Kok banyak yang pada protes gantung sih 🤔🤔🤔 ya udah nih mimin author cantolin sekalian yah 😂😂😂 *ehh
Have a good day 🖖🖖🖖
____________________________________Edenin memegang pergelangan tangannya yang sakit karena ulah Raditya.
"Apa-apaan sih lo, Dit?! Kalo mau ngajak gue ke sini bisa baik-baik kan caranya! Nggak usah nyeret-nyeret gue segala!!" bentak Edenin.
Raditya mengalihkan pandangannya dari Edenin sambil berkacak pinggang. Setelah Edenin terdiam, ia baru kembali menatap Edenin.
"Sorry." Katanya singkat, datar dan sekenanya.
Edenin langsung melotot mendengar permintaan maaf yang tidak ikhlas itu.
"Chel," kata Raditya dengan nada yang terlihat jelas bahwa ia sedang resah. Emosi Edenin mendadak hilang. "gue denger dia pergi?" tanyanya kemudian dengan nada yang dipaksakan datar.
Edenin menghela nafas lalu berbalik membelakangi Raditya.
"Elo peduli banget sama si Ver." Komentar Edenin. Ia lalu menoleh dan menatap Raditya dari sudut matanya. "Iya, dia pergi. Nggak tau ke mana." Jawabnya sambil kembali menatap lurus entah kemana.
"Gue cuman belum minta maaf," kata Raditya lalu mendekati Edenin. "gue emang sengaja nimpuk dia waktu itu." Lanjutnya setelah ia berada tepat di belakang Edenin.
Edenin tertawa kecil sambil menggelengkan kepala.
"Yah, dia emang nyebelin sih... dia," kerongkongan Edenin mendadak kering. Ia tidak sanggup melanjutkan perkataannya.
"Chel," panggil Raditya pelan lalu memegang bahu Edenin. "elo nggak apa-apa, kan?" tanyanya dengan suara takut-takut.
Edenin mendengus sambil berusaha tersenyum. Ia menghapus air yang membasahi kedua pipinya dengan cepat. Ia lalu menatap Raditya sambil menggeleng.
"Nggak. Gue nggak apa-apa. Gue cuman sebel aja sama anak belagu itu. Dia pergi nggak pamit." Katanya dengan nada marah yang serak. Air mata kembali menetes dari matanya. "Elo nggak perlu kuatir, Dit. Dia pasti nggak bakal permasalahin elo yang nimpuk dia. Dia kan emang suka cari gara-gara," ia mengusap wajahnya sambil tertawa getir. "sama aja dia kayak elo. Suka cari perkara. Biangnya nyebelin. Suka seenaknya." Lanjutnya sambil menunjukkan pergelangan tangannya yang memerah.
Raditya terpaku sejenak menatap Edenin. Ia meneguk ludahnya lalu buru-buru mengalihkan pandangannya.
"Tangan lo masih sakit?" tanyanya sambil berbalik membelakangi Edenin.
Edenin mendengus melihat tingkah Raditya yang menunjukkan empatinya dengan cara yang salah. Namun ia kemudian tersenyum tipis. Aneh baginya karena mendadak ia tidak bisa marah lagi. Sikap Raditya terasa sangat familiar.
"Kalo ngerasa bersalah dan mau minta maaf boleh kok." Kata Edenin.
Raditya langsung berbalik dan menatap Edenin dengan heran. Ia baru mau membuka mulut namun Edenin keburu berjalan menuju pintu.
"Mau ikut turun nggak?" tanya Edenin sambil membuka pintu. Ia lalu menoleh ke Raditya yang tidak juga membalas ajakannya. "Kok diem?"
Raditya menghela nafas sejenak lalu memutuskan untuk ikut turun. Edenin berjalan di depan. Edenin sudah sampai pada anak tangga terakhir sementara Raditya terhenti pada beberapa anak tangga sebelumnya.
"Chel," panggil Raditya. Edenin kembali menoleh. "maafin-gue, ya." Lanjutnya dengan terpatah-patah. Ia mengalihkan matanya dari mata Edenin. "Tadi, kebawa emosi. Gue-gue nggak sengaja." Tambahnya.
Edenin termenung menatap Raditya. Bener-bener anak ini.... Ia membuang nafas dari mulut lalu mengulurkan tangannya yang sakit.
"Pijetin." Katanya dengan nada perintah.
Raditya langsung shock dan kebingungan. Salah seorang calon pewaris perusahaan besar disuruh memijat. Apa kata dunia? Raditya speechless dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia mendengus sambil menuruni anak tangga menghampiri Edenin yang masih mengulurkan tangannya.
Edenin menyodorkan tangannya yang sakit ke Raditya.
"Nih! Sakit," katanya sambil tersenyum dalam hati.
Raditya menggigit bibir bawahnya. Sialan! Tapi, emang salah gue juga.... Aarrgh, gara-gara anak barbar itu sih!! Ia baru saja menyentuh tangan Edenin dengan salah satu ujung jarinya ketika Edenin mendadak tertawa lepas. Raditya langsung melongo melihat tingkah Edenin.
"Ya ampun, Dit. Elo tuh lugu juga ternyata. Gue becanda lagi." Ia lalu menarik nafas panjang sambil kembali memamerkan senyumnya. "Tapi, thanks ya. Gara-gara ini gue bisa ketawa lagi. Gue terhibur meski cuman bentar." Edenin tersenyum manis lalu berbalik dan meninggal Raditya yang masih melongo.
Raditya mengalami speechless yang makin menjadi-jadi, tapi ia lalu tersenyum sendiri. Ia lalu menatap punggung Edenin yang makin lama makin menjauh dari pandangannya. Perlahan senyumnya menghilang seiring Edenin yang menghilang dari pandangannya. Ternyata mereka sama resehnya. Tapi, anak itu.... Aaargh, dasar anak barbar sialan!! Bel tanda lalu masuk berbunyi kencang. Raditya pun segera sadar dari lamunannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Troublemaker (nona si pembuat onar)
Teen Fiction"Verinda itu anak badung. Pokoknya mama nggak mau kamu deket-deket dia, Chel." Doktrin itu udah terlanjur melekat di kepala Edenin, kakak Verinda. Mamanya aja udah tobat ngadepin perilaku anak bungsunya. Edenin yang manja dan anak mama, jelas aja la...