Mbok Tun nampak sibuk membereskan kamar Edenin ketika Edenin masuk ke dalam kamarnya. Edenin menarik nafas panjang sambil menjatuhkan diri ke ranjang yang baru saja selesai dirapikan mbok Tun.
"Ada apa toh, non?" tanya mbok Tun heran melihat wajah suntuk Edenin.
Edenin memejamkan mata sambil menggeleng. Tak lama ia menegakan badannya dan duduk bersandar di ujung ranjangnya.
"Nggak kenapa-napa mbok."
"Ooh, mbok pikir ada apa gitu," kata mbok Tun sambil manggut-manggut. "eh, mbok seneng deh liat non Cheli tadi udah mau ngobrol ama non Ver." Lanjutnya sambil kembali sibuk mengelap perabotan dalam kamar Edenin.
"Emang aneh banget buat mbok, ya?"
Mbok Tun tertawa.
"Yah, bisa dibilang gitu lah. Selama ini kan non Cheli kayaknya cuek gitu... maksud mbok, kayak ndak ngerasa punya adek gitu! Maafin lho, non!"
Edenin tersenyum sambil menggeleng.
"Nggak apa-apa, mbok." Edenin kembali terdiam sejenak. "Ehm, mbok..."
"Sebenernya non Ver itu baek kok, non." Potong mbok Tun. "Yah, emang sih kalo diliat dari luar non Ver tampangnya gualaak banget, ngomongnya juga sering ketus. Tapi, sebenernya kalo udah akrab, yah-nggak begitu-gitu amat orangnya. Orangnya lucu sih sebetulnya!"
"M-maksud mbok? Lucu diliat dari mananya?! Orang nyolot gitu!" tanya Edenin yang sedikit sanksi mendengar penjelasan mbok Tun.
Mbok berhenti mengelap. Ia terdiam sejenak sambil mengingat-ingat.
"Ehm, apa ya?" mbok Tun kembali terdiam. Tak lama, ia menjentikkan jari. "Yah, non Ver itu kadang suka nyeletuk-omongannya itu suka lucu, non. Wah, pokoknya susah njelasinnya, non."
Edenin mengangkat sebelah alis mendengar jawaban mbok Tun. Hah?!
"Maksud mbok apaan sih?! Serius neh aku nanyanya!"
"Lho, piye toh? Dibilangin kok ndak percaya. Non Ver itu orangnya juga telaten. Non Cheli pikir siapa yang ngurus taman belakang sampe bisa bagus kayak begitu? Hayo siapa coba?"
"Ya, tukang kebun lah!" Jawab Edenin mantap.
Mbok Tun langsung menepuk dahi sambil menggeleng.
"Ya Allah, non. Selama ini yang ngerawat semua taneman di taman belakang itu bukan tukang kebun tapi non Ver! Dia yang tanem dan ngerawat semuanya. Pak Poniman si tukang kebun cuman ngurusin halaman depan rumah aja. Masa ndak pernah tau? Ndak masuk akal si Non Chelia ini."
"Hah?!" Edenin serasa baru dilempar granat. Ia kaget bukan main dan teringat bagaimana sok tahunya dia saat menjawab pertanyaan Nadia tentang siapa yang telah merawat taman belakang rumahnya. Ya ampun, selama ini gue ada di mana sih?! Siapa yang nyuekin siapa....
"Non, mbok udah selesai beres-beres kamarnya. Apa non masih butuh mbok lagi? Kalo ndak mbok pamit mau bersih-bersih ruangan lain."
"Y-ya udah, mbok. Aku nggak butuh apa-apa lagi kok."
Mbok Tun segera keluar dari kamar Edenin. Begitu mbok Tun menuntup pintu kamarnya, gadis berwajah imut itu langsung bangkit dari tidurnya. Selama beberapa saat ia diam tidak bergerak sambil memeluk guling.
"Selama ini gue ada di mana sih?!" gumamnya sambil memejamkan matanya.
*******************************Edenin duduk di bangku sambil bertopang dagu. Sejak awal pelajaran dimulai, ia sama sekali tidak bisa konsentrasi. Ia hanya diam melamun sampai ia tidak menyadari bahwa bel tanda istirahat berbunyi.
"Chel, bangun! CHELIA!!" seu Raya di telinga Edenin sambil menampel tangan Edenin yang menopang kepalanya.
Edenin tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya dan langsung tersadar dari lamunannya. Ia memandang kesal pada Raya.
"Apa-apaan sih?! Lo pikir gue budek?!" bentak Edenin marah sambil menutup telinganya yang terasa berdengung.
Ketiga temannya langsung berpandangan heran.
"Kok lo jadi sensi gitu sih?!" omel Raya sengit.
"Iya, nih! Lo kenapa sih, Chel? Dari tadi gue perhatiin elo ngelamun aja!" kata Nadia sambil duduk di samping Edenin.
Edenin menghela nafas panjang sambil membuang muka.
"Sorry, girls. Cuman itu yang bisa gue bilang sekarang." Edenin beranjak dari duduknya lalu meninggalkan ketiga sahabatnya yang melongo.
Trio DC langsung terdiam sambil bertukar pandang.
"Dia kenapa sih?" tanya Nia heran. "Apa kita udah bikin dia marah lagi?" lanjutnya dengan mimik wajah bersalah.
Raya langsung menggeleng cepat.
"Nggak mungkin! Tuh anak kayaknya lagi ngadepin masalah besar deh! Dia tuh udah aneh dari kemarin-kemarin, ya kan? Sejak di rumah elo Nad, dia jadi lebih banyak diem. Duh, sebenarnya dia kenapa, ya? Belum pernah gue ngeliat dia kayak gini." Kata Raya sedikit khawatir.
Nadia diam saja, ia nampak berpikir keras.
"Apa karena si Azzam, ya? Jangan-jangan mereka lagi berantem." Tebak Nia.
"Nggak ada gunanya nebak-nebak. Mungkin dia butuh waktu buat sendiri dulu kali. Gue yakin-ntar dia bakal ceritain semuanya ke kita." Kata Nadia.
Raya dan Nia akhirnya mengangguk setuju.
"Gue setuju. Sementara ini, kita jangan ganggu dia dulu." Tambah Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Troublemaker (nona si pembuat onar)
Ficção Adolescente"Verinda itu anak badung. Pokoknya mama nggak mau kamu deket-deket dia, Chel." Doktrin itu udah terlanjur melekat di kepala Edenin, kakak Verinda. Mamanya aja udah tobat ngadepin perilaku anak bungsunya. Edenin yang manja dan anak mama, jelas aja la...