21. Kenyataan Pahit

6K 378 0
                                    

"Waktu itu Chelia masih sangat kecil. Umurnya baru 2 bulan waktu Surya dikirim perusahaannya untuk dinas di Prancis. Belinda terpaksa tinggal di Indonesia karena Chelia yang masih bayi nggak mungkin bisa dibawa perjalanan jauh naek pesawat. Akhirnya, terpaksa Belinda tinggal sendirian di Jakarta." Nenek menarik nafas panjang sejenak. Wajah nenek terlihat sedih. "Sekitar setahun lebih Surya di sana tanpa sekali pun sempat pulang ke Indonesia. Dan," Nenek yang selalu tampak kuat kali ini tidak kuat menahan air matanya.

Verinda meneguk ludah menanti kelanjutan cerita neneknya. Ia berusaha menyiapkan mental menanti kenyataan yang disembunyikan darinya selama ini. Satu yang ia yakin, kenyataan itu pasti bukan hal yang baik.

"Dan, waktu Surya pulang ke Jakarta... Belinda sedang hamil 9 bulan."

Verinda terpaku mendengar cerita nenek barusan. Kedua bola matanya menatap lekat wajah neneknya. Perlahan air mata mengalir dari kedua mata Verinda namun ekspresi wajahnya tetap sama. Datar dan dingin. Kenyataannya yang baru ia tahu benar-benar membuatnya shock.

"J-jadi, a-aku bukan anak Surya Darmawan Jaya?" tanya Verinda setelah sekian lama terpaku dalam diam.

Nenek mengangguk lemas. Verinda mendengus sambil membuang muka. Nenek mengelus lembut rambut cucunya. Verinda berusaha tegar sambil menghapus air matanya.

"S-siapa? Mama hamil sama siapa, nek? Kenapa?"

"Ver, tenang. Nenek akan ceritakan semuanya asal kamu bisa tenang."

"GIMANA AKU BISA TENANG KALO KAYAK GINI KENYATAANNYA, NEK?! JAWAB!! GIMANA AKU BISA TENANG?!" bentak Verinda dengan emosi meluap. Nenek langsung memeluk Verinda erat.

"Nenek tau perasaan kamu..."

"Nggak. Nenek nggak pernah tau rasanya!"

Verinda berusaha menahan isak tangisnya. Nenek hanya bisa menenangkan dengan menepuk punggung cucunya.
Selama beberapa lama Verinda mulai bisa menguasai emosinya. Ia pun beringsut dari pelukan neneknya. Ia lalu meminta neneknya untuk melanjutkan cerita pahit tentang asal-usul dirinya.

"Kenapa, nek? Mama hamil sama siapa?"

"Karena Surya pergi, Belinda jadi kesepian." Nenek kembali menarik nafas dalam-dalam. "Belinda mulai ikut sebuah perkumpulan para istri eksekutif muda. Perkumpulan itu yang merusak semuanya! Belinda jadi lupa waktu karena keasyikan bergaul dan menghambur-hamburkan uang. Belinda jadi lupa diri. Bahkan Chelia sempat ditelantarkan karena keasyikan bergaul dengan wanita-wanita kaya yang bisanya hanya menghabiskan uang suaminya. Belanja ini dan itu yang tidak perlu.
"Belinda jadi lupa tugasnya sebagai ibu yang seharusnya merawat Chelia. Segala urusan rumah tangga diserahkan ke si Tun. Beruntung Chelia dirawat si Tun yang emang benar-benar baik dan setia. Dari pergaulannya itu mama kamu kenal seorang pria. Mereka jadi akrab bahkan sangat akrab sampai akhirnya," nenek kembali melirik ke arah Verinda yang sejak tadi terus menatapnya.

Verinda kembali terpaku. Setiap kata yang terucap dari neneknya seperti pisau yang menusuk hati dan jantungnya. Air matanya kembali mengalir. Jelas sudah... sekarang semua jadi jelas! Semua pertanyaan dan keanehan udah jelas! KENAPA, YA ALLAH?! Kenapa aku yang harus ngalamin semua ini. Kenapa? Ini nggak adil.... Nafas Verinda ikut naik turun menahan emosi.

"Belinda baru sadar waktu akhirnya dia mengandung kamu, nak. Awalnya dia mau menggugurkan kamu tapi kakek dan nenek cegah. Punya anak adalah sebuah anugerah. Akhirnya, kakekmu berhasil meyakinkan mamak kamu. Pelan-pelan, dia kembali menjadi Belinda yang kami kenal. Dia mulai memperbaiki kesalahannya. Dia keluar dari pergaulannya dan mulai merawat kakak kamu yang sempat ditelantarkan sambil tetap menjaga kandungannya.
"Selama Surya di Prancis, Belinda merahasiakan kandungannya. Dia nggak berani ngakui kesalahannya. Waktu Surya pulang, mau nggak mau Belinda menceritakan semuanya. Surya kecewa dan marah besar-tapi, Surya pria yang sangat baik. Dia dengan besar hati mau memaafkan dosa mamamu dan mau menganggap kamu seperti anaknya sendiri.
"Karena itu, Ver. Nenek tau ini berat tapi inilah alasan kenapa mamamu terkesan terlalu memanjakan Chelia daripada kamu. Kamu berhak marah dan nenek nggak akan menyalahkan. Udah sepantasnya kamu marah ke mama dan nenek... tapi, jangan kamu marah pada Chelia. Dia dulu juga korban."

Miss Troublemaker (nona si pembuat onar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang