05. Yang Terpilih

10K 554 2
                                    

Verinda duduk sambil bertopang dagu dalam kelasnya. Dengan malas ia memperhatikan seorang guru Fisika yang sedang menerangkan pelajarannya. Pada tengah-tengah pelajaran, seorang siswa kelas dua mengetuk pintu dan meminta ijin untuk memberi pengumuman.

“Buat anak kelas 1A yang namanya dipanggil mohon langsung keluar kelas.” Kata kakak kelas tersebut sambil membuka sebuah kertas dari saku celananya.

Verinda menatap malas pada siswa kelas dua. Tidak peduli. Sok penting amat sih. Ia menghela nafas sambil mencorat-coret halaman belakang buku tulisnya.

“… yang terakhir, Verinda Alseydila Yoanita.” Kata siswa kelas dua itu. “Silahkan keluar kelas dulu.” Lanjutnya lagi sambil melipat kertasnya.

Verinda termenung sejenak ketika mendengar namanya dipanggil. Dengan malas, ia bersama beberapa teman sekelasnya pergi mengikuti kakak kelasnya itu.

Verinda dan teman-temannya yang lain digiring menuju lapangan upacara. Ternyata selain dari kelas 1A, ada beberapa anak dari seluruh kelas satu yang lain juga ikut dipanggil. Sementara itu, nampak juga beberapa anak kelas dua yang menunggu kedatangan Verinda dan rombongan yang lain di tengah lapangan.

“Pertama-tama, kenalin dulu—nama gue Azzam.” Kata kakak kelas yang tadi memanggil Verinda memperkenalkan diri. “Gue ketua umum PASKIBRA yang baru, gue ngumpulin elo semua di sini buat ngasih tau kalo elo semua yang ada di sini itu kepilih buat jadi petugas pengibar bendera pas tanggal 17 agustus bulan depan.” Lanjutnya.

Anak-anak kelas satu mulai ribut dan sibuk berkasak-kusuk. Bisa ditebak, hanya Verinda yang stay cool dan nggak banyak komentar.

“Ssst, jangan ribut dulu dong!” Kata kakak kelas dua yang lain.

“Kalian pasti heran kenapa kalian bisa kepilih. Jawabannya simple aja, waktu MOS kemaren—kita udah hunting siapa-siapa aja yang cocok buat jadi petugas pengibar bendera. Nah, untuk itu kalian kita kumpulin sekarang.”

“Oya, kalian yang udah kepilih ini nggak boleh ngundurin diri tanpa ada alasan yang jelas. So, gue harap kalian yang udah kepilih ini mau ikut.” Sahut salah seorang kakak kelas lain. “Eh, sebelumnya kenalin dulu—gue Adinda, gue wakil ketua umum PASKRIBA.” Tambahnya lagi.

********************************

Sore itu, wajah mama nampak sumringah menyambut kedatangan papa yang baru pulang dari kantor.

“Sore, pa!” sapa mama sambil tersenyum.

Papa membalas sapaan mama dengan senyum dan ciuman di pipi. Mbok Tun juga turut menyambut kedatangan majikannya untuk membawakan tas kantornya.

“Lho, kok sepi? Anak-anak pada ke mana, ma?” tanya papa heran.

“Si Chelia lagi di sekolah. Dia tadi pamit pulang telat soalnya dia sibuk latian cheer.” Jawab mama sambil menggandeng papa masuk.

“Latian cheer? Tumben sampe jam segini.”

“Kata Cheli mau ada kompetisi cheer. Biasa, kan? Bulan agustus gini banyak lomba yang diadain, pa.”

Papa manggut-manggut sambil melepas dasinya.

“Bener juga, sekarang udah bulan agustus. Ehm, kalo si Ver?”

“Kalo anak itu mana pernah pamit sama mama! Nggak tau kok dia belum pulang juga.”

Amelia memberi kode kepada seluruh anggota untuk berkumpul membentuk lingkaran.

“Girls, ini adalah latian terakhir kita. Lusa tanggal 15 agustus, kita udah ikutan kompetisi. Gue harap kalian nggak ada yang lupa ama gerakan kalian masing-masing dan semoga kita menang!!”

Miss Troublemaker (nona si pembuat onar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang