena dia pergi dengan keluarganya.

Sungguh malang gue dan Jojo.

Tetapi malam ini cukup ramai dengan suara berisik di depan rumah kita, entah ada apa. Gue dan Jojo memutuskan pergi ke depan rumah, kepo kita itu. Setelah sampai di depan rumah ternyata seperti ada acara tetapi hanya orang-orang tua saja. Jadi kita memutuskan untuk duduk-duduk, toh di dalem juga ga ngapa-ngapain.

"Loh? Ji? Ngapain?" Iyaa tiba-tiba seseorang datang dengan motornya dan gue kenal orang itu.

"Bosen aja dirumah, trus liat snap kalian yaa gue kesini" jelasnya.

"Peka juga lo kalo Una butuh kasih sayang seseorang" sambar Jojo, gue hanya meliriknya sok sinis.

"Lagi ada masalah apa sama Raihan?" Dia duduk disebelah gue, tidak begitu dekat tetapi tetap saja dekat dengan jarak beberapa cm.

"Gak ada kok, Jojo aja tuh yang ngawur" elak gue.

"Paan si, gue tau lo lagi nyembunyiin sesuatu dibelakang kita-kita"

"Diem deh, nikmatin aja apa yang ada" Aji hanya tertawa melihat gue berdebat dengan Jojo.

Senyumnya itu, ahhh, gue ga kuatt liatnya. Ketawanyaa, duhhh pengen banget deh gue memdadak merem kalo dia lagi senyum atau ketawa gitu.

"Jalan-jalan yuk" ajak Aji. Gue mengangguk cepat, Jojo hanya melirik.

"Jadi Jojo ga diajak?" Katanya dengan nada manja.

"Diajak lahh, lo gak usah kaya anak kecil gitu. Geli gue" ucap Aji membuat Jojo memanyunkan bibirnya. Gemess.

Kita bercanda, bercerita tentang guru-guru yang tidak kita sukai, sampai akhirnya tiba di depan rumah Raihan.

"Un" panggil Aji.

"Hm?" Jawab gue sedikit menunduk memainkan jari-jari gue.

"Mau mampir?" Tanya-nya kembali.

"Heh? Ahh.. gausah deh, yuk lanjutin aja."

"Ayolahh udah jarang ketemu sama keluarganya" ucap Jojo.

Belum sempat gue menjawab, kedua cowok itu sudah menarik cukup kuat kedua pergelangan tangan gue.

"Jo! Ji! Lepasin ihh. Ribet juga manggil nama kalian"

"Diem deh" ucap Jojo.

"Iys diem aja" Aji melanjutkan kata-kata Jojo membuat gue diam 1 bahasa.

"Assalamualaikum" ucap kedua cowok tersebut sambil mengetuk pintu rumah tersebut.

"Waalaikumsalam" belum ada 1 menit, seorang wanita keibuan membukakan pintunya untuk kami dengan senyum ceria di wajahnya.

"Eh kalian? Udah lama gak main. Sini masuk" ajaknya.

"Iyaa tante" ucap gue ramah. Kedua cowok itu hanya cengengesan, gue menariknya ke dalam rumah dan mempertanggung jawabkan atas kebahagiaan gue ini.

"Tante kira Raihan main sama kalian"

"Lah? Hah? Kita aja belum ketemu dia, Tan" jawab gue. Kaget juga ya, dia kemana?

"Terus dia main sama siapa dong, udah sejak lama kok padahal kan besok sekolah. Tapi malah dia main sampe malem gini"

"Emm.. mungkin ada urusan tante" ucap gue mencoba membela walau sakit rasanya. Yang ada dipikiran gue dia sedang bermain dengan... yaa mereka lahh, biar inu menjadi rahasia gue.

"Yaudah nanti tante tanyain deh. Eh kalian ada apa ke sini?"

