06. Paskibra Penyelamat

7.7K 417 10
                                    

Merdeka!! Hari itu tanggal 17 Agustus. Pagi yang cerah untuk mengenang seluruh jasa para pahlawan yang telah gugur membela negara. Seluruh siswa dari semua kelas telah berkumpul di lapangan upacara begitu juga para guru dan staf.

Di luar lapangan, di dalam gedung olahraga tepatnya. PASKIBRA dengan seragam pantalon putih atau disebut baju PDU kebanggaan telah berdiri dengan posisi siap. Upacara memperingati hari kemerdakaan pun dimulai. Serangkaian prosesi telah dilewati satu per satu. Tiba giliran PASKIBRA beraksi untuk mengibarkan sang Merah Putih yang tercinta diiringi koor lagu Indonesia Raya yang mengharubirukan suasana.

"Pengibaran Bendara Sangsaka Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya." Kata Seorang protokol melalui microphone.

"PASUKAN SIIAAAP, GRAAK!" teriak Azzam yang memimpin pasukan. "LANGKAH TEGAP MAJU, JALAN!" lanjutnya lantang sambil mengambil ancang-ancang untuk berjalan tegap.

PAKIBRA yang seluruhnya terbagi menjadi tiga pasukan yakni, pasukan 17, pasukan 8, dan pasukan 45 itu terus melangkah dengan mantap menuju ke tengah lapangan upacara. PASKIBRA melangkah dengan suara berderap rapi. Seperti biasa, para peserta upacara yang terdiri dari siswa dan siswi mulai ribut. Mereka sibuk cuap-cuap atau bersuit-suit ria kepada siapa-siapa dari anak PASKIBRA yang menarik perhatian mereka.

"Lho?! Lho, Chel!! I-itu bukannya adek elo?!" kata Raya yang super heboh.

Edenin memicingkan kedua matanya sambil mencari sosok Verinda diantara sederet siswa-siswa yang mengenakan setelan pantalon putih-putih.

"Hah, mana?! Elo salah liat kali!!"

"Ah, mata elo nggak beres! Itu yang bawa bendera!!" tunjuk Raya.

Nia dan Nadia yang ikut-ikutan mencari lalu membenarkan Raya.

"Oya, itu adek elo!!" kata Nadia dan Nia nyaris serempak.

Edenin tercengang, melongo, dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Verinda anggota PASKIBRA? Imposible. Fatamorgana semata. Mungkin itulah yang ada di pikiran Edenin saat itu.

"Hah, kok bisa?" kata itulah yang meluncur dari mulutnya setelah sekian lama.

"Wah, gokil adek elo! Diem-diem, hanyut kita!" seru Raya.

Seorang guru muncul dari belakang kuartet DC sambil membawa sebuah tongkat kecil. Guru itu menepuk-nepuk kepala Raya.

"Heh, jangan berisik! Ini upacara bukan pasar atau mall!!" omelnya.

"Aow!! I-iya, bu. Ampun! Nggak bakal berisik lagi deh." kata Raya sambil melindungi kepalanya agar tidak dipukul.

Sementara itu, PASKIBRA terus menjalankan tugasnya. Mereka yang terbagi atas tiga pleton telah menepati posisinya masing-masing.

"BUKA FORMASI, JALAAN!" teriak Azzam.

Serempak seluruh pasukan dari tiga pleton berpencar membentuk formasi yang menyerupai lambang burung garuda bila dilihat dari atas. Sementara itu, Verinda berjalan dengan diapit kedua teman cowoknya menuju tiang bendera.

"Langkah tegap maju, jalan!" kata Verinda memberi aba-aba pelan kepada dua temannya agar langkah mereka terlihat serempak.

Trio pengibar bendera terus melangkah mendekati tiang bendera. Dengan cekatan mereka mengaitkan bendera pada tali pengerek. Sementara itu, anak PASKIBRA yang lain nampak harap-harap cemas menanti bendera yang akan segera dibentangkan. Mereka berharap bendera itu tidak terbalik.

Verinda memegang kedua ujung bendera yang terlipat itu dengan hati-hati. Ia memberi kode untuk kedua temannya agar bersiap-siap.

"Tiga, dua, satu!" kata Verinda pada kedua temannya lalu perlahan ia melangkah mundur sambil menarik kedua ujung bendera.

Miss Troublemaker (nona si pembuat onar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang