Author's note:
Update kali ini dipersembahkan untuk kalian para jones 😂😆😘____________________________________
Edenin duduk senewen di depan televisi. Beberapa kali ia memindah saluran televisi yang sama sekali tidak ditontonnya. Dua hari berlalu sejak ia tahu tentang penyakit Verinda. Ia masih antara percaya dan tidak. Ia bingung harus bagaimana. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Oh, ada ponsel, kan?!" gumamnya sambil menepuk dahi.
Edenin langsung menyambar ponsel yang tergeletak di meja. Kalo gue khawatir mestinya gue kontak dia dong! Duh, bego banget sih elo, chel?!
"Eh?" Edenin mengerutkan alisnya tidak percaya dengan apa yang ditampilkan layar ponsel seri terbarunya. "Bego!!" umpatnya sambil menepuk dahinya lagi. Ia menggeleng pasrah sambil mencampakkan ponselnya ke sofa.
Ya ampun! Kenapa gue baru sadar sekarang?! Gue kan nggak punya nomer dia!! BEGO, BEGO, BEGO!! Terus gue harus gimana dong?! Gue harus tau kabar dia sekarang! Aduh, masa gue harus telepon ke rumah nenek?! Iih, ogah deh... nenek galak. Bisa-bisa kena damprat gue! Edenin menggigit bibir bawahnya sambil menepuk-nepuk dahinya. TING-TONG...!!
"Mbok ada tamu tuh!!" teriak Edenin.
Bel rumah Edenin kembali berbunyi. Ia mendengus kesal. Uuurgh, pada ke mana sih orang rumah?! Dengan malas ia beranjak dari duduk untuk membuka pintu. Bel rumah berbunyi lagi dua kali. Siapa sih?! Nggak sabaran amat!!
"Duh, iya, iya!! Bentar!!" teriak Edenin begitu jaraknya dekat dari pintu. "Siapa sih yang," Edenin tidak dapat meneruskan kata-katanya. Ia tidak menyangka siapa yang ada di balik pintu.
"Hai," sapa orang itu.
"R-radit?" Edenin masih tidak berkedip menatap Raditya.
"Boleh masuk?"
"Eh, iya. Masuk deh! Sorry gue jadi begong!" Edenin langsung mempersilahkan Raditya duduk di ruang tamu. "Tumben ke sini?" lanjutnya lalu duduk di hadapan cowok jangkung itu.
Raditya hanya menjawabnya sambil tersenyum. Ia melepas tas ranselnya lalu duduk setelah dipersilahkan oleh Edenin.
"Elo kayaknya abis pergi jauh deh." Kata Edenin ketika melihat penampilan Raditya yang seperti pelancong. Raditya hanya membalas dengan senyum menawannya. Edenin sejenak terpesona. Gila. Pantes banyak cewek di sekolah pada ngincer dia! Senyumnya maut banget! Edenin buru-buru menepis lamunannya. "Oya, tumben ke sini? Ada paan, Dit?" tanyanya kembali fokus.
"Emang nggak boleh?"
"Yah, bukan gitu maksud gue... tapi, aneh aja. Elo gitu, Dit, nggak biasanya ke rumah gue." Edenin jadi salah tingkah sendiri.
Raditya kembali tersenyum. Ia lalu menebarkan pandangannya sejenak.
"Kok rumah elo sepi?"
"Oh, iya neh! Bete gue dari tadi pagi sendirian terus. Bokap dinas ke London, nyokap ikut bokap- kalo si Verinda ke Bogor. Para bibi di rumah gue nggak tau pada ke mana juntrungannya." Jawab Edenin setengah curhat.
Raditya hanya ber-'O' tanpa suara sambil manggut-manggut. Jadi tuh anak masih belum balik juga. Gila. Nekat banget sih dia?! Dasar cewek setengah jadi!
"Dit? RADIT!" panggil Edenin yang langsung membuyarkan lamunan cowok itu. "Yee, malah ngelamun sendiri." Protes Edenin.
"Eh, sorry, Chel. Iya kenapa?" Jawab Raditya.
"Jadi, tumben elo ke rumah gue tuh ada apa?" tanya Edenin mengulangi.
"Hah?" Raditya jadi bingung sendiri. Ia berdehem sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia berusaha mencari-cari alasan yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Troublemaker (nona si pembuat onar)
Teen Fiction"Verinda itu anak badung. Pokoknya mama nggak mau kamu deket-deket dia, Chel." Doktrin itu udah terlanjur melekat di kepala Edenin, kakak Verinda. Mamanya aja udah tobat ngadepin perilaku anak bungsunya. Edenin yang manja dan anak mama, jelas aja la...