intermezzo

7.4K 368 10
                                    


Author's note:
Please, author jangan dilempar sendal karena ini bukan update next bab 32 🤣
Author mau ngucapin terima kasih for hitting 1,3K viewers just about in a week 🤗 Keep support author pake votes and comments yah 😇 jangan lupa juga share cerita ini biar makin banyak yang baca 😆😆😆
Sambil nungguin bab 32, author kasih teaser biar pada nggak tegang gegara abis baca bab 31 😱
Ini potongan cerita yang sempet author mau masukin ke bab yang sebelum-belumnya, tapi nggak jadi karena one or two reasons 😋 Please, enjoy 😎😘
Author signed out!!
____________________________________

"Injek remnya!!! REM!"

Verinda sudah histeris. Tangan kanannya terulur berusaha membantu Edenin mengarahkan setir mobil yang melaju dengan tersendat-sendat.

"Itu kopling, BEGO!!!" Makinya. "Mata elo taruh mana sih?! Awas minggiran dikit itu ada lub," Verinda pasti sudah terpental jika saja dia tidak memakai seatbelt. "AOW!!!" Teriaknya.

Verinda panas dingin duduk di sebelah Edenin yang baru pertama kalinya mencoba mengendarai mobil. Niatnya yang ingin membuat mamanya makin kesal justru jadi simalakama baginya.

"STOP, STOP, STOP! MINGGIRIN DEH MOBILNYA!!" Verinda makin kalap bin histeris.

Dahi Edenin nyaris terbentur ke setir mobil ketika dia menginjak pedal rem dengan kekuatan penuh. Uurrggh, nggak sabaran amat sih nih anak!!! Gue kan baru pertama kalinya nyetir! Edenin mulai menyesali idenya yang memaksa Verinda untuk mengajari menyetir.

"Elo tuh bisa nggak sih sabaran dikit kalo ngajarin?!" Protes Edenin tidak mau kalah.

"Elo tuh otak udang ya?! Nggak bisa paham bahasa manusia?!" Verinda melotot galak. "Udah berapa kali gue bilangin kalo rem itu di tengah, kopling paling kiri! Lemot amat sih lo!"

Edenin sudah membuka mulutnya tapi tidak ada satu kalimat yang keluar dari mulutnya. Akhirnya ia hanya bisa memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam. Sabar, sabar, Chel... salah elo juga ngapain maksa anak super jutek ini buat ngajarin elo nyetir.

Verinda membuka seatbelt-nya dengan kesal, lalu keluar turun dari mobil. Gila ini bocah bego banget yah ternyata!!! Verinda mengusap dahinya yang basah oleh keringat dingin karena saking tegangnya. Ia celingukan kanan kiri di jalanan yang kebetulan sedang sepi lalu diperhatikannya posisi mobilnya.

Edenin ikut turun dari mobil setelah mematikan mesin. Dengan tampang sebal ia mendekati Verinda yang sudah berkacak pinggang di depan moncong mobilnya.

"Lo bisa liat nggak ini?!" Tunjuk Verinda masih dengan nada galak.

Edenin sudah malas menanggapi omelan Verinda yang ternyata lebih parah dari neneknya. Ia menyilangkan kedua tangannya dengan kesal ketika sudah berdiri berjejer dengan adiknya.

"Itu ada kaca spion dua di kanan kiri, lo manfaatin buat liat jalan! Cek haluan!!" Verinda mulai lagi ceramah galaknya. "Lo liat ini, bener apa nggak lo berhenti kayak gini?!"

Edenin mendengus makin kesal. Verinda yang tidak peka masih terus memarahi dan menghinanya. Mata Edenin mulai terasa panas karena saking kesalnya.

"Lo dengerin gue nggak?!" Bentak Verinda sambil menoleh ke kakaknya.

