47

4.4K 247 3
                                        

Gue yakin banget kali ini dia lebih kecewa dari saat gue berpamitan ke luar negri, mungkin dia cuma berusaha santai agar terlihat baik-baik saja.

Gatau kenapa gue mulai merasa biasa kalo-kalo si Tiara mulai mendekati gue, atau sebenernya dia adalah pelampiasan rasa sakit gue saat melihat Una dengan Raihan? Tapi gue ga sejahat itu.

Tapi walaupun begitu, gue ga pernah benci Una ataupun Raihan atau malah berusaha menghancurkan hubungan mereka.

Gue yakin, saat ini juga Raihan sama seperti gue, bersama orang lain tetapi pikirannya tertuju pada Una, memikirkan hal-hal yang dapat membuatnya bahagia.

Menurut gue, sepertinya Una lebih kecewa dengan Raihan karena sekarang yang ada dihatinya adalah dia, bukan lagi gue walaupun dia menganggap gue sebagai kaka, gue sebaliknya, kelewat sayang dari kata kaka adek-angkat mungkin-

Gue akan bercerita sedikit tentang dirinya.

Dia adalah cewek kecil berkacamata dengan hijab yang selalu membalit kepalanya saat keluar rumah, cewek kelewat malas yang sebenarnya rajin jika mood, cewek yang selalu terlihat ceria dalam jutaan masalah.

Sedikit yang gue tau karena dulu juga gue terlalu cuek ke dia sebelum akhirnya dia berusaha membuat gue bersikap layaknya pacar.

Raihan, menurut gue dia sebisa mungkin akan selalu menjaga perasaan Una, tetapi malah semakin dia menjaganya dia membuat Una sakit hati dengan kelakuan dan sikap dinginnya.

Mereka itu sama-sama sayang tetapi tertutup dengan kecuekannya.

Betapa perhatiannya gue ke mereka.

Gue masih inget saat setiap malam dia meminta gue untuk memberinya vn beatbox dan gue selalu menolaknya. Dia yang gugup saat pertama kali gue gandeng, dia yang sok pendiam padahal benar-benar petakilan.

Kenapa gue selalu ngecewain dia dan baru nyadar sekarang?

Apa gue harus berlari ke Tiara agar tidak terus-terusan membuat Una kecewa dan gue bisa lebih ikhlas saat dia bersama cowo lain.

"Aji? Kamu kok diem aja si dari tadi?" Tanya seorang cewek yang sedang berjalan di sebelah gue.

"Gapapa kok"

"Gimana tadi film-nya?

"He? Bagus kok bagus" gue tersenyum sebisanya, Tiara kembali terdiam dengan sebotol minumnya.

Ya. Sekarang gue sedang bersama Tiara, menonton film terbaru di bioskop terdekat.

"Kita kemana lagi?" Tanya-nya kembali membuat gue sedikit kesal, pikiran gue yang sedang bekerja keras untuk mendapatkan maaf dari Una lenyap karnanya.

"Pulang

"Kok gitu si"

"Kalo lo mau jalan-jalan lagi. Sendiri aja, gue cape pengen tidur" dia hanya mendengus kesal dengan wajah yang ditekuk membuat gue eneg, saat Una melakukannya mungkin gue akan menghiburnya dan gemas karna mukanya, tapi tidak dengan cewe yang satu ini, gue merasa malas memandangnya.

Didalam mobil gue hanya terdiam dengan telingan tertutup headset, sekeras apapun gue menyetel radio, pasti Tiara akan mengganggu gue, jadi lebih baik gue menggunakan headset dan fokus kepada jalan.

Gue hanya mengantarnya sampai depan komplek rumahnya dan langsung melesat pergi saat dia ingin menyampaikan sesuatu.

"Bebasnya gue saat sendiri gini. Mending dikurung sama Una daripada harus jalan sama Tiara yang super cerewet dan ga mutu" gue bermonolog sambil memandang keliar jendela sesaat.

Una, gue bakal berusaha bahagiain lo. Tunggu perubahan gue buat lo, gue ga bakal ganggu lo dengan perasaan gue karna gue ingin lo fokus hanya terhadap satu cowo, Raihan.

Bolehkh gue menjadikannya tempelan di hati? Gue ga berharap dia membalas perasaan gue, tapi gue juga masih berharap untuk memilikinya bukan harus sebagai pacar.

Hayyy, habis baca Raihan POV's, sekarang baca Cogan POV's😅

Vote!

Adik kelas VS Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang