Wowowowow 😨😨😨 nggak nyangka udah #103 ini si miss troublemaker 😍 terima kasih buat dukungan kalian yah 😘 keep support miss troublemaker biar ratingnya naek terus ya, gank 😁 sapa tau terus ada yang minat ngebukuin 😎 *ngarep 🤣😂😆
Author signed out 🖖
____________________________________Edenin turun dari mobil menuju ke arah gedung sekolahnya dengan lesu. Suasana SMA 3 Global Jaya yang sudah ramai dengan celotehan riang tidak mampu menghilangkan mendung di hatinya. Ia menatap sejenak kertas yang diberi papanya tadi pagi. Ia sudah memutuskan akan mendatangi alamat itu sepulang sekolah nanti. Samar-samar Edenin mendengar derap langkah mendekat namun ia tidak mau mempedulikannya sampai ia merasakan lengannya dipegang dari belakang.
"E-elo, Dit?" kata Edenin lalu memasukkan kertas kecil itu ke saku.
"Gue panggil-panggil elo terus dari tadi." Raditya lalu melepas lengan Edenin. "Elo kenapa sih, Chel? Akhir-akhir ini-elo jadi pendiem banget."
Edenin tidak menjawab. Mereka lalu berjalan beriringan dalam diam. Raditya tampak tidak tenang. Ia berusaha mengatakan sesuatu namun tertahan di ujung lidah. Ia lalu berhenti melangkah.
"Chel!" seru Raditya tiba-tiba.
Edenin yang beberapa langkah di depannya lalu menoleh dengan kaget.Raditya menatap lurus mata Edenin. Mendadak nafasnya memburu seperti orang yang baru saja lari maraton. Ia menghampiri Edenin lalu menarik bahunya agar menghadap ke arahnya.
"Dit?! Elo apa-apaan sih?!" Edenin panik karena menyadari bahwa semua orang yang ada di sana langsung melotot ke arahnya. "Dit, lepasin. Kita diliatin anak-anak!" bisiknya histeris.
Raditya tidak peduli dengan protes Edenin. Ia malah makin menunduk dan menarik bahu Edenin agar mendekat ke arahnya. Tangan Edenin langsung reflek berusaha mendorong Raditya.
"Chel," katanya dengan suara yang dibuat tenang. "A-ak... maksud gue-ehm, anak," Raditya tidak dapat meneruskan kalimatnya karena mendadak Edenin menariknya kuat-kuat hingga keduanya terjatuh.
Sebuah mobil merah melaju cepat melintasi posisi di mana mereka baru saja berdiri. Terlambat sedikit saja bisa dipastikan Raditya masuk ICU.
Raditya merasa dadanya sesak karena Edenin jatuh menimpanya. Edenin yang menyadari posisinya segera menggeser tubuhnya. Raditya terbatuk-batuk sebelum akhirnya berhasil berdiri.
"Sialan!!" maki Raditya. Ia lalu menatap Edenin. "Elo nggak apa-apa, Chel?"
Edenin menggeleng sambil membersihkan seragamnya yang kotor. Aneh, kok? Ia merasa pernah mengalami kejadian semacam ini sebelumnya. Namun tak perlu waktu lama baginya untuk mengingat kapan pastinya kejadian seperti itu terjadi.
Mobil jenis sedan sport mulus warna merah itu perlahan berhenti dan segera mengundang decak kagum di sekelilingnya. "FERRARI, BRO!! Tipe terbaru!!" seru salah satu siswa cowok di antara berbagai macam komentar ribut siswa lainnya.
Raditya melangkah cepat ke arah mobil mewah itu. Ia bersiap akan memaki pengemudinya sementara Edenin berjalan mengikutinya di belakang. Pintu mobil sport itu terbuka.
Verinda menutup kembali pintu mobilnya. Matanya memandang Raditya dengan sinar keangkuhan dan kebencian. Raditya dan Edenin langsung berhenti di tempat. Verinda tersenyum sinis dengan sangat puas memandang Raditya yang speechless. Ia lalu melenggang pergi tanpa dosa. Raditya masih terjebak dalam kekagetannya.
Ada banyak pasang mata yang menatap mereka terutama pada Verinda dengan penuh ingin tahu. Maklum reputasi mereka di sekolah bisa disebut sebagai selebriti sekolah sehingga menarik minat para biang gosip. Terutama mengingat kemunculan terakhir Verinda di sekolah seperti adegan di film action. Muntah darah sebelum pingsan dan dibawa ke rumah sakit dengan mobil berkecepatan tinggi.
Raditya masih speechless. Terjebak antara rasa bersalah dan marah. Sementara itu Edenin tidak mau berlama-lama segera bergegas mengejar Verinda.
"Ver!" panggil Edenin namun tidak mau dipedulikan oleh Verinda. Edenin mendengus kesal tapi ia tidak menyerah. "VERINDA!" teriaknya sambil meraih paksa lengan tangan Verinda.
Verinda terpaksa berhenti dan menoleh tapi ia tidak mau menatap mata Edenin. Ia lalu menepis tangan Edenin. Padangannya menatap ke sekeliling dengan galak untuk mengusir biang gosip yang berusaha menguping.
Edenin menatap lurus pada Verinda. Ada sedikit kelegaan dari ekspresi Edenin. Ia ingin tersenyum tapi buru-buru ia menggeleng cepat. "Lo tadi sengaja, ya? Aksi elo tadi tuh bahaya banget!!" omel Edenin yang membuat Verinda terpaksa menatapnya. Verinda mengerutkan alisnya tapi perlahan tersenyum sinis. "Lo mau balas dendam ke Radit gara-gara waktu itu, kan?!"
Verinda hanya balas menatapnya dingin. Pandangannya lalu teralih pada Raditya yang berjalan mendekat. "Bukan urusan elo." Bisiknya lalu berbalik pergi sebelum Raditya mencapainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Troublemaker (nona si pembuat onar)
Teen Fiction"Verinda itu anak badung. Pokoknya mama nggak mau kamu deket-deket dia, Chel." Doktrin itu udah terlanjur melekat di kepala Edenin, kakak Verinda. Mamanya aja udah tobat ngadepin perilaku anak bungsunya. Edenin yang manja dan anak mama, jelas aja la...