Verinda mengerutkan alisnya. Dasar manja!!! Cengeng!!! Gini aja udah mau mewek! Padahal udah gede juga!! Verinda mendengus sambil membuang muka. Ia menarik-narik krah kaosnya berusaha mengipasi badannya yang kini mulai kepanasan.

Verinda mengusap wajahnya sebelum tiba-tiba ia menendang bemper mobilnya. Kesal. Edenin melotot kaget melihat cara adiknya melampiaskan kekesalan.

"Heh, ini yang terakhir!" Kata Verinda kemudian.

Verinda melirik galak Edenin yang masih shock. Verinda terus konsisten dengan kegalakannya. Ia berdehem sebelum akhirnya berjalan dengan langkah ragu lalu membuka pintu mobilnya.

"Ngebetein!!" Omel Edenin akhirnya.

Edenin menghentakkan kakinya sebelum akhirnya memaksa dirinya masuk ke dalam mobil. Gila!! Stress!! Bukannya pinter yang ada gue darah tinggi diajarin nih anak!! Dengan setengah hati ia mulai menyalakan lagi mesin mobilnya.

"Gas dikit-dikit sambil kopling lo lepas pel," mobil itu melompat pelan lalu mati. Verinda menahan nafas dengan kesal.

Edenin menggigit bibir bawahnya. Mampus gue! Dengan perasaan horor ia menoleh ke Verinda.

Verinda membuang muka sambil menghela nafas panjang. Ia lalu melirik lagi ke kakaknya.

"Lo tuh bener-bener ya?!" Bentaknya. "Nggak bisa ngerti bahasa manusia!! Udah ah gue nggak mau ngajarin elo lagi!! Elo mending belajar pake mobil matic aja!! Lagian cewek manja hidup serba praktis kayak elo nggak usah sok-sok'an pake mobil manual!" Omelnya makin menjadi-jadi.

Edenin makin kesal. Kupingnya panas mendengar segala hinaan Verinda dari semenjak ia memegang kemudi dua jam yang lalu. Dengan kesal ia memukul setir mobilnya.

"Iihh!!" Teriak Edenin sebal sambil melirik galak ke Verinda yang tampak kaget melihat manuvernya.

Edenin melepas seatbelt-nya lalu bergegas turun dari mobil meninggalkan Verinda yang melongo.

"Ya udah elo aja yang nyetir!!!" Giliran Edenin yang membentak adiknya begitu ia membuka pintu mobilnya yang sebelah kiri.

Verinda sempat terpaku mendongak menatap kakaknya yang ternyata bisa galak juga. Verinda meneguk ludah sambil dengan ragu melepas seatbelt-nya. Kok jadi galakan dia daripada gue?! Verinda turun dari mobilnya sambil menggaruk kepalanya tidak gatal.

"H-heh!!!" Verinda tidak terima jika ia kalah galak dari kakaknya. "Kok jadi elo yang marah-marah?! Harusnya gue yang marah punya murid bego kayak elo!!" Tunjuknya ke muka kakaknya.

Edenin gemeretak menahan marah. Dasar resehhh!!!! Dengan sebal ia menarik tangan Verinda yang menunjuk-nunjuk mukanya.

"Aaarrgggh!!" Verinda berteriak karena jari telunjuknya digigit kakaknya.

"Rasain lo!!" Bentak Edenin.

"Apa-apaan sih lo?!" Verinda meringis memegangi jari telunjuknya.

"Emangnya elo aja yang bisa kasar?!" Edenin menendang tulang kering kaki kiri Verinda lalu dengan sadisnya mendorong Verinda mundur agar ia bisa masuk ke dalam mobil. "Rasain!!! BAWEL!!!" bentaknya sebelum menutup pintu mobilnya.

Verinda mendengus menahan sakit di tulang keringnya. Ia berjongkok sambil mengusap-usap kaki kirinya yang terasa nyilu.

"Sialan lo!!!" Maki Verinda sambil menggebrak pintu mobilnya.

Miss Troublemaker (nona si pembuat onar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang