Verinda terpaksa berdiri di dalam bus karena seluruh tempat duduk telah terisi penuh. Sejak kecil ia memang terbiasa mandiri. Sejak SD ia diantar jemput mobil jemputan sekolah dan sejak SMP ia mulai naik angkutan umum. Verinda terbiasa menggunakan jasa bus atau bajaj untuk pulang pergi ke sekolah. Verinda merasa lebih nyaman berdesakan dalam angkutan umum daripada harus duduk dibelakang sopir seperti yang dilakukan kakaknya. Yap, sejak kecil kakaknya selalu diantar jemput mobil pribadi untuk pulang pergi ke sekolah.
"Naik angkutan umum lagi, Ver?" tanya papa ramah sambil menurunkan koran yang sedang ia baca. Papa Verinda bisa dibilang super sibuk. Jarang-jarang bisa nyantai di rumah.
Verinda menjawabnya hanya dengan sebuah anggukan kecil.
"Kok nggak pake sopir aja? Di rumah kan banyak mobil nganggur." Kata papa sambil melipat korannya.
"Biar dia belajar mandiri, pa." sahut mama yang tiba-tiba muncul sambil membawakan secangkir teh untuk papa.
Mama memberi kode dengan wajah galaknya agar Verinda segera pergi ke kamarnya. Wajah mama kembali ramah ketika menoleh ke arah papa. Verinda memperhatikan tingkah mamanya sejenak lalu pergi ke kamarnya. Verinda menutup pintu kamarnya dengan tidak sabar. Ia mendengus sejenak sambil memejamkan kedua mata. Ia merasa sangat kesal dengan tingkah mama yang selalu menganggapnya sebagai musuh.
Verinda memegangi kepalanya yang tiba-tiba berdenyut. Bibir bergetar dan giginya gemeretak. K-KENAPA SIH?!! Verinda mondar-mandir seperti orang yang kebingungan. Dengan penuh amarah ia menurunkan tas sekolah dari punggungnya lalu melemparkannya ke arah lemari. Beberapa saat kemudian, ia mulai menguasai emosinya.
Verinda membuang nafas panjang sambil mengusap wajahnya. Perlahan ia berjalan menuju kamar mandinya. Tak lama setelahnya, ia telah selesai mandi. Ia memungut tas sekolahnya yang tadi ia lempar dan membongkar isinya. Ia mengambil sebuah koran mingguan terbitan sekolahnya.
Verinda termenung sejenak sambil menatap koran sekolah yang telah melambungkan namanya di seantero sekolah. Ia membuang nafas sambil menebar pandangannya. Kenapa harus kayak gini? Kenapa harus gue? Verinda menggigit bibir bawahnya sambil menggeleng pelan. Gue cuman ngebela diri gue! Emang nggak boleh?! Lama ia duduk terpekur di lantai sebelum pada akhirnya ia membaca isi artikel yang memberitakan dirinya.
'Amelia Aryanthi di K.O Anak Kelas Satu'
Hari pertama masuk sekolah di SMA 3 Global Jaya diwarnai oleh insiden yang sangat mengejutkan dengan adanya peristiwa pemukulan seorang siswi kelas tiga oleh siswi baru.
Amelia Aryanthi,18 harus merelakan wajah mulusnya memar aki-bat ditonjok Verinda Alseydila Yoanita, 16. Apa yang membuat Verinda yang notabene adalah siswa baru yang baru duduk di kelas satu itu nekat? Tidak jelas apa latar bela-kang yang menye-babkan insiden itu terjadi. Menurut informasi yang beredar di kalangan siswa, insiden itu terjadi dari keisengan Amelia sebagai anak kelas tiga yang ingin mengerjai Verinda. Kejadian itu berbuntut dengan peristiwa pemukulan oleh Verinda yang tidak terima atas tingkah Amelia.
Informasi yang beredar di kalangan siswa itu langsung dibantah keras oleh dua orang siswi yang mengaku mengetahui persis kejadian pemukulan itu. Mereka menjelaskan bahwa Verinda yang awalnya memang mencari masalah.
Amelia yang saat itu baru keluar dari kamar kecil, tiba-tiba dilabrak oleh Verinda. "Verinda langsung ngelabrak sambil ngata-ngatain gitu. Nah, si Amel kan marah ma-kanya Amel balik balas ngatain dia juga. Eh, nggak taunya dia malah ditonjok!" kata seorang saksi yang menolak namanya disebut dalam koran ini.
Meski dipojokkan dengan kesaksian yang memberatkannya, Verinda tetap ngotot bahwa bukan dia yang mencari gara-gara dengan Amelia. Dia bersikeras bahwa Amelia yang awalnya melabraknya tanpa alasan yang jelas. Karena emosi, akhirnya ia memukul Amelia hingga tidak sadarkan diri.
Menghadapi masalah ini, bapak kepala sekolah menjatuhkan vonis bahwa Verinda yang bersalah dan harus menjalani masa skorsing selama seminggu. Mau tidak mau Verinda harus menelan pil pahit karena di hari pertama ia masuk sekolah, ia harus dipulangkan paksa dan tidak boleh masuk untuk satu minggu mendatang. Sementara itu, Amelia juga terpaksa tidak masuk sekolah akibat wajah pada bagian kanannya memar. (Mading-News)
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Troublemaker (nona si pembuat onar)
Teen Fiction"Verinda itu anak badung. Pokoknya mama nggak mau kamu deket-deket dia, Chel." Doktrin itu udah terlanjur melekat di kepala Edenin, kakak Verinda. Mamanya aja udah tobat ngadepin perilaku anak bungsunya. Edenin yang manja dan anak mama, jelas aja la...