"Emm ini tante, Una kangen aja Raihan sekarang jadi sering sibuk sendiri" ucap Jojo dengan muka tanpa dosa.

Gue mencubit pahanya sedikit keras, kesal rasanya punya sepupu yang mulutnya ga pernah dijaga, ga mungkin kan gue harus nyewa orang buat ngejags mulut dia, atau perlu digembok sekalian.

"Aww. Apaan si" teriaknya, tidK begitu keras juga.

"Ahh? Kangen yaa. Besok main yaa ke rumah, besok mau ada acara disini yaa cuma beberapa keluarga si cuma ingin mampir" gue hanya cengar cengir, bingung harus menjawab apa. Tidak enak juga kalo menolak.

"Gapapa ya? Bantuin tante ya. Mau kan?"

"Mm. Iya deh, Tan" gue tersenyum menjawabnya. Dia lun ikut tersenyum, lebar, bahagia. Apakah dia hanya membutuhkan seorang pembantu? Bukan menantu?

"Yaudah Tan, kita pulang dulu yaa. Besok kan mau sekolah lagi, juga kasian Una kecapean" ucap Aji menbuat ketegangan gue sedikit melega. Walau sudah akrab dengan keluarga Raihan, tetapi ya tetap saja gue bingung jika tanpa tujuan gini.

"Oh iya iyaa. Ati ati ya nak" ucapnya sambil mengantar kami ke depan rumah.

"Assalamualaikum, Tan" ucap kami bertiga dan langsung bergegas pergi. Terdengar tidak begitubjelas jawaban salam daei wanita tersebut.

"Un, besok berangkat bareng ya?" Kata-kata Aji membuyarkan lamunan gue tentang Raihan.

"Hah? Mm... iya" ucap gue dan tersenyum getir, tanpa rasa, hambar.

Aji tersenyum bahagia, tetapi gue sedang tidak memperdulikannya karena pikiran gue yang tertuju kepada Raihan.

"Udah jangan mikirin Raihan terus" goda Jojo.

"Paan si?" Gue langsung ke dalam rumah dan menuju kamar setelah berpamitan dengan Aji.

Gue memutar-mutar hp gue, bingung, haruskah gue telfon dia atau pura-pura gatau?

Akhirnya gue memutuskan untuk telfon untuk memastikan keadaannya.

Una
Raihan

Telfon on.

Halo? Ada apa Un?

Hah? Emm... engga papa.
Kamu dimana?

Aku? Dirumah lah. Kenapa? Kok tanya gitu?

Beneran dirumah? Lagi ngapain?

Nonton tv nih sama emak juga.
Ada apa si?

Gapapa. Soalnya tadi pas aku ke rumah kamu, kamu gak ada dan kata mamah kamu, kamu lagi main.

Ehh

Yaudah lanjutin aja nonton tv nya. Nite.

Telfon off.

Gue langsung memutus sambungan telephone sebelum Raihan melanjutkannya.

Benarkah ini Raihan? Dia berbohong?

Mungkin aku mimpi?

Atau hanya berkhayal karena terlalu khawatir dan cemburu.

Tetapi ini sungguhan! Gue baru saja ke rumahnya dan sepi. Baru saja gue menelponnya, tetapi dia bilang dia di rumah dan menonton tv.

Sebuta itukah gue ga ngeliat dia?

Setuli itukah gue ga mendengar suara tv? melainkan suara air yang sedang dimasak/dipanaskan.

Memang benar. Ketika terlalu mencintai dan tulus, akan banyak juga ujian yang didapat.

Ayo gaess Vote! Nya.
Makasih buat semua dukungan kalian yaa.

Ada yang sadar ga? Kalo kemarin Adik kelas VS Kakak kelas menjadi #7 dalam Humor.

Walaupun rank-nya naik turun gapapa lah, aku tetep bersyukur.

Makasih buat semuanya. Terus dukung ADKEL VS KAKEL yaa.

Vote!

Adik kelas VS Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang