Pendahuluan

21.3K 764 16
                                    

Seorang gadis kecil berusia tujuh tahun duduk dan tertunduk sedih sambil menangis. Lama ia duduk sendiri dalam sebuah rumah pohon kecil. Siang itu mendung sehabis hujan.

"Kakek cariin dari tadi. Ngapain disini?" tanya seorang pria yang mulai renta.

Kakek itu berdiri didepan cucunya sambil berpegangan pada tangga kayu yang dipijaknya. Seharian kakek mencari cucunya yang tiba-tiba menghilang dari rumahnya.

"Kakek boleh masuk ke rumah pohon, ya?" tanya kakek yang terlihat sangat sabar itu sambil menapaki tangga bambu lalu duduk sambil memangku cucunya.

Cucunya itu masih tertunduk sambil menghapus sisa-sisa air matanya. Dengan tersendat-sendat, ia berkeluh kesah pada sang kakek.

"M-mama jahat, kakak juga jahat!! Aku benci semuanya...."

Kakek itu mengelus kepala cucunya dengan penuh kasih sayang sambil mendekapnya.

"Eits, nggak boleh ngomong gitu. Nggak baek, nak. Ntar bisa dapet dosa lho. Dengerin kakek ya... mereka nggak jahat, kok."

"Kalo nggak jahat trus apa namanya?! Aku kesel banget, kek! Pokoknya mereka jahat semua!!"

Kakek itu tersenyum sambil mencium kepala cucunya.

"Dengerin kakek, mama nggak jahat tapi memang gitu sifatnya. Biar gimana pun, kamu harus tetep sayang sama mama. Nggak boleh benci, ntar dibenci sama Allah! Mau dibenci sama Allah?" pancing kakeknya.

Cucunya itu segera menggeleng mantap sambil sesekali sesenggukan.

"Nah, makanya jangan benci sama mama. Mama itu harus disayang. Kalo kakak, kakak itu juga nggak jahat. Dia belum tau aja gimana baeknya cucu kakek yang satu ini. Pokoknya, pesen kakek ke kamu cuman satu-kamu harus tetep sayang sama mereka. Mau, kan? Janji sama kakek, ya?"

"Tapi... kalo mereka tetep jahat gimana?"

Kakek itu tertawa sambil mencubit gemas pipi cucunya.

"Kakek yakin, mereka pasti nanti bakal berubah."

"Caranya, kek?"

Kakek langsung terdiam karena bingung. "Ehm, mungkin kayak pelangi itu." Tunjuk kakeknya ke arah barisan langit yang berwarna-warni.

Cucunya itu langsung takjub menatap keindahan pelangi di langit.

"Wah, bagus banget!! Bagus, ya kek?!" serunya kegirangan.

Kakek itu hanya menggeleng melihat tingkah cucunya yang dalam sekejap bisa melupakan kesedihannya hanya karena melihat pelangi.

"Kayak pelangi itu yang muncul di langit sehabis ujan. Kamu juga nggak selamanya sedih terus, Ver. Semuanya bakal berubah jadi kayak gambar yang kamu bikin kemarin ini." Tunjuk kakek ke sebuah dinding yang terukir.

Verinda termenung mendengar nasehat kakeknya. Ia masih terlalu kecil untuk memahami makna dari setiap perkataan kakeknya.

"Bagus yah gambarku, kek." Seru Verinda lalu kembali asyik memandangi warna pelangi yang perlahan mulai memudar.

"Lho, kok pelanginya udah ilang? Kok ilang, kek?"

"Itu artinya, kita harus pulang. Nenek nanti bisa marah-marah kalo nggak cepet pulang. Ayo, turun!" ajak kakeknya sambil menggendong cucunya turun dari rumah pohon.

author's note:
hi there, it's my first published novel 😁 maafkan jika bahasanya jadul, karena sebetulnya ini tulisan udah lama banget. jadi maklumi juga  yah kalo belum secanggih sekarang setting lokasi or situasinya 😗
ditunggu vote or komennya 😊 your comments are my motivation 😀 bye and peace out! 🖖

Miss Troublemaker (nona si pembuat onar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang